FGD Fase 1 Terkait Sampah Plastik Di Desa Krebet Senggrong

Air Pollution

Focus Group Discussion (FGD) telah dilakukan beberapa kali di Desa Krebet Senggrong, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, dalam rangka NIHR Global Health Research Centre for Non Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHR NCDs & EC).

Yayasan Percik Salatiga (YPS) mengawali dengan FGD Photovoice bersama dengan 5 orang kader. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya mengadakan FGD Anggota Komunitas dengan 6 peserta yang terdiri dari perangkat desa, tokoh masyarakat, dan pasien yang memiliki riwayat penyakit tidak menular (PTM).

Senin (10/06), gantian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP UB) menggelar FGD Fase 1 terkait Sampah Plastik dan kebijakan pembakaran sampah di Krebet Senggrong sebanyak 4 kali secara bergantian.

FGD bersama wakil masyarakat yang terdampak polusi udara untuk laki-laki

Tim Penelitian NIHR yang hadir dalam FGD Fase 1 ini multidisiplin. Ada 5 orang yang diinisiasi oleh Dr. Rizka Amalia, S.K.Pm., M.Si, yang terdiri dari 5 orang anggota Tim lainnya: Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D (FIA UB), Hilda Irawati, S.Stat. (administrasi NIHR), Tanjung Prameswari, S.Tr. P (mahasiswi S2 FP UB), Supyandi (mahasiswa FIA UB), dan fasilitator NIHR.

Bertempat di ruang kerja Kepala Desa (Kades) Krebet Senggrong, Slamet Efendi, S.E., acara FGD ini dimulai pada pukul 09.14 WIB. Di awali dengan FGD bersama wakil masyarakat yang terdampak polusi udara untuk laki-laki ( 6 orang), lanjut ke FGD dengan wakil masyarakat yang terdampak polusi udara untuk perempuan (6 orang), terus FGD bersama kader (tenaga kesehatan masyarakat), dan sesi terakhir FGD bareng tokoh masyarakat yang berisiko tinggi terpapar polusi udara.

Pada waktu FGD dengan kader kesehatan, 6 orang peserta berseragam kompak dengan kaos warna biru muda lengan panjang dan jilbab warna abu-abu, serta bawahan warna gelap.

FGD dengan wakil masyarakat yang terdampak polusi udara untuk perempuan

Sebelum memasuki sesi terakhir, Tim Penelitian NIHR break sesaat karena Sekretaris Desa Krebet Senggrong M. Darussalam yang membantu mempersiapkan peserta FGD itu, memintanya untuk mencicipi hidangan makan siang yang telah disiapkan oleh pihak desa di Gedung PKK yang berada di sebelah utara ruang kerja Kepala Desa.

Kemudian Tim Penelitian NIHR bersama Kades mengecap (merasai) hidangan yang telah disiapkan. Nasinya yang putih pulen dengan aneka lauk, seperti kotokan belut, gulai ayam, oseng-oseng pare, dan balado teri, terasa nikmat.

Usai menikmati santap makan siang bersama Kades Krebet Senggrong, acara pun kemudian dilanjutkan dengan FGD bareng tokoh masyarakat yang berisiko tinggi terpapar polusi udara. 

FGD bersama kader (tenaga kesehatan masyarakat)

Dari FGD itu teringkas hasilnya bahwa pengelolaan sampah di Desa Krebet Senggrong sebenarnya sudah berjalan. Hanya saja terkadang menjumpai beberapa kendala, seperti misalnya ketika petugas pengangkut sampah tidak mengambil sampah dari rumah ke rumah warga karena keterbatasan armada gerobak dan petugasnya, maka akan menimbulkan penumpukan sampah yang menyebabkan masyarakat kembali ke cara tradisional dengan membakarnya di halaman belakang rumah. 

“Praktis, ekonomis, cepet entek,” kata salah seorang kader kesehatan asal Dusun Trunajaya, Desa Krebet Senggrong. “Dan, bisa untuk mengusir nyamuk.”

Selain itu, muncul juga keterbatasan container tempat penampungan sampah di TPS (Tempat Pembuangan Sampah) di Dusun Krapyak Jaya, Desa Krebet Senggrong. Lalu, polusi udara akan muncul secara masif ketika Pabrik Gula (PG) Krebet mulai melakukan proses giling.

FGD bareng tokoh masyarakat yang berisiko tinggi terpapar polusi udara

Dusun Demang Jaya yang letaknya berada di sebelah utara PG Krebet kerap mendapatkan kiriman langes (jelaga dari hasil proses pembuatan gula) menempel di dinding-dinding yang bikin mata terasa pedih.

Bank sampah sebenarnya juga sudah pernah beraktivitas di RT 07, namun sekarang sepertinya telah mati suri. Hal ini, menurut sejumlah peserta FGD dari berbagai sesi diketahui, disebabkan oleh pihak pengepul yang mengambil hasil pengumpulan dari warga tidak rutin. Ini menyebabkan keengganan pengelola bank sampah mengingat keterbatasan lahan pengumpulan sampah anorganik dari warga.

Acara FGD Fase 1 4 sesi ini berakhir pada pukul 13.11 WIB. Kemudian Tim Penelitian NIHR berpamitan dengan perangkat desa. Lima orang dengan berkendara mobil kembali ke Kampus UB, dan fasilitator NIHR yang berkendara motor kembali ke Sekretariat SMARThealth untuk bersua dengan Tim Peneliti NIHR dari YPS guna mendiskusikan persiapan agenda untuk menggelar circle communication tingkat Kabupaten. *** [110624]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Leave a Comment