Hari Ketiga Writing Workshop: Menajamkan Nalar, Merangkai Cerita Sains

Writing Workshop memasuki hari ketiga sekaligus hari terakhir pada Sabtu (13/12). Sejak pagi, atmosfer akademik sudah terasa di Renaissance Hall, The Golkonda Resorts & Spa, tempat para peserta kembali berkumpul untuk sesi penutup yang padat refleksi, kritik, dan inspirasi.

Tepat pukul 08.59 IST, acara dibuka oleh Master of Ceremony (MC), Aakanksha Mehrotra dari The George Institute for Global Health (TGI) India. Setelah pembuka singkat, kendali acara langsung diambil alih oleh Dr. Laura Downey dari The George Institute for Global Health (TGI) Australia, yang ditunjuk sebagai pengampu Writing Workshop hari ketiga.

Pada sesi ini, Dr. Laura mulai mengulas dan mengevaluasi law summary – submission yang telah dikumpulkan oleh para peserta dari tiga institusi: Sri Ramachandra Institute of Higher Education and Research (SRIHER) Chennai, International Centre for Diarrhoeal Disease Research, Bangladesh (icddr,b), serta Universitas Brawijaya (UB) Malang.

Hari Ketiga Writing Workshop: Menajamkan Nalar, Merangkai Cerita Sains
Dr. Laura Downey mengulas dan mengevaluasi law summary – submission dari SRIHER, icddr,b dan UB

Meski tidak dapat hadir secara fisik karena kendala visa, tim icddr,b tetap berpartisipasi aktif dengan mengirimkan law summary secara daring. Adapun tiga karya yang dibedah secara mendalam pada sesi ini adalah “Developing a Community Heat-Risk Tool” dari SRIHER, “Reducing Salinity Exposure and Non-Communicable Diseases in Coastal Bangladesh Through Improved Water Service Management” dari icddr,b, serta “Understanding Multimorbidity Pattern in Indonesia” dari UB.

Dr. Laura memberikan evaluasi komprehensif, mulai dari kejelasan pesan kebijakan, ketajaman analisis, hingga potensi dampak riset terhadap pengambilan keputusan publik. Diskusi berlangsung dinamis, memperlihatkan bagaimana riset lintas negara dapat saling belajar dalam konteks kebijakan kesehatan global.

Memasuki pukul 09.39 IST, fokus workshop bergeser ke sesi bertajuk “Communicating Research Findings to Media: Making Science Make Sense” yang dibawakan oleh Dr. Kurmanath K V, Senior Deputy Editor The Hindu Business Line. Sejak awal, Dr. Kurmanath menegaskan pentingnya komunikasi sains di era yang didefinisikan oleh kemajuan ilmiah, pandemi, perubahan iklim, kecerdasan buatan (AI), hingga rekayasa genetika. Di tengah banjir informasi, ia menyoroti bahaya misinformation, disinformation, fake news, dan deepfakes, yang kerap mengaburkan kebenaran ilmiah.

Communicating Research Findings to Media: Making Science Make Sense” oleh Dr. Kurmanath K V, Senior Deputy Editor The Hindu Business Line

Ia kemudian menguraikan atribut esensial jurnalis sains: sebagai penerjemah yang menyederhanakan kompleksitas, kontekstualis yang menjawab “so what?” dan “what’s next?”, skeptikus profesional yang tetap kritis, serta pencerita (storyteller) yang mampu menemukan sisi manusiawi di balik data. “People will believe anything when you say ‘scientists have discovered it’,” ujarnya, mengingatkan pentingnya kehati-hatian dalam menyampaikan temuan ilmiah.

Dr. Kurmanath menjelaskan dasar-dasar komunikasi sains, mulai dari penggunaan prinsip 5W+1H, berbagai bentuk komunikasi ilmiah, hingga prinsip kunci: sederhana, jelas, akurat, dan minim jargon. Ia juga membahas seni komunikasi yang sederhana dan menarik, dengan menyesuaikan bahasa sesuai audiens—baik ilmuwan maupun masyarakat awam. “Jika ibu atau nenek Anda membacanya, mereka harus bisa memahami,” katanya.

Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya memperkuat pemahaman dan dampak melalui anekdot, penekanan pada relevansi bagi pembaca, penggunaan visual, serta rujukan yang kredibel. “Tulis seperti Anda berbicara. Saat berbicara, kita menyederhanakan. Saat menulis, kita sering justru mempersulit,” ungkapnya.

Peserta Writing Workshop hari ketiga atau hari terakhir yang duduk di meja belakang di Renaissance Hall lantai 2 The Golkonda Resorts & Spa, Hyederabad, India

Dr. Kurmanath juga menyinggung “The Great Disconnect” antara peneliti dan media: peneliti menghargai proses, sementara media mengejar dampak. Jika peneliti tidak mampu menerjemahkan risetnya, orang lain akan melakukannya – dan bisa jadi keliru. Ia memperkenalkan konsep inverted pyramid, perbedaan struktur tulisan akademik dan media, serta mitos bahwa penyederhanaan merusak sains. Sebaliknya, menurutnya, aksesibilitas justru mendemokratisasi sains.

Sesi ini turut membahas ethical guardrails dalam komunikasi sains: meminimalkan bias, menghormati konteks budaya, menjaga martabat partisipan, melindungi privasi, bertanggung jawab atas pesan, membangun kepercayaan, dan memastikan kredibilitas melalui bukti yang kuat.

Meski sempat terpotong oleh tea break, antusiasme peserta tetap tinggi, termasuk dari field facilitator NIHR UB. Usai pemaparan, MC membuka sesi tanya jawab yang diikuti oleh Dr. Rizka Amalia, S.K.Pm., M.Si (NIHR UB), Dr. Laura Downey, Dr. Chris Mary Kurian (TGI India), serta beberapa personel TGI India lainnya. Tepat pukul 11.37 IST, Dr. Kurmanath meninggalkan tempat.

Practical Session: Creating & Posting Content on Social Media

Acara kemudian dilanjutkan dengan Feedback & Closure of the Workshop yang dipandu Aakanksha Mehrotra. Seluruh peserta diminta mengisi umpan balik melalui Mentimeter menggunakan barcode yang telah dibagikan. Setelah itu, sesi terakhir berupa Practical Session: Creating & Posting Content on Social Media dipandu oleh Neha Sen (TGI India) hingga pukul 12.54 IST.

Rangkaian Writing Workshop hari ketiga sekaligus hari terakhir ditutup dengan makan siang bersama di selasar Renaissance Hall. Selepas itu, peserta membubarkan diri dengan agenda masing-masing – berburu oleh-oleh, sekadar jalan-jalan, atau berkemas untuk kepulangan. Tim NIHR UB menjadi salah satu yang terakhir meninggalkan The Golkonda Resorts & Spa, mengingat jadwal penerbangan mereka baru pada pukul 23.10 IST.

Writing Workshop pun resmi berakhir, meninggalkan bukan hanya catatan akademik, tetapi juga kesadaran baru, bahwa riset yang baik tidak cukup berhenti di jurnal, melainkan harus mampu diceritakan, dipahami, dan memberi dampak nyata bagi masyarakat. *** [181225]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo     |     Editor: Budiarto Eko Kusumo

Leave a Comment