Sore Hari, Circle Conversation Diadakan di Desa Pagak

Setelah pagi menggelar circle conversation di Desa Tlogorejo, bakda Ashar circle keeper dan fasilitator NIHR bergerak menuju ke Desa Pagak untuk melangsungkan kegiatan yang sama yang telah dilakukan di Desa Tlogorejo.

Rabu (28/08) kala sore hari yang dingin, beberapa berkumpul di rumah Riatin yang beralamatkan di Dusun Tempur RT 09 RW 13 Desa Pagak, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang. Ternyata lokasi yang akan menjadi tempat berlangsungnya circle conversation itu tepat berada di depan rumah perawat Desa Pagak Sri Hidayati, S.Kep.Ners.

Pembukaan circle onversaton dilakukan kader kesehata selaku organizing committee
Seperti di Desa Tlogorejo, struktur pertemuan ini sederhana, dengan awal (pembukaan, perkenalan, check-in), tengah (berbicara tentang topik), dan akhir (penutupan dan check-out). Pembukaan dilakukan kader kesehatan Vista Pratiska dan notulis dipegang oleh kader kesehatan Purwiantiwi.

Begitu selesai pembukaan, acara dilanjutkan dengan prakata dari perawat Desa Pagak. Pada kesempatan itu, perawat Sri Hidayati yang juga dkenal sebagai ahli kecantikan itu menjelaskan kegiatan ini untuk mengetahui pengelolaan sampah yang sudah berlangsung di Desa Pagak, maka dalam diskusi nanti silakan sharing saja.

Usai prakata dari perawat Sri Hidayati, acara diserahkan kepada circle keeper Christina Arief T. Mumpuni, seorang anggota Tim Penelitian Theme 3: People empowerment and community dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC).

Perawat, kader kesehatan, dan partisipan perempuan
Pada kesempatan itu, Christina mengawali circle conversation (dialog melingkar) dengan memokuskan pada percakapan yang terefleksi dalam 3 pertanyaan: Apa yang Anda ketahui dari praktik pengelolaan sampah di rumah Anda?; Apa yang Anda ketahui dari dampak pembakaran sampah terhadap kesehatan khususnya penyakit tidak menular?; dan Apakah menurut Anda membakar sampah menjadi solusi permasalahan sampah yang ada?

Kegiatan yang dihadiri 8 partisipan (3 laki-laki; 5 perempuan) itu, diberi waktu 3 menit per orang dalam setiap sesi pertanyaan reflektif. Mereka punya kesetaraan dalam berbagi pengalaman mereka masing-masing.

Dari hasil circle conversation itu, dapat dimengerti bahwa berdasarkan kondisi geografis yang ada di Dusun Tempur, Desa Pagak, umumnya berbukit-bukit sehingga banyak jurang. Jurang inilah yang kerap dijadikan tempat pembuangan sampah.

Partisipan laki-laki dalam circle conversation di  Desa Pagak
Sebagian besar partisipan memiliki tanah pekarangan berkontur bukit kapur. Kata mereka, kita buang sampah di situ tidak mungkin bakal rata tanahnya karena curamnya. Hanya saja, sampah yang udah kering biasanya dibakar agar tidak berserakan.

Kebetulan di Dusun Tempur ini memiliki 2 pengepul yang menjadi partsipan, sehingga dalam circle conversation tersebut memang terlihat adanya pemilahan oleh sejumlah warga dalam pengelolaan sampah. Botol-botol yang masih punya nilai jual akan loakkan kepada pengepul tersebut.

Diakui oleh partisipan, memang masih terdapat pembakaran sampah mengingat lahan yang masih luas, berkontur perbukitan yang jauh dari perumahan, dan juga belum ada sistem pengangkutan sampah secara regular.

Suasana circle conversation di sore hari
Mereka juga paham jika pembakaran sampah berefek pada kesehatannya, seperti batuk, pusing, sakit mata. Selama ini, mereka menyiasati dengan menghindari asapnya saat pembakaran sampah yang dilakukan.

Solusi yang tertangkap dari partisipan adalah sampah sebaiknya dipilah. Yang bisa dipilah, dipilah dulu. Yang tidak memiliki nilai ekonomis, dibakar!

Implementasi circle conversation yang dimulai pada pukul 16.15 WIB ini berakhir pada pukul 17,23 WIB di tengah suhu yang semakin dingin. Namun sebelum meninggalkan tempat, pemilik rumah Riantin mempersilakan untuk mencicipi hidangan yang telah disediakan ada pecel, kare ayam, dan tempe goreng. *** [290824]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo
Editor: Budiarto Eko Kusumo

Leave a Comment