Kunjungi Basecamp Tim HH Listing Desa Krebet Senggrong: Cerita Dinamika dan Semangat Tim Imut yang Tak Kenal Lelah

Setelah melakukan kunjungan dan koordinasi di basecamp Tim Household (HH) Listing Desa Krebet, Fasilitator NIHR (National Institute for Health and Care Research) Universitas Brawijaya (UB) melanjutkan perjalanan ke basecamp Tim HH Listing Desa Krebet Senggrong.

Basecamp ini terletak di Jalan Demang Jaya 1, Dusun Demang Jaya RT 08 RW 02, Desa Krebet Senggrong, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang. Lokasinya cukup mudah ditemukan, berada tepat di samping Toko Rosita atau berseberangan dengan rumah kader Photovoice, Yeni Mariana.

Di basecamp berlantai dua ini, lima perempuan muda dengan latar belakang pendidikan beragam membentuk Tim HH Listing Krebet Senggrong. Mereka adalah Wanda Athifah Azza, S.Tr.Gz; Cholifatun Nusa Rohmadhani, A.Md.Gz; Safa Kamila Oktavua, S.Gz; Nurul Maulidah, S.IP; dan Amalia Harnanda Zaqia, S.Pi.

Kelima personil tersebut dikenal sebagai tim yang kompak, enerjik, dan – sebagaimana digambarkan oleh Fasilitator NIHR UB – “imut” namun tangguh di lapangan.

Kunjungi Basecamp Tim HH Listing Desa Krebet Senggrong: Cerita Dinamika dan Semangat Tim Imut yang Tak Kenal Lelah
Fasad basecamp Tim HH Listing Desa Krebet Senggrong di Jalan Demang Jaya 1, Dusun Demang Jaya

Fasilitator NIHR UB sudah dua kali melakukan kunjungan dan briefing langsung dengan tim ini. Pertama pada Senin (22/06), bersamaan dengan pencarian basecamp etnografi bersama Tim Sosiologi UB. Kunjungan kedua dilakukan dalam perjalanan pulang usai menyampaikan surat izin penelitian kepada Forkopincam Bululawang.

Seperti Tim HH Listing lainnya yang ada dalam enumeration area (EA) pada penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) ini, Tim Krebet Senggrong juga menghadapi berbagai dinamika khas kerja lapangan.

Mereka memulai kegiatan pada Senin (16/06) dengan sowan ke Balai Desa untuk bersilaturahmi sekaligus meminta izin langsung kepada Kepala Desa. Selanjutnya, tim melakukan observasi ke RT 08 untuk mendapatkan gambaran jumlah Kepala Keluarga (KK) yang ada.

Respons positif datang dari pihak desa yang segera menginformasikan keberadaan tim kepada seluruh RT. Dukungan ini memungkinkan tim mulai turun ke lapangan secara intensif sejak Rabu minggu itu. Namun, perjalanan mereka tidak sepenuhnya mulus. Minimnya pendampingan dari perangkat desa dan kader pada hari-hari awal membuat sejumlah warga sempat merasa ragu. Penolakan pun sempat terjadi di beberapa rumah tangga, karena warga merasa khawatir namanya akan dicatat tanpa penjelasan yang cukup.

“Banyak yang bertanya, kenapa kami tidak didampingi perangkat desa atau kader. Karena itu, sebagian menolak untuk diwawancarai,” tutur salah satu anggota tim.

Personil Tim HH Listing Desa Krebet Senggrong, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang

Namun, di balik tantangan tersebut, tim juga menemukan sisi-sisi menyenangkan dari aktivitas di lapangan. Salah satunya adalah keberadaan basecamp yang strategis, memudahkan mereka memenuhi kebutuhan harian, seperti membeli bahan makanan dari penjual sayur yang kerap melintas. Hal kecil namun penting ini menjadi salah satu sumber kenyamanan di tengah padatnya jadwal kerja.

Hingga Senin (14/07), Tim HH Listing Krebet Senggrong mencatatkan capaian signifikan. Dari total 1454 KK yang menjadi target pendataan di desa tersebut, sebanyak 1118 KK telah berhasil diwawancarai. Angka ini menunjukkan progres yang sangat baik, sekaligus mencerminkan dedikasi tinggi dari tim yang terus bergerak dari rumah ke rumah, meski menghadapi beragam situasi sosial di lapangan.

Kehadiran Fasilitator NIHR UB dalam dua kali kunjungan tak hanya sebagai bentuk monitoring, tetapi juga menjadi momen penguatan psychological support bagi tim. Apresiasi diberikan kepada kerja keras mereka yang tetap solid, santun dalam pendekatan, dan terus belajar dari dinamika yang ada.

Dengan semangat kolaboratif dan adaptif, Tim HH Listing Krebet Senggrong mampu menyelesaikan target kerja lapangan yang berbasis masyarakat yang menuntut lebih dari sekadar ketekunan – tetapi juga empati, seni berkomunikasi, serta kemampuan beradaptasi dengan realitas sosial di tingkat akar rumput. *** [190725]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo     |     Editor: Budiarto Eko Kusumo

Leave a Comment