Merajut Kesehatan Bersama dari Kepanjen: Ratusan Warga Antusias Ikuti Pemeriksaan Gratis bersama FKUB, NIHR, dan Erasmus

Health is not valued till sickness comes.” — Thomas Fuller

Rabu (22/10) pagi di Gedung Terbuka LVRI Kepanjen terasa berbeda. Sejak matahari belum tinggi, ratusan warga dari lima RW di Kelurahan Kepanjen telah berdatangan, antusias mengikuti pemeriksaan kesehatan gratis yang digelar oleh Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) dalam Program Pengabdian Masyarakat Internasional.

Kegiatan ini merupakan kolaborasi internasional yang melibatkan FKUB, National Institute for Health Research (NIHR) Inggris, dan Erasmus Medical Center Belanda, yang bertitel “International Community Services and Health Screening.”

Dalam suasana yang hangat dan penuh semangat gotong royong, acara ini menghadirkan beragam layanan kesehatan mulai dari skrining penyakit tidak menular (PTM) seperti pengukuran antropometri, tekanan darah, gula darah hingga konsultasi dengan dokter umum dan spesialis. Tidak hanya itu, pengobatan langsung hingga terapi kesehatan pun diberikan secara gratis, sebagai bagian dari upaya deteksi dini dan pencegahan penyakit kronis.

Merajut Kesehatan Bersama dari Kepanjen: Ratusan Warga Antusias Ikuti Pemeriksaan Gratis bersama FKUB, NIHR, dan Erasmus
Tim NIHR UB berpose bersama kader SMARThealth Kelurahan Kepanjen, EMC Students, dan tenaga kesehatan dari RSUB

Kolaborasi Lintas Negara, Komitmen Lintas Generasi

Acara ini dimulai pukul 08.48 WIB dengan pembukaan oleh Raissa Manika Purwaningtias, M.Sc. selaku Master of Ceremony (MC). Suasana makin hidup dengan sambutan dari koordinator kegiatan FKUB ini, dr. Holipah, Ph.D., dan disusul dengan sambutan oleh Sekretaris Kecamatan, Mohammad Amin.

Kemudian Humas Rumas Sakit Universitas Brawijaya (RSUB), Rani Fitri, tampil ke depan untuk menjelaskan mekanisme layanan dan kehadiran tenaga kesehatan dari dokter umum hingga spesialis dari RSUB yang turut berpartisipasi dalam acara ini.

Menariknya, kegiatan ini juga menjadi ajang pertukaran pengetahuan global. Empat mahasiswa Erasmus Medical Center (EMC) Belanda – Rani Moennasing, Rens Coster, Michelle Sernie, dan Juliette Sophie Kempen – ikut aktif dalam berbagai pos pemeriksaan. Mereka menyebut pengalaman ini sebagai “pelajaran tak ternilai dari dunia nyata pelayanan kesehatan di komunitas”, dan berharap program kolaboratif ini terus berlanjut.

Sambutan dari Sekcam Kepanjen

Alur Pemeriksaan yang Sistematis dan Humanis

Warga diarahkan melewati berbagai tahapan pemeriksaan dengan alur yang tertata rapi. Registrasi dilakukan oleh dua kader SMARThealth dan staf administrasi NIHR UB. Pengukuran antropometri dilakukan oleh dua personil Tim NIHR UB.

Pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan kadar gula darah ditempatkan di bagian tengah gedung dengan meja memanjang. Pada meja ini, semuanya ditangani oleh dokter dan perawat dari RSUB serta pembelajaran bagi dua mahasiswa EMC Belanda.

Meja rujukan ada di sisi utara Gedung Terbuka LVRI. Di situ, ada rujukan umum dan rujukan spesialis. Bagi warga berisiko rendah diarahkan ke dokter umum, sedangkan yang berisiko tinggi (highrisk) langsung ke dokter spesialis.

Anamnesis, pengukuran tekanan darah, dan pemeriksaan kadar gula darah

Di meja rujukan ini, warga bisa melakukan konsultasi dengan para dokter, dan sekaligus mendapatkan terapi ringan mengenai apa yang dikeluhkan oleh warga dalam pemeriksaan kesehatan tersebut.

Dari meja rujukan, warga dapat mengambil obat di meja farmasi yang juga dilayani oleh tenaga kesehatan dari RSUB. Dalam Program Pengabdian Masyarakat ini, FKUB telah menyediakan 8 jenis obat, yang meliputi Amlodipine 10 mg, Candesartan 8 mg, Simvastatin 20 mg, Vitamin D 1000, Paracetamol 500, Asam mefenemat, Natrium disclofenac, dan Acetylsistein.

Setelah mendapatkan obat, warga langsung menuju ke meja terakhir dari alur pemeriksaan tersebut, yaitu meja konsumsi. Di situ terdapat tiga kader SMARThealth yang membagikan snack dan kotak nasi sebagai bentuk apresiasi atas partisipasi mereka.

Empat dokter spesialis RSUB laris manis dalam menerima konsultasi dan terapi ringan warga yang melakukan skrining faktor risiko PTM

Perlu diketahui, kegiatan ini turut melibatkan lima kader kesehatan SMARThealth – Agustin Shintowati, Kristin Marian, Ninik Kartini, Rusmini, dan Sumarmi Warto Dewo – yang menjadi ujung tombak dalam menggerakkan masyarakat.

Kehadiran instansi penting seperti Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, Kantor Kecamatan Kepanjen, Puskesmas Kepanjen, Ponkesdes Panji Husada, dan Babinsa, memperkuat sinergi antar lini dalam pembangunan kesehatan masyarakat.

Respons Warga: Senang dan Berharap Ada Lagi

Hingga pukul 12.15 WIB, sebanyak 142 warga berhasil diskrining, menunjukkan tingginya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya deteksi dini penyakit. Tak sedikit dari mereka mengungkapkan rasa senang dan berterima kasih atas layanan ini. Bagi sebagian warga, ini adalah pertama kalinya mereka berkonsultasi langsung dengan dokter spesialis tanpa harus ke rumah sakit besar di kota.

Usai menghadiri Hari Santri, Lurah Kepanjen berkenan menyaksikan jalannya International Community Services and Health Screening di Gedung Terbuka LVRI Kepanjen bersama bidan Ponkesdes Panji Husada dan perwakilan dari Dinkes Kabupaten Malang

Dalam konteks inilah, kutipan bijak dari seorang penulis dan dokter Inggris Thomas Fuller (1645-1734) menjadi pengingat yang relevan:

“Kesehatan baru terasa berharga ketika kita jatuh sakit.”

Program skrining massal secara gratis seperti ini juga merupakan langkah preventif yang nyata, agar kita tidak menyesal di kemudian hari ketika kesehatan mulai terganggu. Ini adalah bukti konkret bahwa tindakan pencegahan jauh lebih baik daripada pengobatan.

Kegiatan ini bukan sekadar pengabdian, tetapi juga investasi jangka panjang dalam membangun budaya sehat di tengah masyarakat. Kolaborasi internasional yang terjadi bukan hanya memperkuat kapasitas pelayanan kesehatan lokal, tetapi juga membuka jendela pembelajaran global, baik bagi Tim Penelitian NIHR-GHRC NCDs & EC UB maupun mahasiswa Erasmus yang hadir. *** [231025]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo     |     Editor: Budiarto Eko Kusumo

Leave a Comment