Dalam program penelitian yang dilaksanakan oleh Universitas Brawijaya (UB) melalui skema National Institute for Health Research (NIHR), Tlogorejo terpilih sebagai salah satu dari enam desa yang menjadi lokasi studi (enumeration area).
Dari keenam desa tersebut, kebetulan Desa Tlogorejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, memiliki kekhasan yang tak dimiliki desa lainnya – potensi air berupa Waduk Karangkates. Inilah satu-satunya desa dengan lingkup penelitian yang dianugerahi sumber daya air berskala besar yang mampu mendukung sebagian lahan pertanian maupun perikanannya.

Nama desa ini bukan sekadar nama, tetapi cerminan dari sejarah, geografi, dan harapan masyarakatnya akan kehidupan yang sejahtera. Sejarah penamaan Tlogorejo berakar dari sebuah sumber mata air yang terletak di Dusun Druju.
Sumber itu, yang dulunya menjadi pusat kegiatan masyarakat karena airnya yang melimpah dan lokasinya yang strategis, menarik banyak orang datang silih berganti. Oleh masyarakat setempat, tempat ini kemudian dinamai “Tlogorejo” – gabungan dari bahasa Jawa dari kata tlogo yang berarti telaga atau sumber air, dan rejo yang berarti ramai atau makmur.
Perubahan besar datang pada tahun 1972, ketika pembangunan Bendungan Sutami atau yang dikenal sebagai Bendungan Karangkates selesai. Keberadaan waduk ini tidak hanya mengubah lanskap geografis desa, tetapi juga memperkuat makna nama Tlogorejo sebagai “telaga yang makmur.” Waduk Karangkates menjadi denyut nadi baru bagi kehidupan warga Desa Tlogorejo.

Dengan luas wilayah mencapai 736,8 hektar, Desa Tlogorejo menjadikan sektor pertanian sebagai tulang punggung ekonomi. Hamparan perkebunan tebu mendominasi pemandangan di sepanjang jalan desa, diikuti tanaman pangan lainnya, seperti padi, kacang tanah, jagung, dan singkong. Musim panen menjadi momen penting yang tidak hanya menyejahterakan, tetapi juga mempererat gotong-royong warga desa.
Selain pertanian, sektor perikanan dan peternakan ayam mulai menunjukkan geliat yang menjanjikan. Keramba jaring apung bermunculan di Waduk Karangkates dan bantaran waduk. Warga desa memanfaatkan keramba jaring apung tersebut untuk budidaya ikan nila dan ikan mas, sementara sebagian lainnya menggantungkan penghasilan dari menjadi nelayan atau jasa penyeberangan perahu dari selatan waduk yang datang dari warga Kalipare, Donomulyo dan Pagak untuk terhubung dengan Kecamatan Sumberpucung.
Dermaga Dadapan di Desa Sumberejo merupakan titik penting yang menghubungkan desa ini dengan Kecamatan Sumberpucung melalui penyeberangan ke Dermaga Kecopokan di Desa Senggreng, Kecamatan Sumberpucung. Jalur ini tidak hanya vital bagi mobilitas masyarakat dan motor, tetapi juga menjadi saksi geliat ekonomi harian warga desa.

Akses menuju Desa Tlogorejo pun cukup strategis. Selain dari Kecamatan Pagak sebagai pusat administratif, desa ini juga dapat dijangkau dari arah Kecamatan Sumberpucung dan Kalipare. Letaknya yang berada di persimpangan tiga kecamatan memberi nilai lebih dalam konektivitas dan pengembangan wilayah.
Di tengah hamparan biru Waduk Karangkates yang membentang luas, Desa Tlogorejo berdiri bak permata tersembunyi. Desa ini tidak hanya menawarkan panorama alam yang memesona, tetapi juga kisah ketangguhan warganya yang hidup harmonis dengan air.
Ketika pulang dari mengurus perpanjangan surat izin penelitian NIHR di Kantor Desa Tlogorejo, Fasilitator NIHR UB berkesempatan lagi untuk berlabuh dengan perahu penduduk dari Dermaga Dadapan ke Dermaga Kecopokan.

Saat berlabuh itu, keindahan birunya langit yang ada di atas Desa Tlogorejo terlihat jelas. Pantulannya dari air waduk menyebabkan pancaran birunya menjadi merata. Begitu indahnya dilihat dengan mata telanjang sambil kampul-kampul di atas Waduk Karangkates.
Warna biru sendiri konon memiliki banyak simbolisasi yang bervariasi tergantung konteks budaya, emosi, dan alam. Biru sering mewakili ketenangan, seperti langit cerah atau waduk yang tenang. Ia mengingatkan pada relaksasi, kejernihan pikiran, dan stabilitas emosi.
Warna biru dianggap mempengaruhi sistem saraf parasimpatis, memperlambat detak jantung, dan menurunkan tekanan darah sehingga melahirkan efek menenangkan dan mengurangi stress. “Biru adalah warna keheningan yang berbicara pada jiwa.” *** [020525]
Oleh: Budiarto Eko Kusumo | Editor: Budiarto Eko Kusumo
Terimakasih pak Budi selalu mengangkat nama desa kami, terimakasih NIHR