Pondok Gurame Nagarema: Saksi Refleksi Photovoice Kader dari Krebet Senggrong dan Bakalan

Sekali-kali mencari tempat sedikit berbeda dalam berkegiatan, asyik juga ternyata! Seperti yang dilakukan dalam pelaksanaan photovoice tahap 4 ini, yang diadakan di Pondok Gurame Nagarema (PGN) yang beralamatkan di Jalan Raya Kuwolu, Dusun Maqbul RT 08 RW 03 Desa Kuwolu, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang.

Lokasinya yang “mewah” (mepet sawah) memberikan kesan tersendiri. Sebelum-sebelumnya kegiatannya berkutat di ruang kerja Kepala Desa Krebet Senggrong maupun ruang kerja Kepala Dusun di Bakalan yang semuanya ber-AC (Air Conditioner).

Pada tahap 4 ini, gantian digelar di PGN pada Rabu (12/06). Bertempat di Balai Plontho, pojok belakang dari halaman PGN, yang dikelilingi gazebo-gazebo lesehan dengan gemericik air di kolam ikan yang berada di sisi selatan, memberikan nuansa tersendiri. Belum lagi, hamparan tanaman padi di sebelah utaranya terasa meneduhkan pikiran dengan iringan semilir angin sepoi-sepoi.

Kader Krebet Senggrong dan Bakalan berpose bersama di Pondok Gurame Nagarema

Suasana lokasi pilihan para kader ini memang cocok untuk kegiatan refleksi dalam photovoice. Refleksi adalah sesuatu yang sering kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini melibatkan pemikiran tentang pengalaman, emosi, dan tindakan kita serta mempertimbangkan pengaruhnya terhadap kita dan orang-orang di sekitar kita.

Photovoice yang diawali dengan mengabadikan pemandangan lingkungan sekitar dengan tema persampahan, kader mengumpulkannya dan memilih di antara foto-foto tersebut. Untuk setiap foto yang dipilih, mereka memberikan keterangan atau deskripsi naratif sesuai teknik penulisan storytelling yang telah diajarkan: Seperti apa komunitas Anda? Apa harapan dan impian Anda untuk masyarakat? Foto ini menjadi titik awal untuk membantu mereka mengartikulasikan perjuangan dan tantangan serta kemungkinan perubahan. Yang paling penting, melalui foto dan deskripsi narasi, mereka berupaya mengekspresikan diri mereka, apa yang penting bagi mereka dan alasannya.

Dari situ, kader dapat merefleksikan pengalamannya. Karena, refleksi diyakini mempunyai manfaat, yang salah satunya dapat memberikan perubahan sosial dalam komunitasnya, berupa tindakan yang datang menjadi lebih baik.

Suasana menjelang refleksi photovoice

Peneliti Women Empowerement and Gender mainstreaming in policy and research Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K. dari Yayasan Percik Salatiga (YPS) yang tergabung dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) yang dinakhodai oleh Universitas Brawijaya (UB) bersama fasilitator NIHR, mengadakan refleksi dalam photovoice bersama 5 orang kader dari Desa Krebet Senggrong dan 5 orang kader dari Desa Bakalan. Kedua desa tersebut berada di wilayah administratif Kecamatan Bululawang.

Lima orang kader dari Desa Krebet Senggrong terdiri dari Nur Rohma, Lidya Mas’udah, Sanik, Yeni Mariana, dan Nadzirotun Khasanah. Sedangkan, 5 orang kader dari Desa Bakalan meiputi Sandi Cahyadi, Indah Astutik, Ana Sholicha, Mahmudah, dan Lilik Nur Aini.

Selain itu, tampak hadir pula seorang kader peninjau (observer) dari Desa Gampingan, Siti Aminah, S.Pd., M.H. dalam kegiatan tahap 4 photovoice, yakni refleksi pengalaman. Meskipun mereka datang dari lokasi yang jauh dengan berkendara motor matic dan sepuh tapi semangat ngangsu kawruhnya (belajarnya) sangat tinggi.

Prosesi refleksi pengalaman kader dalam photovoice

Dalam refleksi pengalaman itu, peneliti YPS dan fasilitator NIHR berusaha mendengarkan pengalaman-pengalaman reflektifnya selama mengikuti photovoice. Kedua belas kader itu berusaha membicarakan pengalaman-pengalamannya selama mengikuti kegiatan photovoice secara bergantian.

Pada kegiatan refleksi itu, terangkum hasil yang mengemuka. Mereka umumnya merasa senang mengikuti photovoice karena mendapatkan ilmu dan pengetahuan baru, yang sebelumnya belum pernah ada.

Kesan kebanyakan peserta photovoice dapat mempelajari proses pengambilan foto, apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dari peneliti YPS, serta pelatihan menulis storytelling dari fasilitator NIHR untuk para kader dari dua desa tersebut.

Suasana Pondok Gurame Nagarema menyatu dengan alam

Di samping itu, setelah mengikuti rangkaian tahapan photovoice, para kader merasa timbul kepercayaan untuk sharing pengalamannya terkait pengelolaan sampah ke depannya. “Wis entuk ilmu, pengalaman, kenalan, lan disangoni!,” kata salah seorang peserta lainnya yang mengundang tawa teman-teman lainnya.

Kata para kader, secara umum pelaksanaan photovoice ini bagus dan bermanfaat, bahkan kader peninjau juga mengapresiasinya. Dulu kita tidak tahu banyak tentang dampak pembakaran sampah terhadap kesehatan masyarakat, kini menjadi tahu sehingga sebagai kader bisa turut menyosialisasikan pengalamannya dalam mengikuti photovoice ini. Tak lupa, mereka juga mengapresiasi peneliti YPS dan fasilitator NIHR yang bisa membaur dengan para kader sehingga dalam penyampaiannya bisa diterima dengan baik. “Santai tapi serius,” katanya.

Acara kegiatan tahap 4 refleksi dalam photovoice yang dimulai dari pukul 08.35 WIB, berakhir pada pukul 12.37 WIB. Kemudian peneliti YPS dan fasilitator NIHR meninggalkan Pondok Gurame Nagarema yang menjadi saksi kegiatan refleksi photovoice ini, dan pulangnya singgah di Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Malang di Kepanjen untuk melakukan audiensi namun belum bisa hari ini. Menunggu suratnya di-approval dulu. *** [120624]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Leave a Comment