Kunjungan Senja, Skrining Istimewa: Ketika Kader Mengetuk Pintu Pejabat Kesehatan

Ahad (04/05) bakda Maghrib, langit masih terlihat lembayung di Sekretariat SMARThealth yang berada di Desa Dilem, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang. Cuaca sedikit gerah, meski habis turun hujan sebentar.
Di tengah suasana itu, tiba-tiba sebuah telepon masuk ke ponsel Fasilitator NIHR. Pukul memperlihatkan pukul 18.07 WIB. Di layar muncul nama Ninik Kartini, salah seorang kader SMARThealth Kepanjen yang terlibat dalam piloting NIHR (National Institute for Health and Care Research) Universitas Brawijaya (UB).
“Pak Budi longgar? Saya sudah janjian dengan Pak Paulus untuk berkunjung ke rumahnya … untuk skrining,” begitu suara kader Ninik yang terdengar dari handhpone tersebut.
Fasilitator NIHR tak menunda. Segera meluncur menuju kediaman kader Ninik Kartini yang berada di daerah Sukun RT 09 RW 05 Kelurahan Kepanjen. Begitu motor diparkir di halaman rumahnya yang kebetulan anaknya sedang check sound, Fasilitator langsung jalan kaki mendampingi kader Ninik menuju ke rumah responden, yaitu Kepala Sub Koordinator (Kasubkon) PTM dan Keswa Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang, Paulus Gatot Kusharyanto, SKM.
Skrining kesehatan ini adalah bagian dari uji coba aplikasi SMARThealth versi terbaru. Ninik Kartini, sebagai salah seorang kader terlatih, menjadi garda terdepan dalam implementasi sistem digital berbasis komunitas ini.

Kunjungan Senja, Skrining Istimewa: Ketika Kader Mengetuk Pintu Pejabat Kesehatan
Kasbunkon PTM dan Keswa yang menjadi responden menyaksikan munculnya 2 speedometer dalam aplikasi SMARThealth versi terbaru.


Kunjungan yang merupakan dari bagian piloting NIHR ini bukan sekadar formalitas. Ini tentang praktik nyata: mengetuk pintu pagar, menyapa responden, menjelaskan kunjungan, melakukan skrining kesehatan, dan edukasi yang dibantu oleh rekomendasi usai speedometer hasil pemeriksaan muncul di layar Tablet Samsung Galaxy Tab A9+ 5G.
Sesampainya di depan pagar responden, kader Ninik langsung membuka pagar dan mengucapkan selamat malam kepada istri responden yang kebetulan sedang bercengkerama di teras depan.
“Selamat malam … Bu? Pak Paulus ada? Mohon izin malam-malam begini … Saya ingin melakukan skrining kesehatan sebagai bagian piloting NIHR,” ujarnya dengan nada sopan dan tenang.
Sambil tersenyum istri Pak Paulus menyambutnya, dan mempersilakan duduk terlebih dahulu. Ia pun kemudian memanggil suaminya yang bakal menjadi responden malam ini. Kebetulan responden sudah pulang dari peribadatannya di GKJW Kepanjen.

Fasilitator NIHR membantu kader melakukan pengukuran tinggi badan karena kalah tinggi dengan responden


Di teras yang begitu luas dan semilir, kader Ninik memulai proses skrining. Dengan Galaxy Tab di tangan, ia membuka aplikasi SMARThealth. Prosedur dimulai dari menanyakan identitas berdasarkan KTP yang ada, dan diteruskan dengan anamnesa – menanyakan riwayat kesehatan, kebiasaan sehari-hari, hingga keluhan yang mungkin dirasakan. Lalu, pengukuran antropometri, tekanan darah, pemantauan laju pernapasan, pengukuran oksimetri, serta pengencekan kadar gula darah.
Pada saat pengukuran tinggi badan, Fasilitator NIHR turut membantu kader memegangi stature meter dalam pengukuran mengingat responden lebih tinggi ketimbang kadernya.
Setelah data lengkap, aplikasi menampilkan hasil dalam bentuk indikator berwarna – speedometer digital yang intuitif. Dari situ, kader Ninik memberikan edukasi kepada responden sesuai rekomendasi sistem: pentingnya pola makan sehat, aktivitas fisik atau olahraga teratur, dan manajemen stres. Semua disampaikan dengan bahasa yang sederhana namun bermakna, sesuai pedoman pelatihan yang ia jalani sebelumnya.
Fasilitator hanya diam menyaksikan jalannya skrining ini sambil sesekali mendokumentasikan – sebuah pemandangan yang menggugah. Sebuah potret kolaborasi nyata antara teknologi dan pemberdayaan masyarakat. Bukan hanya tentang angka dan data, tapi tentang relasi, kepercayaan, dan sentuhan kemanusiaan dalam pelayanan kesehatan.

Kader melakukan pengecekan kadar gula darah responden


Menjelang akhir kunjungan, Fasilitator NIHR mengambil waktu sejenak untuk menjelaskan hal penting: “Pak Paulus, versi SMARThealth yang kami gunakan kali ini adalah versi terbaru dalam rangka piloting NIHR. Ada penambahan fitur skrining untuk PPOK atau COPD, dengan integrasi PUMA Score. Ini menjadi langkah awal integrasi skrining penyakit kronis yang lebih komprehensif ke depannya.”
Kasubkon pun tertarik. Ia memperhatikan Tablet Samsung yang dipegang lebih besar dari sebelumnya. Tampilan aplikasinya tak hanya lebih interaktif tetapi juga lebih kaya informasi. Ini bukan sekadar kunjungan kader biasa, ini juga menjadi sesi berbagi perkembangan teknologi kesehatan berbasis komunitas dengan salah satu pejabat kunci di bidang PTM dan Keswa.
Tak lama setelah sesi edukasi selesai, suasana berubah hangat. Di ruang tamu, disajikan dua nasi goreng hanga – hasil pesan online. Di sampingnya lengkap dengan kue manis dan teh panas. Obrolan ringan menemani makan malam dadakan itu. Canda tawa kecil pun tak terhindarkan, menjadi penutup yang ramah dan membumi bagi sebuah kegiatan serius namun dilakukan dengan hati.
Malam itu, kader Ninik menyelesaikan target capaian kunjungan dalam piloting NIHR di rumah Kasubkon PTM dan Keswa dalam skrining “istimewanya.” Dari pintu ke pintu, dari hati ke hati yang membawa berkah kepada sesama. *** [050525]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo     |     Editor: Budiarto Eko Kusumo

Leave a Comment