Peneliti Yayasan Percik Salatiga Lakukan Observasi di TPS GPA dan TPA Randuagung Kabupaten Malang

Didampingi salah seorang Tim SMARThealth Universitas Brawijaya (UB), dua staf peneliti Yayasan Percik Salatiga (YPS) – Damar Waskitojati dan Singgih Nugroho – melakukan observasil lapangan terkait persampahan di dua lokasi, yaitu Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Perum Griya Permata Alam (GPA) dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Randuagung, pada Rabu (07/06).

TPS GPA berada di Jalan Griya Permata Alam, Dusun Perumahan RT 05 RW 05 Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, dan TPA Randuagung berlokasi di Desa Randuagung, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.

Dengan berkendara mobil Mitsubishi Kuda, kedua peneliti YPS bersama Tim SMARThealth UB yang dipandu google map pemberian perawat Desa Ngijo, Della, tiba di TPA GPA pada pukul 11.14 WIB. Di lokasi TPS, kedua peneliti YPS diterima dengan ramah oleh Faisol Effendi, A.Md di halaman TPA yang berpaving block. Selang beberapa saat, perawat Della pun tiba di lokasi juga. Perawat Della ini sesungguhnya yang menjadi penghubung dengan Ketua Pengelola TPS GPA tersebut.

Peneliti Yayasan Percik Salatiga beraudiensi dengan pengelola TPS GPA Karangploso yang didampingi perawat Desa Ngijo

DI TPS GPA, kedua peneliti melakukan observasi lapangan di lokasi dan sekaligus melakukan wawancara dengan Faisol untuk memahami mengenai persoalan pengelolaan sampah di situ. Diakui Faisol, dulu sampah di TPS ini selalu menggunung setiap tiga bulan, Karena dari tiga kontainer, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) hanya mampu mengangkut satu kontainer saja. “Kalau dibiarkan seperti ini terus, maka kapasitas lahan TPS yang seluas 450 m² ini akan cepat penuh,” jelas Faisol.

Semenjak diangkat menjadi Ketua Pengelola TPS GPA sekitar bulan November 2021, Faisol berusaha berpikir untuk mengatasi permasalahan tersebut. Ia pun berusaha mencari ide untuk mengatasi ini dengan berkonsultasi kepada mereka yang kompeten dalam pengelolaa sampah, termasuk dengan salah satu staf pengajar di UB yang sering dimintai pendapat terkait persampahan oleh DLH Kabupaten Malang.

Ia pun mencoba mempekerjakan beberapa orang untuk memilah sampah yang bisa di-recycle (kertas, botol, kardus) dan mewujudkan tungku pembakaran dengan corong tinggi di di pojok barat daya mepet dengan Kali Bodo yang masih rimbun dengan pepohonan bambu.

Dua pemilah sampah yang bisa didaur ulang di TPS GPA Karangploso

“Tungku ini perlu batu bata khusus yang tahan apa,” kata Faisol. “Oleh sebab itu biayanya tak murah untuk membangun tungku pembakaran tersebut.”

“Cerobong harus panjang ke atas, pintu besi harus ditutup agar pembakarannya terus stabil. Dengan pembakaran yang stabil, keluaran asap akan berkurang sehingga polusi bisa diminimalisir,” tambah Faisol.

Kedua peneliti YPS melakukan obrolan dengan Faisol hampir dua jam lamanya. Kemudian setelah itu berpamitan untuk melanjutkan melihat TPA Randuagung Singosari yang berjarak sekitar 16 kilometer.

Namun setelah keluar dari TPS GPA, sesampainya di Jalan Kepuharjo, kedua peneliti YPS berhenti di Warung Makan Cobek Bakar ABG yang berada di Dusun Wringin Anom, Desa Kepuharjo, Kecamatan Karangploso, untuk makan siang.

Peneliti Yayasan Percik Salatiga melihat sepintas aktivitas pengelolaan sampah di TPA Randuagung Singosari

Selesai makan siang, mereka lanjut menuju ke TPA Randuagung, dan tiba di lokasi pada pukul 14.42 WIB. TPA Randuagung merupakan tempat pembuangan akhir untuk seluruh timbunan sampah yang masih menggunakan metode open dumping.

Pada waktu di lokasi TPA Randuagung, kedua peneliti melihat lingkungannya di sana. Terlihat hilir mudik truk ukuran kecil dengan kontainer yang penuh sampah. Di atas tumpukan sampah, puluhan burung kuntul sedang mengais makanan. Selain itu, tampak juga satu alat berat bego (excavator) untuk meratakan tumpukan sampah agar tidak menggunung.

Sambil menyaksikan aktivitas di TPA Randuagung, kedua peneliti YPS mengobrol untuk mendapatkan gambaran sekilas pengelolaan sampah dengan dua petugas yang berkendara motor bak sampah milik DLH yang beroperasi di situ.

Peneliti Yayasan Percik Salatiga berdiskusi pengelolaan sampah plastik dengan pegiat pengelolaan sampah plastik di Pagak

Sekitar 15 menit berada di TPA Randuagung, kedua peneliti YPS melanjutkan perjalanan menuju ke Pagak untuk berjumpa dengan seorang penggiat lingkungan utamanya dalam pengelolaan sampah plastik, dan sekaligus menginiasi bank sampah sentral di desanya, yaitu Desa Gampingan.

Sebelumnya berjumpa dengannya, kedua peneliti YPS dengan dipandu Tim SMARThealth UB berkeliling sebentar untuk melihat Dusun Bekur, Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak untuk melihat daerah pembakaran gamping dengan limbah plastik.

Setelah sempat menunggu sambil nongkrong di Warung Bubur Kacang Ijo depan Pasar Baru Gampingan. Kedua peneliti YPS akhirnya bisa berjumpa dengan pegiat lingkungan lepas Mahgrib, dan mengobrol tentang seluk beluk perjalanan pengelolaan sampah dari unsur pemberdayaan masyarakat hingga pukul 20. 33 WIB. *** [070623]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Leave a Comment