Kedua Kalinya, Circle Conversation Diadakan Di Balai Desa Tlogorejo

Circle conversation (dialog melingkar) diadakan untuk kedua kalinya pada Ahad (08/09) di Balai Desa Tlogorejo yang beralamatkan di Dusun Dadapan No. 4 RT 16 RW 06 Desa Tlogorejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Circle conversation yang pertama telah dilaksanakan pada Rabu (28/08) di tempat yang sama. Pada circle conversation yang pertama di hadiri oleh 9 orang peserta, 3 laki-laki dan 6 perempuan. Namun, dalam implementasi yang kedua ini peserta berhalangan hadir 1 orang (laki-laki). Jadi, untuk circle conversation yang kedua ini dihadiri 8 orang peserta dengan rincian 2 laki-laki dan 6 perempuan.

Kemudian 2 orang kader kesehatan berindak sebagai organizing committee (OC), yaitu Sutarmi dan Iit Nurhanifah, yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan circle conversation, serta seorang fasilitator circle conversation (circle keeper) Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K, seorang anggota Tim Penelitian Theme 3: People empowerment and community dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC).

Selain itu, tampak datang pula dalam kegiatan circle conversation ini bidan Desa Tlogorejo Sulianik, A.Md.Keb. dan fasilitator NIHR, yang usai menghadiri Jalan Sehat Kemedekaan dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis Kader SMARThealth di Kelurahan Kepanjen.

Dialog melingkar di Desa Tlogorejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang
Circle conversation yang kedua ini dimulai pada pukul 10.10 WIB. Pembukaan dilakukan oleh pembawa acara Sutarmi, seorang kader kesehatan Desa Tlogorejo, dan yang bertugas melakukan notulensi adalah Iit Nurhanifahm, juga seorang kader kesehatan Desa Tlogorejo.

Seperti sebelumnya, circle keeper akan memfasilitasi bagi jalannya circle conversation. Circle keeper akan menyiapkan struktur melingkar, yang merupakan format yang dapat diprediksi yang memungkinkan setiap orang akan mengetahui apa yang diobrolkan. Struktur yang demikian ini menawarkan tingkat kenyamanan dan kesiapan bagi para peserta.

Struktur lingkaran biasanya terdiri dari pembukaan, check-in, meninjau pedoman, memfasilitasi putaran lingkaran, check-out, dan penutupan. Circle keeper memandu para peserta melalui setiap langkah proses. Mereka juga memfasilitasi urutan bicara peserta, yang menunjukkan kepada setiap orang siapa yang mendapat giliran berbicara dan seperti apa urutannya.

Meskipun awalnya banyak peserta lingkaran mungkin berpikir tentang apa yang akan mereka katakan sebelum giliran mereka daripada mendengarkan orang lain dengan saksama, seiring waktu, prediktabilitas dan konsistensi struktur lingkaran memungkinkan keterlibatan lebih melalui pendengaran yang lebih dalam dan respons yang lebih mendalam yang muncul dari kehadiran saat itu.

Peserta dialog melingkar bercerita satu per satu
Pada circle conversation tersebut, circle keeper mengawali dengan perkenalan diri dari para peserta dengan kalimat subjunctive, “Seandainya saya dilahirkan kembali, saya ingin menjadi …”. Peserta pun secara melingkar pun mengenalkan diri. Ada yang ingin jadi tawon, pohon, bunga, air, dan sebagianya. Pengandaian mereka semua itu bermuara kepada anggapan ingin dalam hidupnya bisa berguna bagi orang lain.

Kemudian circle keeper melanjutkan dengan materi pertanyaan sebagai pemantik untuk diobrolkan. “Bagimana menurut Bapak/Ibu mengenai pencemaran lingkungan yang terjadi?”

Di antara peserta circle conversation ada yang bilang kalau pembakaran sampah itu sesungguhnya bikin mata pedas dan sesak napas. Bahkan di Desa Tlogorejo ini ada orang terbakar gegara pembakaran daduk. Orang yang membakar sampah kalau tidak tahu arah angin, pasti akan mencelakai tetangganya dengan asap-asap yang menyesakkan dada. Hampir setiap hari di Desa Tlogorejo ini terlihat pemandangan pembakaran sampah, baik dari rumah tangga, daduk, jerami, limbah kotoran ternak, dan sebagainya.

Terus ada seorang lansia yang jadi peserta yang menceritakan pengalamannya kalau membakar sampah, ia akan langsung berlalu agar tidak terkena dampak dari asap pembakaran sampah tersebut. Supaya tidak batuk-batuk, sesak napas, atau perih di mata.

Peserta berbagi pengalaman dalam durasi yang sama
Dari beberapa cerita bisa ditangkap bahwa umumnya mereka tahu dan bahkan merasakan dari efek pembakaran sampah terhadap kesehatan. Hanya saja mereka umumnya tidak tahu harus berbuat apa dalam mengatasinya.

Setelah peserta bertutur satu persatu berdasarkan pengalaman hidup mereka masing-masing, circle keeper pun melanjutkan dengan pertanyaan pemantik berikutnya, “Adakah cerita atau refleksi yang dimiliki Bapak/Ibu untuk mengurangi efek dari pembakaran sampah tersebut?”

Namun dari pertanyaan ini, tertangkap sebuah cerita bahwa sebenarnya pencemaran lingkungan tidak hanya menyangkut pembakaran sampah saja, polusi bau yang dihadapi warga Desa Tlogorejo juga tak kalah akutnya, yakni penggunaan tetes tebu sebagai pupuk tanaman.

Memang diakui bahwa tetes tebu itu baik untuk pemupukan tanaman sebagai pengganti urea. Urea juga disinyalir memberi dampak kimiawi yang membuat lahan tebu lama-lama mengeras dan zat haranya tergerus. Akan tetapi efek bau tetes tebu memang banyak dikeluhkan mengingat bisa bikin mumet orang yang menghirup dari bau tetes tebu yang ditebar di lahan tebu. Bahkan efeknya, makan pun terasa tidak enak karena baunya yang konon mirip dengan bau kotoran manusia.

Suasana dialog melingkar dengan latar belakang Ponkesdes Tlogorejo
Sementara itu, ada peserta juga yang berkisah sebenarnya ada juga warga yang komplain tapi malah kerap salah tampa (salah paham) yang bikin hubungan sosial menjadi merenggang. Bahkan, ada juga yang setelah diprotes warga, rumah pemilik lahan tebu pindah ke desa lain.

Menurut peserta circle conversation, polusi yang ditimbulkan dari tebu sesungguhnya lebih banyak ketimbang pembakaran sampah. Karena di samping cakupannya yang luas, juga bikin bau menyengat.

Untuk membangun kesadaran akan hal-hal yang dihadapi warga terkait pencemaran lingkungan ini, mereka umumnya mengusulkan adanya sosialiasi dan edukasi mengenai pengelolaan sampah yang baik.

Acara circle conversation yang dilaksanakan di Pendopo Balai Desa Tlogorejo ini berjalan dengan lancar ini berakhir pada pukul 11.42 WIB, dan kemudian ditutup oleh pembawa acara yang tadi membukanya. *** [100924]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Leave a Comment