Tim Peneliti dari NIHR (National Institute for Health and Care Research) Universitas Brawijaya (UB) melakukan pilot test (uji coba) terhadap pesan peringatan dini atau Early Warning Messages (EWMs) di Kelurahan Kepanjen, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, pada Rabu (07/05).
Kegiatan ini menargetkan responden berusia di atas 40 tahun yang menggunakan WhatsApp (WA) secara aktif sebagai bagian dari strategi komunikasi kesehatan berbasis teknologi dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC).
Saat berkumpul di Balai RW 01 Kelurahan Kepanjen pada pukul 14.00 WIB, sambil menanti kader SMARThealth yang belum hadir, Septa Katmawanti, S.Gz., M.Kes, selaku penanggung jawab program EWMs, memberikan pembekalan kepada personil Tim Peneliti NIHR yang akan turun lapangan.

Setelah pembekalan dilakukan persiapan dan pembagian kuesioner dan formulir persetujuan oleh staf administrasi NIHR, Hilda Irawati, S.Stat kepada mereka untuk digunakan ketika mengunjungi partisipan. Tak lupa pula, lembar pemberian gift bagi partisipan yang telah meluangkan waktunya dalam pilot test ini.
Setelah itu dilakukan pembagian kader dalam piloting EWMs untuk mendampingi Tim Peneliti NIHR di lapangan. Kader Agustin Shintowati mendampingi Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked.Trop dan Benito Ahadiono. Kader Kristin Mariana menemani Dwi Sari Puspaningtyas, MSPH dan saya. Kader Sumarmi Warto Dewo dan kader Rusmini memandu Septa Katmwanti, Raissa Manika Purwaningtias, S.Keb., Bd., M.Sc., Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH, dan Fajar Alia Rizkianti. Sedangkan, kader Ninik Kartini menyertai Fildzah Cindra Yunita, S.Kep., MPH dan Hilada Irawati.
Implementasi piloting EWMs ini dimulai dengan pemberian informed consent kepada partisipan dan briefing ringan mengenai isi dan tujuan pesan peringatan dini. EWMs dikirimkan langsung ke ponsel peserta melalui platform WA.

Setelah menerima pesan, partisipan diminta mengisi kuesioner validasi untuk menilai kelayakan pesan, didampingi oleh observasi tambahan dari tim peneliti terkait kesulitan atau hambatan yang mereka alami.
Setiap partisipan menerima salah satu dari dua video yang telah disiapkan tim: satu untuk kelompok dengan status kesehatan umum (sehat) dan satu lagi untuk mereka yang memiliki faktor risiko penyakit tidak menular (PTM). Setelah menonton video, mereka mengisi kuesioner untuk mengevaluasi isi pesan EWMs.
Kuesioner ini dirancang untuk menguji beberapa aspek penting dalam komunikasi kesehatan, antara lain: Relevansi dan Kesesuaian (Compatibility), Kejelasan dan Kemudahan Dipahami (Clarity & Complexity), Ketepatan Waktu dan Aksesibilitas (Timeliness & Accessibility), Efektivitas dan Daya Tarik (Relative Advantage & Engagement), Inovasi dan Keterlibatan (Gamifikasi dan Respons Pengguna), Persepsi Manfaat (Outcome Expectancy), dan ditambah dengan sejumlah pertanyaan kualitatif untuk menangkap pengalaman personal dari para partisipan.

Hingga pukul 16.30 WIB tercatat 21 dari 30 target partisipan berhasil mengikuti pilot test dengan baik. Sisa 9 partisipasi yang belum terlibat akan dijadwalkan untuk mengikuti kegiatan pada hari Jumat (09/05).
Langkah ini menjadi bagian awal dari validasi pesan-pesan kesehatan berbasis teknologi yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan respons masyarakat terhadap risiko penyakit tidak menular secara lebih efektif.
Pesan peringatan dini sangat penting untuk meminimalkan risiko dan memaksimalkan kesiapsiagaan. Pesan tersebut paling efektif apabila disampaikan tepat waktu, jelas, dan disesuaikan dengan bahaya dan populasi tertentu. Memprioritaskan pesan-pesan ini dengan instruksi yang jelas dan saluran komunikasi yang andal dapat meningkatkan ketahanan masyarakat secara signifikan. *** [070525]
Oleh: Budiarto Eko Kusumo | Editor: Budiarto Eko Kusumo