The George Institute for Global Health (TGI) India menggelar Third Annual Symposium NIHR NCDs & Environmental Change pada 9–13 Desember 2025. Bertempat di May Flower Hall, The Golkonda Resorts & Spa, Hyderabad, simposium lima hari ini menghadirkan para peneliti lintas negara dari TGI India, Imperial College London (ICL), University College London (UCL), Sri Ramachandra Institute of Higher Education and Research (SIHER), International Centre for Diarrhoeal Disease Research, Bangladesh (icddr,b), dan Universitas Brawijaya (UB).
Tahun ini, simposium mengusung tema “Beyond the Halfway Mark: Scaling Impact at the Nexus of Environment and Health” atau “Melampaui Titik Tengah: Meningkatkan Dampak di Titik Temu Lingkungan dan Kesehatan”. Tema ini menyoroti urgensi kolaborasi global untuk memahami isu perubahan lingkungan yang kian kompleks dan dampaknya terhadap kesehatan, terutama penyakit tidak menular (PTM) atau Non-communicable disease (NCD).

Delegasi UB: Dipimpin Project Manager NIHR UB
Universitas Brawijaya (UB) hadir dengan delapan delegasi di bawah pimpinan Fildzah Cindra Yunita, S.Kep., MPH, Project Manager NIHR-UB. Rombongan berangkat dari Malang berbarengan dengan dr. Asri Maharani, MMRS, Ph.D dari University of Manchester, yang juga menjadi salah satu panelis penting dalam sesi Women in Science usai launching UB Climate and Health Centre (UB CHC) di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB).
Hari Pertama: Selasa, 9 Desember 2025
10.00 IST – Opening Ceremony
Simposium dibuka oleh Suruchi Aggarwal selaku Master of Ceremony. Setelah pembacaan rundown, acara dilanjutkan dengan Opening Plenary oleh Dr. Vivekanand Jha, Direktur Eksekutif TGI India, yang membawakan topik “Reflections and the Road Ahead.”
Dalam pemaparannya, Dr. Vivekanand menekankan krisis lingkungan yang kian mengkhawatirkan. Ia memutar sebuah video edukasi dan mengutip data WHO: “Antara tahun 2030 dan 2050, perubahan iklim diperkirakan akan menyebabkan sekitar 250.000 kematian tambahan per tahun akibat kekurangan gizi, malaria, diare, dan tekanan panas.”

10.30 IST – Guest Lecture: Dr. Ian Hamilton (UCL)
Dr. Ian Hamilton membawakan materi “Charting the Climate–Health Frontier: Research, Policy, and the Planetary Health Agenda.”
Ian menegaskan bahwa Planetary Health Agenda merupakan upaya kolektif untuk “mempraktikkan perubahan menuju sehat.”
10.48 IST – Sustainable Futures Collaborative
Dr. Bhargav Krishna menjelaskan bagaimana kompleksitas perubahan lingkungan menuntut integrasi riset dan advokasi yang sistematis untuk kesehatan lingkungan di India.
Usai sesi ini kemudian ditutup dengan foto bersama seluruh peserta Third Annual Symposium sekitar 60 orang dan dilanjutkan dengan tea break.

Lightning Talks: Suara dari Para Peneliti
Pukul 11.35 IST, peserta kembali ke hall untuk sesi Lightning Talks: Scaling up for Sustainability of What Works at the Climate–NCD Nexus.
Empat pembicara hadir: Dr. Aliya Naheed (icddr,b), Dr. Rizka Amalia, S.K.Pm., M.Si (UB), Dr. Mamta Kumari Thakur (TGI), dan Akshaya Prem Singh (SIHER).
Pada kesempatan ini, Dr. Rizka Amalia dari UB menyampaikan riset NIHR-GHRC Indonesia mengenai pengembangan dan evaluasi intervensi multisektoral untuk mengurangi polutan akibat pembakaran plastik yang berpengaruh pada PTM.

Panel Discussion: From Evidence to Action
Sesi diskusi panel menghadirkan: Dr. Bhargav Krishna (Koordinator Sustainable Futures Collaborative), Chhavi Bhandari (TGI India), dan Dr. Ian Hamilton (UCL). Dengan moderator Dr. Christopher Millet (ICL).
Kesimpulan panel: hasil riset harus diterjemahkan menjadi aksi nyata, namun hambatan komunikasi lintas sektor masih menjadi tantangan besar. Setelah itu, lunch break.

Co-Creation: Bridging Researchers & Communities
Pukul 14.05 IST, peserta Third Annual Symposium memasuki hall untuk mengikuti acara berikutnya, yaitu Co-Creation yang menjembatni antara peneliti dan masyarakat. Sesi co-creation dipandu oleh Maroof Khan dengan menghadirkan perwakilan komunitas dan peneliti dari ASHA, Surguja, PRADAN, TGI India, dan SIHER.
Sebelum diskusi dimulai, Maroof menayangkan video produksi NIHR UB. Diskusi berlangsung dinamis dengan dua bahasa – Inggris dan bahasa lokal India. Para peserta mendalami persepsi komunitas tentang kolaborasi, manfaat riset, serta kesenjangan yang masih terjadi. Tujuannya adalah membangun fondasi kolaborasi yang etis, adil, dan peka konteks.
Di akhir sesi, Dr. Rizka (UB) diminta memberikan refleksi tentang jalannya co-creation.

Next-Gen Visioning: Ajang Peneliti Muda
Sesi ini mempertemukan peneliti muda dalam ekosistem riset. Peserta yang tampil antara lain: Mahabuba Hassan Lima (icddr,b), Somnath Panda (SIHER), Sangeeta Sharma (TGI India), Srilakshmi (TGI India), dan Raissa Manika Purwaningtias, S.Keb.Bd., M.Sc. (UB).
Raissa mempresentasikan topik Patient-Centered Care (PCC) dan implementasinya untuk mendukung program SMARThealth MLTC, menekankan pentingnya pendekatan yang berfokus pada pasien dalam sistem kesehatan.

‘Women in Science’: Fireside Chat
Pukul 16.15 IST, acara berganti dengan ‘Women in Science’: Fireside Chat. Dimoderatori Dr. Laura Downey (TGI Australia), sesi ini menghadirkan tiga ilmuwan perempuan inspiratif: Dr. Asri Maharani (University of Manchester), Dr. Chris Mary Kurian (TGI India), dan Dr. Vidhya Venugopal (SIHER).
Dr. Asri menyoroti peran penting perempuan dalam advokasi, terutama dalam konteks Community Engagement and Involvement (CEI). Ia menegaskan bahwa perempuan mampu menjadi aktor kuat dalam mendorong kebijakan berbasis bukti.

Vote thanks
Dr. Devarsetty Praveen, Program Director TGI India, menutup hari pertama dengan “Charting the Road to 2026.” Ia mengajak Dr. Chris dan Chhavi dari TGI India untuk menyampaikan refleksi sebagai peneliti, sebelum simposium hari pertama resmi berakhir pada 17.10 IST.
Hari pertama Third Annual Symposium berlangsung kaya wacana, penuh inspirasi, serta mempertemukan perspektif peneliti dan komunitas dalam satu ruang dialog. Dengan semangat memperkuat kerja sama lintas negara dan lintas sektor, simposium ini tidak hanya menjadi wadah berbagi hasil riset, tetapi juga arena membangun masa depan kesehatan yang lebih tangguh di tengah perubahan lingkungan global. *** [101225]
Oleh: Budiarto Eko Kusumo | Editor: Budiarto Eko Kusumo