Senin Ini Ada Acara FGD NIHR, In-depth Interview dan Wawancara di Puskesmas Bululawang

Senin (05/08) pagi ini, Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) kembali berkunjung ke Puskesmas Bululawang.

Sebelumnya, Tim Penelitian NIHR telah melakukan in-depth interwiew dengan sejumlah tenaga kesehatan (nakes) yang ada di Puskesmas Bululawang maupun perawat desa dari Bakalan dan Krebet Senggrong beserta kader kesehatannya. Selain itu, juga telah melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) di Puskesmas Bululawang.

Suasana depan Puskesmas Bululawang di pagi hari

Hari ini merupakan kenjungan yang kelima kalinya karena ada tambahan desa yang menjadi enumeration area (EA) baru dalam penelitian NIHR, yaitu Desa Krebet. Mengingat pada waktu perluasan EA tersebut, Kepala Desa (Kades) Krebet sedang berangkat menunaikan ibadah haji maka pelaksanaannya baru bisa dimulai sekarang setelah turun surat izin penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politi (Bakesbangpol) Kabupaten Malang.

Hari ini ada tiga kegiatan yang dilakukan di Ruang Pertemuan Lantai 2 Puskesmas Bululawang yang beralamatkan di Jalan Stasiun No. 11-13 Desa Bululawang, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, yang lokasinya berada di pojok timur utara Pasar Bululawang, yakni FGD dengan perawat Desa Krebet dan lima nakes dari Puskesmas Bululawang, in-depth interview dengan bidan Desa Krebet, dan wawancara dengan seorang kader kesehatan Desa Krebet.

Sambutan dari drg. Halida mewakili Kepala Puskesmas Bululawang

Sebelum kegiatan, terlebih dahulu drg. Halida yang mewakili Kepala Puskesmas Bululawang memberikan sambutan sebentar dalam kegiatan ini. Kemudian terus dilanjutkan dengan sambutan balasan dari Manajer Program Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked.Trop.

Usai sambutan, ketiga acara tersebut langsung dijalankan. FGD dengan perawat Desa Krebet Eka Ilham Adi Waluyo, A.Md.Kep., dan lima nakes/staf dari Puskesmas Bululawang (drg. Halida, Ririn Restaliningrum, S.ST., M.AP, Atik Tri Rahayoe, S.ST, Eny Purwaningsih, AMKL, Lintang Hanum Pertiwi, SKM), dimoderatori oleh fasilitator NIHR dengan notulis Hilda Irawati, S.Stat.

FGD dengan perawat Desa Krebet dan lima nakes dari Puskesmas Bululawang

Kemudian untuk in-depth interview dengan bidan Desa Krebet Avanti Roslina, A.Md.Keb. dilakukan oleh Serius Miliyani Dwi Putri, dan wawancara dengan kader kesehatan Desa Krebet Lilik Ati dilaksanakan oleh Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH. Kegiatan ini juga dihadiri salah seorang anggota Tim CEI (Community engagement and involvement) Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K.

FGD dilakukan mulai pukul 08.41 WIB dan berakhir pada pukul 10.12 WIB. Dalam diskusi kelompok terfokus itu, hasilnya diketahui bahwa nakes peserta FGD pada umumnya membuang sampah di tempat sampah yang ada di depan rumah. Sampah itu kemudian diangkut oleh petugas secara berlangganan. Besarannya ada yang Rp 15ribu dan ada juga Rp 25rb. Besaran ini muncul setelah ada rembug di antara warga.

In-depth interview dengan bidan Desa Krebet

Kendati, peserta FGD umumnya tidak membakar sampah, kalau pun ada karena kasus insidental saja seperti popok kucing yang besar tidak bisa masuk keranjang atau rerimbunan daun di depan rumahnya.

Meski jarang, namun peserta FGD mengamini bahwa pembakaran sampah utamannya plastik memberikan dampak bagi kesehatan masyarakat, seperti menimbulkan polusi udara, dan menyebabkan sesak pernapasan, yang jika terus-menerus terpapar akan mengakibatkan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

Umumnya yang tergolong riskan adalah balita dan lansia. Balita karena baru mengalami pertumbuhan organ-organ penting, dan yang lansia telah terjadi penurunan fungsi organ-organnya ketika memasuki lansia.

Wawancara dengan kader kesehatan Desa Krebet

Menariknya, pada saat fasilitator NIHR mendiskusikan terkait solusi apa yang sekiranya dapat mengurangi pembakaran sampah plastik, ada 7 isu yang muncul 1). Mengganti plastik dengan bahan lain yang mudah di daur ulang; 2). Bank sampah diperbanyak tiap RT; 3). Penyuluhan masyarakat tentang bahaya polusi udara bagi kesehatan; 4). Pemilahan sampah (organik dan anorganik); 5). Masyarakat, pabrik dan Pemdes bekerja sama menaggulangi limbah sampah; 6). Pelatihan pengelolaan limbah; dan 7). Memperbanyak pengepul plastik.

Dari ketujuh isu tersebut, fasilitator NIHR memantiknya dengan membahas solusi yang telah dituliskan dalam kertas plano. Mereka umumnya memiliki urutan-urutan tersendiri berdasarkan asumsi yang mereka miliki, dan kemudian mereka juga memunculkan bahwa perlu adanya regulasi dalam mengatasi atau mengurangi limbah sampah di Kabupaten Malang agar masyarakat paham betul, termasuk di dalamnya ada larangan pembakaran sampah. *** [050824]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Leave a Comment