Sowan Ke Kapus, Tim Penelitian NIHR Adakan Wawancara Mendalam di Puskesmas Bululawang

Setelah dua hari berkunjung ke Puskesmas Pagak, giliran hari ini, Kamis (25/04), Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Enviromental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang di Indonesia dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur”, sowan ke Kepala Puskesmas (Kapus) Bululawang.

Tiga Tim Penelitian NIHR – dr. Harun Al Rasyid, MPH; Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH dan saya – sowan ke Kapus Bululawang dalam rangka ingin melakukan wawancara mendalam (in-depth interview) dengan sejumlah tenaga kesehatan (nakes) di lingkungan Puskesmas Bululawang dan seorang kader kesehatan.

Tim Penelitian NIHR beraudiensi dengan Kepala Puskesmas Bululawang

Selain Tim Penelitian NIHR dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB), juga tampak hadir salah seorang Tim Penelitian NIHR dari Yayasan Percik Salatiga (YPS) – Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K – yang ingin berjumpa dengan perawat desa Bakalan dan Krebetsenggrong untuk mematangkan agenda CEI (Community engagement and involvement).

Rombongan Tim Penelitian NIHR tiba pada pukul 08.42 WIB, dan diterima langsung oleh Kapus Bululawang drg. Lely Kumalasari di Ruang Pertemuan Lantai 2 Puskesmas Bululawang yang beralamatkan di Jalan Stasiun No. 11 – 13 Desa Bululawang, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang.

In-depth interview bersama Penanggung jawab PTM Puskesmas Bululawang

Kemudian Tim Penelitian NIHR beraudiensi dengan Kapus Bululawang. Dalam audiensi itu, dr. Harun Al Rasyid mengemukan tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kebijakan dan pelayanan kesehatan yang ditujukan dan mengidentifikasi berbagai faktor yang mendukung dan menghambat implementasi kebijakan dan pelayanan promotif preventif untuk mengurangi dampak polusi udara pada risiko penyakit paru-paru obstruktif kronik (PPOK) dan penyakit jantung pada masyarakat.

Setelah itu, Kapus Bululawang mempersilakan kepada Tim Penelitian NIHR untuk melakukan wawancara mendalam di Puskesmas Bululawang. Hanya saja di hari pertama ini terjadi perubahan responden. Yang sedianya dijadwalkan untuk dokter fungsional Puskesmas Bululawang, tidak bisa lantaran dokternya sedang mengikuti pelatihan “NIHR Global Health Research Group on Sustainable Care for Depression & Anxiety in Indonesia” atau NIHR-GHRC tentang Perawatan Berkelanjutan untuk Depresi dan Gangguan Kecemasan di Indonesia”, kolaborasi riset antara Universitas Indonesia (UI) dengan University of Manchester dan Manchester Metropolitas University di Golden Tulip Holland Resort Batu selama seminggu.

Jadi, akhirnya, reponden hari pertama sedikit berubah. Untuk dokternya dipending dulu, dan akhirnya Tim Penelitian NIHR melakukan wawancara mendalam dengan Penanggung jawab Penyakit Tidak Menular (Pj PTM) dan perawat Puskesmas Bululawang serta kader kesehatan dari Desa Bakalan.

In-depth interview (wawancara mendalam) telah menjadi metode pengumpulan data yang populer dalam penelitian kualitatif dalam pendidikan profesi kesehatan. Wawancara mendalam bisa tidak terstruktur, sangat terstruktur, atau semi-terstruktur, yang terakhir adalah yang paling umum. Panduan wawancara semi-terstruktur yang disusun dengan baik mencakup pertanyaan-pertanyaan yang telah ditentukan sebelumnya sekaligus memberikan fleksibilitas untuk mengeksplorasi topik-topik yang muncul berdasarkan pertanyaan penelitian. Untuk mengumpulkan data wawancara yang kaya, peneliti harus memperhatikan elemen-elemen kunci sebelum, selama, dan setelah wawancara (Eppich et. al., 2019: 85).

In-depth interview dengan perawat Puskesmas Bululawang

Dr. Harun Al Rasyid melakukan wawancara mendalam dengan Pj PTM Intati, A.Md.Keb; Meutia Fildzah Sharfina bersama dengan perawat Puskesmas Bululawang Adalea Aprilla, A.Md.Kep; dan saya melakukan in-depth interview dengan kader kesehatan Desa Bakalan Indah Astutik.

Letak wawancaranya pun harus dipisah. Dr. Harun Al Rasyid menempati ruangan di samping Ruang Kapus, Meutia Fildzah Sharfina memilih di kursi tamu dengan tangga, dan saya kebagian di Ruang Pertemuan Puskesmas Bululawang.

In-depth interview dengan kader kesehatan Desa Bakalan

Proses wawancara mendalam ini memakan durasi yang bervariasi, antara 40 menit hingga 1 jam. Yang terlama dilakukan oleh dr. Harun karena materinya yang lebih banyak ketimbang pertanyaan yang diajukan ke perawat maupun kader kesehatan.

Selain wawancara mendalam, Tim Penelitian NIHR dari YPS pun juga bertemu dengan perawat Desa Bakalan, dan langsung membahasnya terkait agenda CEI yang meliputi photovoice dan circle conversation yang bakal digelar di Desa Bakalan dan Desa Krebetsenggrong nantinya. *** [250424]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Leave a Comment