Assessing Vulnerabilities in Health Facilities in the Context of Climate Change di Dua Puskesmas di Kabupaten Malang

Perubahan iklim semakin memengaruhi fasilitas perawatan kesehatan di banyak tempat di seluruh dunia. Untuk mengurangi risiko perubahan iklim, fasilitas perawatan kesehatan harus tangguh. Fasilitas perawatan kesehatan yang tangguh terhadap iklim adalah fasilitas yang mampu mengantisipasi, menanggapi, mengatasi, memulihkan diri, dan beradaptasi terhadap guncangan dan tekanan terkait iklim, sehingga dapat memberikan perawatan kesehatan yang berkelanjutan dan terus-menerus kepada populasi sasarannya.
Oleh karena itu, penilaian kerentanan di fasilitas kesehatan, khususnya Puskesmas, dalam konteks perubahan iklim (assessing vulnerabilities in health facilities in the context of climate change) sangat penting karena peran unik yang dimainkan dalam memberikan layanan kesehatan di tingkat akar rumput.
Puskesmas sering kali menjadi titik kontak pertama bagi individu yang mencari perawatan medis, dan mereka berfungsi sebagai bagian penting dari jaringan perawatan kesehatan primer. Berkaitan dengan hal tersebut, Tim Peneliti NIHR Global Health Research Centre for Non Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) Theme 1: Primary Healthcare Strengthening berusaha melakukan wawancara dengan dua Puskesmas di Kabupaten Malang yang bakal menjadi intervention area, yaitu Puskesmas Pagak dan Puskesmas Bululawang.
Wawancara pertama dilakukan dengan pihak Puskesmas Pagak pada Senin (13/01). Yang menjadi responden dalam wawancara tersebut adalah dokter fungsional Puskesmas Pagak dr. Intan Putri Hadiyanti) dan Kepala Tata Usaha Puskesmas Pagak Sulih Mintarum, S.T., yang sekaligus juga menjadi Koordinator Kesehatan Lingkungan (Kesling Puskesmas Pagak. Sedangkan, wawancara kedua dilakukan dengan pihak Puskesmas Bululawang pada Selasa (14/01), dan yang menjadi responden adalah Kepala Puskesmas Bululawang drg. Lely Kumalasari.

Assessing Vulnerabilities in Health Facilities in the Context of Climate Change di Dua Puskesmas di Kabupaten Malang
Assessing vulnerabilities in health facilities in the context of climate change di Puskesmas Pagak, Kabupaten Malang (Senin, 13/01)


Wawancara tersebut menggunakan checklists to assess vulnerabilities in health care facilities in the context of climate change yang diadopsi dari World Health Organization (WHO). Item-item yang ditanyakan cukup banyak. Wawancaranya memerlukan waktu lebih dari satu jam lamanya.
Dikutip dari laman WHO, dokumen checklist ini menyediakan daftar periksa khusus untuk menilai kerentanan pada tingkat fasilitas perawatan kesehatan. Menetapkan dasar ketahanan untuk fasilitas perawatan kesehatan tertanam dalam keseluruhan proses untuk memperkuat ketahanan dan keberlanjutan lingkungan di fasilitas perawatan kesehatan.
Oleh karena itu, dokumen saat ini berfokus pada langkah-langkah yang disarankan berikut untuk menilai kerentanan dan menyediakan daftar periksa untuk setiap bahaya iklim, meliputi (i) mengidentifikasi bahaya iklim yang perlu dikhawatirkan; (ii) menilai kerentanan saat ini untuk setiap bahaya, di setiap komponen utama fasilitas perawatan kesehatan; dan (iii) memahami dampak potensial yang ditimbulkan oleh variabilitas dan perubahan iklim di setiap komponen utama fasilitias perawatan kesehatan.
Penguatan ketahanan fasilitas pelayanan kesehatan terhadap perubahan iklim dilakukan melalui penerapan pendekatan penilaian dan manajemen risiko.
Untuk menilai risiko yang dapat diukur pada fasilitas perawatan kesehatan, langkah kunci pertama adalah mengidentifikasi bahaya iklim yang mereka hadapi. Kehadiran bahaya tidak menyiratkan paparan, karena langkah-langkah adaptasi dapat sangat mengurangi atau menghilangkan paparan dan dampak yang berbahaya.

Assessing vulnerabilities in health facilities in the context of climate change di Puskesmas Bululawang, Kabupaten Malang (Selasa, 14/01)


Namun, untuk tujuan menilai fasilitas perawatan kesehatan, dapat diasumsikan bahwa jika suatu bahaya mengancam fasilitas perawatan kesehatan, itu karena komponen fasilitas dan operasinya terpapar.
Langkah kedua adalah mengidentifikasi kerentanan, bersama dengan analisis lokasi geografis fasilitas dan masyarakat yang mereka layani. Langkah ketiga adalah memeriksa apakah keempat persyaratan (yaitu tenaga kesehatan; layanan air, sanitasi, dan higiene serta limbah perawatan kesehatan; layanan energi; infrastruktur, teknologi, produk dan proses) untuk perawatan yang aman dan berkualitas dapat dipengaruhi oleh bahaya.
Dalam langkah ini, penting juga untuk mengidentifikasi apakah bahaya yang berbeda atau lebih kuat yang terkait dengan perubahan iklim, atau faktor-faktor lain, dapat meningkatkan risiko terhadap fasilitas sekarang atau di masa mendatang.
Jadi, checklist yang diwawancarakan kepada pihak Puskesmas ini, sesungguhnya menyediakan kerangka kerja yang komprehensif untuk mengevaluasi kerentanan fasilitas kesehatan primer terhadap perubahan iklim dan membantu mengidentifikasi area yang memerlukan perencanaan adaptasi dan ketahanan.
Dengan menangani aspek-aspek ini, fasilitas dapat meningkatkan kapasitas mereka untuk menyediakan layanan kesehatan dalam menghadapi tantangan terkait iklim. *** [150125]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo     |     Editor: Budiarto Eko Kusumo

Leave a Comment