Photovoice adalah metodologi penelitian aksi partisipatif yang digunakan untuk menangkap dan mengkarakterisasikan pengalaman individu melalui penggunaan fotografi dan diskusi. Awalnya dikembangkan oleh Wang & Burris (1997) dan memberikan partisipan sebuah “suara” melalui penggunaan pemotretan kejadian dan realitas sehari-hari dan mengomunikasikannya kepada orang lain, yang memberdayakan mereka untuk membuat perubahan (Skoy & Werremeyer, 2020, American Journal of Pharmaceutical Education, 84(4), 7599.).
Hari Selasa (22/10), 10 orang kader kesehatan Desa Tlogorejo – Arlik, Iit Nurhanifah, Mufida, Sri Widiyowati, Sukarni, Suli’ami, Suriyani, Sutarmi, Yunita – mengikuti tahap keempat dari photovoice yang diselenggarakan di Pendopo Balai Desa Tlogorejo yang beralamatkan di Dusun Dadapan RT 16 RW 06 Desa Tlogorejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.
Setelah mengambil gambar atau memotret tema pengelolaan sampah dan kesehatan masyarakat, kader kesehatan akan mengirimkan fotonya sebanyak tiga buah kepada Tim Penelitian NIHR Theme 3: People Empowerment and Community, atau yang akrab dikenal sebagai Tim CEI (Community Engagement and Involvement) pada tahap 1 melalui group whatsapp yang telah dibuatnya.
Untuk setiap foto yang dipilih, mereka diminta untuk memberikan keterangan atau deskriptif naratif, seperti lokasi pengambilan gambar, tanggal pengambilan gambar, alasan foto yang diambil cukup menarik baginya, dan akan diidentifikasi oleh Tim CEI pada pertemuan tahap 2 photovoice.
Pada tahap 2 ini, kemudian kader kesehatan yang menjadi partisipan photovoice diminta oleh fasilitator dari Tim CEI untuk memilih 1 dari 3 foto yang telah dikirimkan dan diidentifikasi. Satu foto yang dipilih setiap kader kesehatan tersebut, kemudian diminta untuk diberikan narasi cerita untuk pertemuan berikutnya, yakni photovoice tahap 3.
Pada tahap 3 ini, kader kesehatan akan mendapatkan pelatihan penulisan storytelling oleh fasilitator NIHR yang turut mendampingi Tim CEI. Tujuannya agar partisipan mendapatkan bekal penulisan yang minimal sesuai kaidah dalam storytelling, sehingga menarik untuk dibacanya.
Setelah mendapatkan pembekalan dalam storytelling, kemudian fasilitator NIHR yang telah memberikan materi penulisan storytelling bersama-sama dengan fasilitator Tim CEI dan peserta photovoice membahas foto yang telah dikirimkan beserta narasinya. Dari sini kader kesehatan peserta photovoice akan menjadi paham, bagian mana saja dari tulisan cerita yang telah dikirimkan sebelumnya, akan diperbaiki dengan menambahkan: seperti apa komunitas Anda? Apa harapan dan impian Anda untuk komunitas ini?
Foto tersebut berfungsi sebagai titik awal untuk membantu mereka mengartikulasikan pengalaman dan tantangan di samping kemungkinan untuk perubahan. Yang terpenting, melalui foto dan deskripsi naratif mereka, mereka berusaha untuk mengekspresikan diri mereka, apa yang penting bagi mereka dan mengapa, sementara pada saat yang sama menantang beberapa narasi yang kurang dan melemahkan tentang komunitas.
Pada tahap 4 dari jalur photovoice ini adalah membahas foto, mereview dan merefleksikan pengalaman. Narasi cerita yang telah diperbaiki dikirimkan ulang dan direview oleh fasilitator Tim CEI.
Setelah direview semua tulisan kader kesehatan yang berjumlah 10 buah itu dipilih menjadi 1 dari 10 tulisan tersebut. Peserta mendiskusikan sendiri dalam memilih 1 dari 10 tulisan tersebut dengan dipandu oleh fasilitator Tim CEI, yakni Damar Waskitojati, S.Kom, M.Si.
Pemilihan tulisan cerita yang ada fotonya itu tentu tidak terpaku kepada permainan kata dalam setiap pargarafnya saja, melainkan juga menyangkut isu-isu terkait pengelolaan sampah dan kesehatan masyarakat yang diangkatnya maupun harapan ke depannya.
Setelah terpilih 1 dari 10 tulisan cerita, maka acara berikutnya adalah merefleksikan pengalaman kader kesehatan yang telah mengikuti pertemuan photovoice sebanyak 4 kali tersebut. Photovoice adalah pembelajaran reflektif yang melibatkan kemampuan menulis peserta didik dengan menuangkan pengalaman mereka ke dalam perspektif melalui fotografi. Hal ini tercermin dalam apa yang terjadi, apa yang telah dilakukan, atau apa yang sedang terjadi.
Tahap refleksi dalam photovoice merupakan bagian penting dari proses di mana peserta menganalisis dan mendiskusikan foto-foto mereka dan cerita di baliknya. Peserta tentunya akan flashback sebentar dalam perjalanannya mengikuti photovoice dari awal hingga akhir.
Refleksi dapat mengarah pada diskusi tentang cara menggunakan wawasan yang diperoleh untuk advokasi, keterlibatan masyarakat, atau pengembangan pribadi, memberdayakan peserta untuk mengambil tindakan berdasarkan pengalaman mereka, yang pada akhirnya akan membawa dampak perubahan dalam komunitasnya.
Dalam closing statement dari Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Desa Tlogorejo Sulis Nurhayati, terangkum apa yang telah disampaikan secara satu per satu oleh peserta photovoice. “Apa yang belum pernah kita sadari dalam pengelolaan sampah dan kesehatan masyarakat sebelumnya, sekarang menjadi point tersendiri,” kata Ketua TP PKK.
Lebih lanjut, jelas Ketua TP PKK Desa Tlogorejo, mengakui bahwa pengetahuan dan wawasan kader kesehatan Desa Tlogorejo semakin meningkat, dan yang tidak bisa dilupakan juga diajari menulis cerita untuk bisa menyampaikan pesan yang ada di lingkungan komunitas mereka sendiri.
Dari refleksi pengalaman kader kesehatan dalam mengikuti photovoice dan closing statement Ketua TP PKK yang rajin mendampingi pertemuan photovoice itu, tersimpul dalam judul tulisan ini, yaitu “Saya Datang, Saya Belajar, Saya Bisa”: Refleksi Atas Partisipasi Kader Kesehatan Desa Tlogorejo Dalam Photovoice. *** [251024]
Oleh: Budiarto Eko Kusumo | Editor: Budiarto Eko Kusumo
MasyaAllah terimakasih banyak pak Budi sampun dampingi sampun mengajarkan temen temen semua dan mengangkat nama desa tlogorejo tercinta