Menyeberangi Waduk, Menyusuri Dusun: Menjenguk Tim HH Listing Desa Tlogorejo

Pukul 11.51 WIB, selesai pertemuan dengan Kepala Puskesmas Ngajum, dokter fungsional, Penanggung Jawab (Pj) Promkes, dan Pj PTM, Fasilitator NIHR (National Institute for Health and Care Research) Universitas Brawijaya (UB) melanjutkan perjalanan ke arah selatan.

Kali ini, perjalanan melintasi Waduk Karangkates menuju Dusun Judeg, RT 02 RW 01, Desa Tlogorejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang. Di sanalah basecamp Tim Household (HH) Listing dalam rangkaian penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Chage (NIHR-GHRC NCDs & EC) berada.

Kendaraan Fasilitator NIHR UB dimasukkan ke perahu oleh nakhoda saat hendak menyeberang menuju basecamp Tim HH Listing Desa Tlogorejo

Tim HH Listing Tlogorejo beranggotakan tujuh perempuan dengan latar belakang multidisiplin, tetapi kebanyakan berasal dari gizi dan kesehatan masyarakat. Mereka terdiri dari Ciagus Bandiah, S.Tr.Gz.; Febrina Shinta Nurrachma, A.Md.Gz.; Nisryna Nur Sadyda, S.Tr.Gz.; Riansyah Al Waja Permatasari, S.Tr.Gz., M.Gz.; Ummul Fadilah Rahmawati, S.Tr.Gz.; Syndi Munawaroh, SKM; dan Yuny Damayanti, S.Pd.

Mereka memulai aktivitas lapangan di Desa Tlogorejo sejak Senin (16/06) yang lalu. Desa Tlogorejo terdiri dari tiga dusun, yaitu Dadapan, Druju, dan Judeg. Ketiganya menjadi enumeration area (EA) bagi Tim Tlogorejo yang menjalankan pengumpulan data berdasarkan strategi internal yang telah disepakati. Seperti Tim HH Listing lainnya, dinamika lapangan menjadi bagian yang tak terelakkan – penuh warna, tantangan, sekaligus pembelajaran.

Briefing santai dengan personil Tim HH Listing Desa Tlogorejo

Langkah Awal: Menembus Hambatan Komunikasi

Salah satu dinamika yang dialami adalah proses perizinan di tingkat rukun tetangga (RT). Awalnya, beberapa RT belum memperoleh informasi menyeluruh mengenai pelaksanaan penelitian. Hal ini menimbulkan kebingungan dan bahkan kecurigaan dari sebagian warga.

Namun, Tim Tlogorejo segera menanggapi situasi ini dengan pendekatan kolaboratif. Mereka mengunjungi Balai Desa dan berkonsultasi dengan perangkat desa. Sekretaris Desa (Sekdes) memberikan dukungan penuh serta membekali Tim dengan pemahaman tentang karakter sosial masyarakat setempat.

Salah satu upaya krusial yang dilakukan adalah meminta tanda tangan dan stempel dari setiap RT untuk memperkuat legitimasi surat tugas mereka. Tak berhenti di situ, Tim juga aktif menjalin komunikasi dengan kader-kader kesehatan desa, menjembatani pemahaman warga. Sebab, tidak sedikit warga yang menyangka mereka adalah sales atau bahkan penagih simpanan koperasi.

Beginilah penampakan lembar belakang surat tugas Tim HH Listing Desa Tlogorejo

Cerita dari Lapangan: Wawasan dan Rasa Syukur

Di balik tantangan, tersimpan banyak kisah yang mengesankan. Bagi anggota Tim, mengenal Desa Tlogorejo lebih dekat menjadi pengalaman tersendiri. Mereka menyaksikan bagaimana sebagian besar penduduk, meski hanya lulusan SD atau SMP, mereka juga mampu berkomunikasi dalam proses wawancara.

Fenomena merantau juga menjadi sorotan. Banyak anak muda desa ini yang merantau setelah menyelesaikan pendidikan dasar. Selain itu, warga Tlogorejo umumnya baru bisa ditemui saat menjelang waktu Dhuhur atau setelah Ashar, karena sebelumnya mereka berada di kebun.

Tak kalah menarik, tim juga mendapat pengetahuan baru mengenai persoalan lokal seperti masalah pertebuan – isu pertanian khas desa yang belum banyak dikenal secara luas, terutama di tempat asal para enumerator HH Listing yang umumnya datang dari berbagai daerah di luar Kabupaten Malang.

Fasilitator NIHR UB diajak berfoto bersama oleh personil Tim HH Listing ketika berpamitan untuk melanjutkan langkah menuju ke basecamp Tim HH Listing Desa Sumberejo

Mendekati Garis Akhir

Berdasarkan profil desa, Tlogorejo memiliki 1989 Kepala Keluarga (KK). Hingga kunjungan fasilitator pada Selasa (15/07), Tim Tlogorejo telah berhasil mewawancarai 1828 KK – sebuah pencapaian yang menunjukkan kerja keras, strategi efektif, serta kemampuan adaptif tim di lapangan.

Kunjungan ke basecamp Judeg bukan sekadar monitoring. Ia menjadi momen berbagi, mendengar langsung suara lapangan, dan memastikan bahwa semangat penelitian berbasis masyarakat ini tetap menyala di setiap dusun, rumah, dan kepala keluarga yang menjadi bagian dari perjalanan besar ini. *** [200725]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo     |     Editor: Budiarto Eko Kusumo

Leave a Comment