Jadwal Terbaik adalah Jadwal yang Beradaptasi dengan Perubahan

The best schedule is one that is adapting to change.” Ujaran (quote) Tamerlan Kuzgov, seorang penulis The Mixed Martial Art Combines Ineffective Techniques (2021) asal Rusia ini terlihat sederhana, “Jadwal terbaik adalah jadwal yang beradaptasi dengan perubahan.”

Namun dibalik kesederhanaannya, ujaran tersebut memiliki implementasi yang kompleks. Kompleks adalah suatu kesatuan yang terdiri dari sejumlah bagian, khususnya yang memiliki bagian yang saling berhubungan dan saling tergantung.

Berdiskusi dengan perawat Desa Bakalan di Puskesmas Bululawang

Fasilitator dan salah seorang Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), atau yang dikenal dengan penelitian “Dampak Polusi Udara terhadap Risiko Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik dan Penyakit Jantung di Kabupaten Malang, Jawa Timur, asal Yayasan Percik Salatiga (YPS) – Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K – pun menyadari implisit ujaran Kuzgov tersebut.

Di tengah padatnya jadwal turun lapangan dari Tim Penelitian NIHR yang terdiri dari beberapa institusi (2 dari Fakultas di Universitas Brawijaya (Kedokteran dan Pertanian) dan juga ada 2 civil society yang salah satunya adalah YPS), fasilitator dan YPS berusaha mematangkan jadwal dalam rangka menyelenggarakan FGD (Focus Group Discussion) Photovoice terkait persampahan dan polusi udara.

Menurut Dawson, Manderson & Tallo dalam A Manual for the Use of Focus Groups (Boston: INFDC, 1993), salah satu perencanaan penyelenggaraan operasional untuk FGD adalah merencanakan waktu dan tempat penyelenggaraannya serta mengatur tempat yang memungkinkan terjadinya interaksi yang santai, aman dan nyaman.

Berdiskusi dengan perawat Desa Krebetsenggrong di Puskesmas Bululawang

Ini merupakan hal krusial dan tidak gampang. Mengingat hal ini diikuti oleh beberapa orang dengan berbagai karakteristiknya, dan sekaligus bersinggungan dengan pihak-pihak lainnya. Oleh karena itu, fasilitator dan anggota Tim Penelitian NIHR YPS berusaha berkomunikasi dengan perawat desa masing-masing yang nota bene termasuk individu yang mengenal karakteristik partisipan dan sekaligus geografisnya.

Dua hari fasilitator NIHR melakukan in-depth interview bersama Tim Penelitian NIHR dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) di Puskesmas Bululawang, mengajak anggota Tim Penelitian NIHR YPS agar segera terhubung dengan perawat Desa Bakalan dan Krebetsenggrong.

Hari pertama in-depth interview di Puskesmas Bululawang pada Kamis (25/04), anggota Tim Penelitian NIHR YPS bisa berkomunikasi dengan perawat Desa Bakalan Dian Pramono, A.Md.Kep saat mengantar kader kesehatan Desa Bakalan yang mengikuti in-depth interview di Puskesmas Bululawang.

Berdiskusi dengan perawat Desa Gampingan di Pustu Gampingan

Hari kedua in-depth interview Tim Penelitian NIHR FKUB di Puskesmas Bululawang pada Jumat (26/04), anggota Tim Penelitian NIHR YPS bersua dengan perawat Desa Krebetsenggrong Citra Sulistyo Wardini, A.Md.Kep yang kebetulan mengikuti in-depth interview di Puskesmas Bululawang.

Lalu, pada hari Sabtu (27/04), fasilitator NIHR mengajak anggota Tim Penelitian NIHR YPS untuk bertemu dengan perawat Desa Gampingan dan Sumberejo. Kedua desa tersebut berada di wilayah administratif Kecamatan Pagak dan sekaligus masuk dalam wilayah kerja Puskesmas Pagak.

Pukul 08.25 WIB, fasilitator dan anggota Tim Penelitian NIHR YPS berjumpa dengan perawat Desa Gampingan Tyas Pratiwi, A.Md.Kep di Pustu Gampingan yang beralamatkan di Jalan Raya Gampingan Dusun Krajan RT 04 RW 01 Desa Gampingan, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Berdiskusi dengan perawat Desa Sumberejo di Puskesmas Pagak

Di Pustu Gampingan, kita mediskusikan penyelenggaran FGD Photovoice di Desa Gampingan di tengah jadwal pengumpulan data yang padat merayap dari FKUB. Begitu pula, ketika bersua dengan perawat Desa Sumberejo Hari Purnomo, S.Kep. Ners di Puskesmas Pagak pada pukul 09.03 WIB, juga membahas seperti apa yang dilakukan bersama perawat Desa Gampingan.

Dari empat pertemuan dengan keempat perawat desa tersebut, akhirnya bisa mengagendakan pelaksanaan FGD Photovoice terkait persampahan dan polusi udara setelah melalui diskusi yang intens. Pernah mengalami sejumlah perubahan, entah itu waktunya, entah itu harinya. Namun akhirnya terjadi titik temu dalam jadwal secara sambung-menyambung. Paginya di desa ini, siang/sorenya di desa lainnya.

Setelah disepakati, masalah tidak berhenti di situ saja. Fasilitator segera menghubungi admin penelitian NIHR Hilda Irawati untuk membantu menyiapkan surat pinjam pakai salah satu ruangan di balai desa tempat diselenggarakannya FGD Photovoice kepada Pemerintah Desa setempat, dan sekaligus mengundang kader yang telah terpilih dari desanya masing-masing, mengingat kader sesungguhnya adalah milik desa. *** [280424]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Leave a Comment