Deteksi Dini PPOK Lewat Teknologi SMARThealth: Pemeriksaan Pasien Dengan Faktor Risiko di Puskesmas Kepanjen

Di tengah antrean panjang pasien umum di Puskesmas Kepanjen, Kabupaten Malang, pagi itu, Sabtu (31/05), suasana terasa sedikit berbeda. Sebuah langkah konkret dalam mendekatkan layanan kesehatan berbasis teknologi sedang berjalan: pemeriksaan lanjutan bagi pasien berisiko Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) hasil skrining kader SMARThealth di Kelurahan Kepanjen.
Melalui program piloting dari NIHR (National Institute for Health and Care Research) Universitas Brawijaya (UB), para kader kesehatan di Kepanjen telah menjalankan skrining dari rumah ke rumah menggunakan aplikasi SMARThealth versi terbaru.
Aplikasi ini dilengkapi dengan algoritma cerdas yang memunculkan indikator visual berupa speedometer untuk mengidentifikasi risiko penyakit, terutama Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) atau yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis), dan Cardiovascular disease (CVD) atau penyakit kardiovaskular.

Deteksi Dini PPOK Lewat Teknologi SMARThealth: Pemeriksaan Pasien Dengan Faktor Risiko di Puskesmas Kepanjen
Pasien risiko PPOK mendapatkan pemeriksaan lanjutan di Puskesmas Kepanjen. Mereka akan diskrining dengan aplikasi dokter terlebih dahulu.


Speedometer PPOK hanya terdiri dari dua warna: hijau (aman) dan merah (berisiko tinggi). Sementara, pada speedometer CVD, indikator terbagi dalam tiga warna: hijau (rendah risiko), kuning (risiko sedang), dan merah (tinggi risiko). Bila jarum menunjuk ke merah, maka notifikasi otomatis muncul: warga tersebut perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan untuk pemeriksaan lanjutan.
Dan hari ini, rujukan itu diwujudkan. Empat kader SMARThealth membawa masing-masing satu warga yang hasil skriningnya yang menunjukkan risiko tinggi PPOK, bahkan ada yang diduga telah menderita TBC. Mereka sudah mengantre sejak pukul 08.30 WIB di Puskesmas Kepanjen.
Keempat pasien yang dianjurkan mengikuti pemeriksaan lanjutan di Puskesmas Kepanjen adalah Zainal Abidin (73) dari RW 01, didampingi kader Agustin Shintowati; Satuni (65) dari RW 03, diantar kader Sumarmi Warto Dewo; Sunarto Narto (66) dari RW 04, ditemani kader Rusmini dan salah satu anaknya; dan Sri Bawon (54) dari RW 05, yang dikawal kader Ninik Kartini.

Dokter Fungsional Puskesmas Kepanjen periksa pasien yang kerap batuk usai diwawancarai dengan menggunakan aplikasi SMARThealth Dokter


Setelah dipanggil satu per satu, para pasien dibawa ke Lantai 2, Ruang Pertemuan Puskesmas Kepanjen. Di sana, dr. Erla Devita Sari dan perawat Suliastiami, S.Kep.Ners telah bersiap menyambut dan melakukan pemeriksaan lanjutan, sesuai protokol yang tertanam dalam aplikasi SMARThealth di Galaxy Tab A9+ 5G.
Setiap pasien diwawancarai terlebih dahulu menggunakan aplikasi tersebut. Kemudian, mereka menjalani pemeriksaan spirometri di Ruang Data yang berada di sebelah utara Ruang Pertemuan tersebut. Siprometri adalah sebuah prosedur penting dalam mendiagnosis gangguan paru, termasuk PPOK dan asma. Dua jenis pemeriksaan spirometri yang dilakukan adalah Slow Vital Capacity (SVC) dan Forced Vital Capacity (FVC).
SVC untuk mengukur volume udara secara perlahan tanpa usaha paksa, dan FVC untuk mengukur volume udara yang dihembuskan dengan paksa setelah menarik napas dalam.
Dalam pemeriksaan spirometri sedikit mengalami sejumlah kendala. “Pasien sering kali tidak memahami instruksi dengan baik. Jadi mempengaruhi hasilnya. Akibatnya, hasil pemeriksaan harus diulang hingga enam kali,” jelas dr. Erla kepada Fasilitator NIHR Universitas Brawijaya (UB) yang turut hadir.

Pemeriksaan menggunakan spirometri dalam Forced Vital Capacity (FVC). Pasien terlihat seperti dalam posisi ruku’


Selain itu, beberapa pasien rujukan diketahui memiliki riwayat TBC, sehingga pernapasan mereka sudah terganggu, seperti pasien yang menderita paru sarang tawon.
Meski penuh tantangan, pemeriksaan selesai dengan lancar. Semua pasien kemudian mendapatkan resep obat yang diambil di loket obat Puskesmas Kepanjen. Obat yang diresepkan antara lain ambroxol dan salbutamol, dua medikasi utama untuk membantu melegakan saluran pernapasan.
Pemeriksaan rujukan pasien PPOK hari ini berakhir pada pukul 11.10 WIB. Kegiatan ini bukan sekadar skrining, melainkan representasi nyata dari sinergi antara teknologi, kader masyarakat, dan tenaga medis dalam upaya menanggulangi penyakit kronis secara dini dan tepat sasaran. Sebuah langkah kecil namun bermakna untuk masa depan kesehatan masyarakat Kepanjen. *** [310525]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo     |     Editor: Budiarto Eko Kusumo

This research was funded by the NIHR (Global Health Research Centre for Non-communicable Diseases and Environmental Change) using UK international development funding from the UK Government to support global health research. The views expressed in this publication are those of the author(s) and not necessarily those of the NIHR or the UK government.

Leave a Comment