Photovoice yang telah diikuti oleh kader kesehatan di Desa Pagak, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang ini, mampu menyediakan media unik untuk refleksi bagi kader kesehatan yang mengikutinya. Kegiatan photovoice ini meningkatkan pemahaman tentang perspektif peserta photovoice dan cara berekspresi baru ini menawarkan partisipan kesempatan yang lebih besar untuk refleksi yang lebih mendalam.
Photovoice adalah metodologi berbasis seni visual yang dikembangkan oleh Wang dan Burris untuk digunakan sebagai alat penelitian kualitatif untuk menghasilkan perubahan sosial yang positif. Sifat ekspresif photovoice dapat berfungsi sebagai alat refleksi kritis baru untuk berkontribusi pada pemahaman kemanusiaan kita dalam lingkungan kesehatan global.
Peserta photovoice didorong untuk mengamati lingkungan mereka; menangkap suatu titik waktu melalui fotografi; dan merefleksikan, menganalisis, dan mendeskripsikan gambar mereka baik secara lisan maupun tertulis dengan keterangan.
Pertemuan photovoice yang diselenggarakan di Ponkesdes Pagak untuk ketiga kalinya pada Senin (21/10) ini, memasukkan review dalam bentuk tulisan cerita (storytelling) yang diselesaikan kader kesehatan Desa Pagak yang menjadi partisipannya, dan sekaligus reflektif.
Acara photovoice ketiga ini dimulai pada pukul 13.44 WIB. Pembawa acara Purwiantiwi mengawali dengan ucapan selamat datang kepada peserta semua. Kemudian membacakan susunan acara dari kegiatan ini.
Acara pertama diisi dengan sambutan dari perawat Desa Pagak Sri Hidayati, S.Kep.Ners. Dalam sambutannya, perawat Sri mengucapkan terima kasih atas terpilihnya Desa Pagak dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR GHRC NCDs & EC), dan sekaligus mendapatkan photovoice yang telah memberikan ilmu baru yang menambah wawasan para kader sehingga pintar dan peduli terhadap lingkungan sekitar, terutama dalam pengelolaan sampah dan kesehatan masyarakat.
Usai sambutan dari perawat Sri, acara langsung dipandu oleh Wakil Direktur 2 Percik Salatiga Damar Waskitojati, S.Kom, M.Si selaku Tim Penelitian NIHR Theme 3: People Empowerment and Community, atau yang akrab disebut sebagai Tim CEI (Community Engagement and Involvement).
Pada kesempatan itu. Damar melakukan review terhadap tulisan cerita yang telah dibuat dan diperbaiki oleh partisipan usai menerima pelatihan penulisan storytelling dari fasilitator NIHR. Damar meminta partisipan photovoice yang terdiri dari 10 kader kesehatan Desa Pagak – Cicik Krisdianti, Della Apryanagustin, Dwi Mayasari, Dyah Anggun, Istiawati, Nuryl Nindya, Priyatin, Purwiantiwi, Sriwahyuni, Vista Pratiska – untuk mempresentasikan tulisan storytelling yang telah diupdate secara satu per satu.
Dalam review itu, Damar yang memandu photovoice yang ketiga ini, ingin berusaha menangkap momen tertentu dalam sebuah foto yang memberikan referensi visual yang dapat digunakan kader kesehatan untuk menceritakan sebuah kisah dan dapat membantu mereka dalam memproses kompleksitas unik dari sebuah pengalaman global.
Dikutip dari Using Photovoice to Encourage Reflection in Health Professions Student Completing a Short-term Experience in Global Health (Ryan et. al., 2020, American Journal of Pharmaceutical Education, 84(4), 7630), Harper membahas kemampuan foto untuk memunculkan diskusi lebih lanjut dengan rekan sejawat tentang suatu pengalaman dibandingkan dengan kemampuan esai atau diskusi lisan. Harper menjelaskan bahwa hal ini terjadi karena foto melibatkan lebih banyak area otak daripada bahasa saja.
Setelah review dari presentasi tulisan storytelling, partisipan diminta memilih 1 dari 10 storytelling yang telah dipresentasikan tersebut. Pemilihan tersebut harus melalui diskusi di antara peserta photovoice. Mereka tidak hanya terpaku pada cerita dalam tulisannya saja, akan tetapi juga menyangkut isu yang diangkat dan relevansinya dalam topik photovoice mengenai pengelolaan sampah dan kesehatan masyarakat.
Akhirnya, peserta atau partisipan photovoice memilih 1 storytelling yang dikisahkan oleh Purwiantiwi. Mereka memilihnya karena di dalam storytelling tersebut ada kebiasaan, dampak plus edukasinya.
Acara photovoice yang ketiga kalinya di Desa Pagak ini tidak berhenti di sini. Pemandu Damar melanjutkan dengan refleksi dari proses yang telah dilakukan bersama dalam kegiatan photovoice ini. Refleksi merupakan elemen penting dalam tahapan photovoice, yang memberikan kontribusi signifikan terhadap keseluruhan proses dan hasil.
Saat berbagi kisah di balik foto mereka, peserta terlibat dalam refleksi yang lebih mendalam tentang pengalaman mereka, yang menumbuhkan pemahaman yang lebih besar tentang konteks mereka dan isu yang dihadapi.
Pada tahap akhir, refleksi sangat penting untuk menentukan cara menggunakan wawasan yang diperoleh untuk advokasi atau perubahan. Peserta mempertimbangkan tindakan apa yang harus diambil berdasarkan refleksi mereka, memastikan suara mereka didengar dengan cara yang bermakna.
Secara keseluruhan, refleksi dalam photovoice bukan hanya tentang melihat ke belakang tetapi juga tentang pembelajaran, pertumbuhan, dan mengambil tindakan yang tepat menuju pemberdayaan masyarakat.
Apa yang dilihat orang melalui mata mereka dapat menyentuh hati mereka. Refleksi mereka menunjukkan betapa mereka berempati terhadap lingkungan sekitar mereka. Indra dan emosi peserta photovoice dipadukan untuk meningkatkan tingkat keterlibatan yang membuat mereka mampu menggambarkan hal-hal yang ditangkap oleh mata mereka sebagai indra visual dan melibatkan hati mereka sebagai inti emosi untuk berkontribusi dalam menunjukkan tindakan kepedulian terhadap lingkungan sekitar mereka. Dari mata turun ke hati, itulah kira-kira!
Acara photovoice yang ketiga ini selesai pada pukul 15.15 WIB dengan closing statement dari perawat Sri. Dalam closing statement itu, perawat Sri yang senantiasa mendampingi kader kesehatan dalam mengikuti tahapan demi tahapan dalam photovoice itu, mengatakan “Kalau ngobrol mungkin terbatas waktunya. Tetapi dengan menulis, jangkauannya adalah lebih banyak dan luas.” *** [231024]
Oleh: Budiarto Eko Kusumo | Editor: Budiarto Eko Kusumo