“Anda dapat mulai mengubah dunia menjadi lebih baik setiap hari – tidak peduli seberapa kecil tindakannya.” –Neslon Mandela
Topi flatcap warna krem yang dikenakannya memiliki keunikan tersendiri, terkesan santai, dewasa dan sangat bergaya. Bagi yang belum mengenalnya, pria paruh baya berkaca mata itu terlihat ala pelukis. Namun kalau sudah mengobrol dengan pemilik nama lengkap Slamet Efendi, S.E., begitu luas wawasannya.
Slamet Efendi dikenal sebagai Kepala Desa (Kades) Krebet Senggrong, salah satu desa yang berada di wilayah administratif Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang. Ia berpembawaan halus, sopan, dan semanak.
Berbincang-bincang dengan Kades Krebet Senggrong |
Kamis (04/07) pagi, fasilitator NIHR dan Tim CEI (Community engagement and involvement) dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) berbincang-bincang dengan Kades Krebet Senggrong terkait pengelolaan sampah selama ini.
Kehidupan manusia tidak terlepas dari produksi sampah terutama dalam kehidupan sekarang ini. Setiap hari, kita menghasilkan berbagai jenis sampah, mulai dari sampah organik seperti sisa makanan, hingga sampah anorganik atau non-organik seperti plastik, kertas, logam, dan lain-lain. Sampah-sampah ini berasal dari aktivitas sehari-hari dari sisa makanan yang dikonsumsi masyarakat dan barang, pengemasan produk, serta proses industri.
Produksi sampah yang tinggi menimbulkan berbagai masalah lingkungan dan sosial. Sampah dapat mencemari air dan udara, merusak ekosistem alami, serta membahayakan kesehatan manusia dan hewan.
TPS Krapyak Jaya, Desa Krebet Senggrong, Kecamatan Bululawang |
Fenomena ini dimengerti betul oleh Kades Krebet Senggrong Slamet Efendi. Oleh karena itu, di awal masa jabatannya (tahun 2019), kebersihan lingkungan menjadi visi utama sang kades. Ia pun berusaha menganggarkan untuk kebersihan lingkungan utamanya yang berkaitan dengan pengelolaan sampah, seperti pengadaan bak sampah yang terbuat dari ban yang diambilkan dari Alokasi Dana Desa (ADD), dan gerobak sampah.
“Meski porsinya tidak besar,” kata Kades Krebet Senggrong, “Namun hal itu untuk mewujudkan visinya dalam menjalankan kebersihan lingkungan secara berkelanjutan.”
Setahun menjabat sebagai Kades, Slamet Efendi menginisiasi pembangunan Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) yang berlokasi di Dusun Krapyak Jaya RT 14 RW 03 Desa Krebet Senggrong, berada di dekat Saluran Irigasi Kedungkandang, yang oleh masyarakat setempat dikenal dengan Kali Anyar.
TPS Krapyak Jaya dilihat dari jembatan lori yang melintang di atas Kali Anyar |
Bangunan berukuran 10 x 10 meter itu didirikan di atas tanah irisan tanah bengkok, dan pembiayaan pembangunannya mendapat bantuan corporate social responsibility (CSR) dari Pabrik Gula (PG) Krebet Baru.
Kemudian setelah bangunan TPS berdiri, Kades Slamet Efendi berusahan membangun insinerator. Insinerator merupakan alat yang digunakan untuk membakar limbah padat dan dioperasikan dengan memanfaatkan teknologi pembakaran pada suhu tertentu.
Insinerator yang didirikan dari Dana Desa (DD) tersebut sebenarnya digadang-gadang sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi timbunan limbah. Namun baru sekali dipakai, mendapat larangan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) karena dikawatirkan menimbulkan pencemaran udara. Sejak itu, insinerator tidak dioperasikan lagi.
Cerobong insinerator di TPS Krapyak Jaya yang sudah tidak dioperasikan lagi |
Setelah prasarana dan sarana TPS ada, pengelolaan sampah diserahkan kepada BUMDes (Badan Usaha Milik Desa). BUMDes sendiri merupakan usaha desa yang dikelola oleh Pemerintah Desa, dan berbadan hukum.
Pengelolaan sampah di TPS Krapyak Jaya tersebut tidak selamanya berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Terkadang menemui sejumlah kendala dan pasang surut. Persoalannya bisa internal maupun eksternal.
Masalah internalnya biasanya terjadi pada komunikasi di antara sumber daya manusia yang ada dalam tata kelola sampah. Sedangkan persoalan eksternal bisa terjadi bila ada keterlambatan pengangkutan sampah dari TPS Krapyak Jaya menuju Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Wisata Edukasi Talangagung, Kepanjen, seperti keterlambatan pengambilan sampah karena sesuatu hal, seperti container mengalami kerusakan, dan lain-lain. Hal ini akan menyebabkan masyarakat kembali ke cara tradisional, yaitu dengan membakar sampah yang menimbulkan polusi udara dan berdampak bagi kesehatan masyarakat.
Tumpukan sampah dan gerobak sampah |
Permasalahan yang dijumpai itu, diakui oleh Kades Slamet Efendi masih perlu pembenahan di sana-sini, seperti perlunya pendampingan dalam pengelolaan sampah yang baik, pemilahan sampah, pengurangan penggunaan plastik sekali pakai, dan edukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan dan dampak negatif sampah bila tidak dikelola dengan baik.
Kendati demikian, kepedulian Kades Krebet Senggrong terhadap kebersihan lingkungannya patut diapresiasi. Seperti ujaran (quote) Nelson Rolihlahla Mandela (1918-2013) yang pernah menjabat sebagai Presiden Afrika Selatan sejak 1994 sampai 1999, “You can start changing the world for the better daily – no matter how small the action” (Anda dapat mulai mengubah dunia menjadi lebih baik setiap hari – tidak peduli seberapa kecil tindakannya). *** [040724]
Oleh: Budiarto Eko KusumoEditor: Budiarto Eko Kusumo