Dari DLH, Tim Penelitian NIHR Wawancara Dengan Kabid Kesmas Dinkes Kabupaten Gresik

Dari Kantor Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Gresik, Tim Penelitian NIHR Global Health Research for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) yang terdiri dari Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked. Trop.; Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH; Sekar Aqila Salsabila, S.AP, M.AP; dan fasilitator NIHR, menuju ke Kantor Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gresik.

Namun mengingat waktu janjiannya masih pada pukul 14.00 WIB, Tim Penelitian NIHR mengisi waktu luangnya dengan makan siang terlebih dahulu di Pawon Tinom, sebuah warung makan yang laris dengan masakan ndeso yang kota banget, yang lokasinya searah menuju Kantor Dinkes. 

Selesai makan siang, Tim Penelitian NIHR langsung menuju ke Kantor Dinkes. Di Dinkes, Tim Penelitian NIHR diterima oleh Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kabid Kesmas) dr. Anik Lutfiyah, M,Ked.Trop dan Pemeriksa Sanitasi Tiwi Santini, S.T. di ruang kerja Kabid Kesmas yang berada di lantai 2, pada pukul 14.10 WIB.

Setelah memperkenalkan diri dan mengutarakan maksud serta tujuannya, Tim Penelitian NIHR pun dipersilakan melakukan wawancara. Laksana berdiskusi seperti yang dilakukan di DLH, wawancara berjalan mengalir dan cair.

Dengan dipandu oleh Meutia Fildzah Sharfina, wawancara berjalan sekitar 1 jam lamanya, dan kebetulan Kabid Kesmas merupakan kakak kelas Serius Miliyani (Program Manager) sewaktu belajar di S2 di Universitas Airlangga. Keduanya menyandang gelar M.Ked. Trop, sehingga wawancaranya pun berbau reuni dan kekeluargaan.

Hasil wawancara tersebut, menghasilkan data-data kualitatif yang berguna dalam analisa situasional terkait kebijakan di lingkup Kabupaten Gresik mengenai sampah plastik dan pembakaran sampah plastik.

Tim Penelitian NIHR diterima dengan ramah oleh Kabid Kesmas Dinkes Kabupaten Gresik

Menurut Kabid Kesmas yang diamini oleh Pemeriksa Sanitasi, ada 5 pilar dalam program Sanitasi Berbasi Lingkungan (STBM) untuk mengurangi penyakit berbasis lingkungan, yaitu berhenti buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga, pengelolaan sampah rumah tangga, dan pengelolaan limbah cari rumah tangga.

Terkait dengan pendekatan keluarga, 5 pilar ini adalah pendekatan untuk perubahan perilaku masyarakat. Tujuannya untuk menurunkan penyakit yang berbasis lingkungan yang ada di Kabupaten Gresik ini.

Penganggarannya berasal dari APBD dan APBN (DAK dan non-DAK). Semua Puskesmas yang ada di Kabupaten Gresik yang sudah BLUD itu juga mendapatkan APBN non-DAK. Diakui oleh Kabid Kesmas, pelaksanaan STBM tersebut tidaklah mudah. Setelah Dinkes memantau tetapi terkadang infrastrukturnya masih ada yang belum memadai. Sehingga, program belum bisa menyangmbung antara harapan masyarakat dengan harapan Pemerintah.

Terkait sampah plastik, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gresik sudah mempunyai Peraturan Daerah (Perda) berkenaan dengan sampah plastik, namun implementasinya baru dijalankan di lingkungan retail dan restoran. Untuk yang UMKM masih menggunakan plastik dan sterofoam.

Peran Kesehatan Lingkungan (Kesling) Dinkes Kabupaten Gresik masih di pilar 4 STBM, yakni pengurangan sampah plastik di rumah tangga. Kesling mengedepankan promotif perventif dengan melakukan edukasi melalui Puskesmas hingga Ponkesdes yang ada secara terus-menerus, karena mengubah perilaku itu sulit.

Lalu, menurut Kabid Kesmas, dirasakan bahwa trend polusi udara terus meningkat, suhu meningkat, dan ISPA juga meningkat. Kecamatan Manyar tergolong tinggi, bisa mencapai 37⁰C di dalam rumah.

Suasana wawancara bernuansa diskusi di ruang kerja Kabid Kesmas Dinkes Kabupaten Gresik

Dua tahun ini, Dinkes masih fokus pada sanitasi, dan menurut Pemeriksa Sanitasi, pada tahun 2025 akan ada program pengawasan kualitas udara melalui DAK.

Terkait polusi udara yang diceriterakan oleh Kabid Kesmas dan Pemeriksa Sanitasi, fasilitator NIHR tertarik untuk mengetahui chronic obstructive pulmonary disease (COPD) yang ada di lingkungan kerja Puskesmas Sukomulyo dan Driyorejo yang menjadi enumeration area (EA) dalam peneltian NIHR ini.

Dibenarkan oleh Kabid Kesmas, bahwa ada indikasi COPD di wilayah kerja dua Puskesmas tersebut. Ia pun mengisahkan pengalamannya ketika menjadi Kepala Puskesmas Sukomulyo. Di Puskesmas Sukomulyo, anak-anak banyak yang terindikasi asma atau COPD. Setiap hari ada yang menerima layanan dengan nebulize. Namun Kabid Kesmas, belum bisa memastikan apakan asma maupun COPD itu diakibatkan polusi udara.

Program Kesling, menurut Kabid Kesmas, sebenarnya berperan penting, akan tetapi sayangnya tidak masuk prioritas Standar Pelayanan Minimum (SPM) dalam Dinkes. Kecamatan Manyar dan Driyorejo berpotensi memilki faktor risiko tinggi dari dampak polusi udara, karena di daerah tersebut banyak berdiri industri.

Beberapa industri mengeluarkan asap melalui cerobong, dan masyarakat sekitar kerap membau dari jelaga yang berterbangan. Menyitir istilah dari masyarakat setempat, kata Kabid Kesmas, “Pabrike ngenthut.”

Wawancara santai dengan Kabid Kesmas dan Pemeriksa Sanitasi ini berakhir pada pukul 15.16 WIB, dan setelahnya Tim Penelitian NIHR pun undur diri berpamitan untuk menuju ke Front One Hotel yang menjadi basecamp Tim Penelitian NIHR. *** [010824

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Leave a Comment