Observasi Lapangan Dimulai Di Desa Sumberejo

Satu lagi instumen yang dilakukan dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang di Indonesia dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur”, yaitu pengamatan langsung (direct observation).

Dalam tradisi penelitian skala luas yang multidisiplin, pengamatan (observasi) langsung biasanya bagian integral dalam pengumpulan data yang menyatu dengan instrumen karakteristik masyarakat. Pewawancara biasanya mencatat karakteristik masyarakat saat ini dengan ditunjukkan catatan statistik di kantor kepala desa dan melalui observasi (pengamatan) langsung.

Tim Penelitian NIHR dan empat enumerator berangkat dari depan Balai Desa Sumberejo untuk melakukan pengamatan langsung (Foto: Kamis, 02/04)

Dari empat desa yang menjadi sampel dalam penelitian NIHR di Kabupaten Malang ini, Tim Penelitian NIHR (Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D; Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH; Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked.Trop) bersama dengan empat enumerator Elmi Kamilah, S.Sos; Arief Budi Santoso, SE; Tanjung Prameswari, S.Tr.P, dan Supyandi) melakukan observasi langsung dimulai dari Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Mereka mengerjakan pengamatan langsung usai melakukan Focus Group Discussion (FGD) anggota komunitas dan wawancara karakteristik masyarakat (community characteristics) dengan perangkat desa, pada Kamis (02/05).

Pengukuran kualitas udara di Dusun Bandarangin yang punya bau limbah tetes menyengat (Foto: Sabtu, 04/05)

Dalam observasi itu, mereka didampingi oleh dua staf PTM dan Kesehatan Jiwa (Keswa) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang, yaitu Imam Ghozali, S.Kep.Ners dan Gatot Sujono, S.ST, M.Pd. Sementara itu, salah seorang anggota Tim Penelitian NIHR lainnya masih harus stay di Balai Desa Sumberejo untuk membantu Tim Penelitian NIHR dari Yayasan Percik Salatiga Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K, menyelenggarakan FGD Photovoice di siang harinya.

Tim Penelitian NIHR dan empat enumerator berkeliling dari dusun ke dusun yang ada di wilayah adminstratif Desa Sumberejo. Mereka berkeliling dari selatan yang mepet dengan Desa Pagak hingga ke utara melintasi kawasan hutan Gunung Geger hingga dusun yang berbatasan dengan Desa Gampingan. Bentangan dari Dusun Bantarangin yang berada di selatan hingga Dusun Bekur dan Bendo, jaraknya sekitar 7 kilometer dengan kontur tanah yang berbukit.

Pembuangan limbah sampah plastik di TPA dekat hutan Gunung Geger

Modul observasi langsung dalam penelitian NIHR meminta pengamat lapangan (field observer) mencatat observasi mengenai informasi lokasi, pengamatan umum, fasilitas dan praktik pengelolaan sampah, polusi udara, praktik pembakaran plastik, jaringan internet, dan catatan petugas lapangan.

Syarat dalam melakukan pengamatan langsung ini, siapa pun petugas yang diberikan amanah harus dibekali sebuah alat bernama Global Positioning System (GPS). GPS adalah konstelasi satelit yang mendukung pengukuran penentuan posisi, navigasi, dan waktu yang sangat akurat di seluruh dunia. GPS ini nantinya yang akan digunakan untuk mengisi daerah amatan yang meminta garis lintang maupun garis bujur.

Melihat tungku pembakaran gamping di Dusun Bekur

Dalam sejumlah penelitian besar, seperti Indonesian Family Life Survey (IFLS), Work and Iron Status Evaluation (WISE), dan The Study of Tsunami Aftermath and Recovery (STAR), biasanya menggunakan GPS Garmin Etrex yang umumnya direferensikan funding dalam penggunaannya.

Selain itu, dalam pengukuran garis lintang dan garis bujur, seyogyanya field observer mengajak Tim Penelitian NIHR dari Fisika Lingkungan Univeristas Brawijaya (UB), karena mereka yang memiliki alat portable untuk mengukur kualitas PM2.5 di daerah observasi.

Suasana Dusun Bendo dengan pemandangan pegunungan karst

Pengamatan langsung di Desa Sumberejo memerlukan waktu selama dua hari lamanya. Karena di samping cakupan geografisnya yang luas dan berbukit, juga pada hari pertama belum membawa GPS dan mengajak Tim Penelitian NIHR dari Fisika Lingkungan.

Pengamatan langsung di Desa Sumberejo dilakukan pada hari Kamis (02/05) siang hari usai FGD anggota komunitas dan wawancara karakteristik masyarakat, dan pada hari Sabtu (04/05). Pada Sabtu (04/05) mereka berangkat bersama dengan Tim Penelitian NIHR yang akan melakukan wawancara dengan Annexure 2 dan 4 di Puskesmas Pagak. *** [050524]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Leave a Comment