“Evaluasi adalah penciptaan: dengarkanlah, wahai para kreator! Evaluasi itu sendiri adalah harta yang paling berharga dari semua yang kita hargai. Hanya melalui evaluasilah nilai itu ada: dan tanpa evaluasi, inti dari keberadaan akan hampa. Dengarkanlah, wahai para kreator!’ — Friedrich Nietzsche
Suasana hangat terasa di Balai RW 01 Kelurahan Kepanjen siang itu, Sabtu (28/06), ketika Tim NIHR (National Institute for Health and Care Research) Universitas Brawijaya – dr. Harun Al Rasyid, MPH, Dwi Sari Puspaningtyas, MSPH, Raissa Manika Purwaningtias, S.Keb., Bd., M.Sc., Meutia Fildzah Sharfira, SKM, MPH, Yuf Tarosur Rohmah, S.Sos., M.A., dan Fasilitator NIHR UB – tiba untuk melakukan evaluasi program piloting NIHR.
Evaluasi ini merupakan bagian penting dari upaya mengkaji keberhasilan skrining dan tindak lanjut (follow up) yang selama dua bulan terakhir telah dilakukan oleh lima kader SMARThealth Kelurahan Kepanjen, yaitu Agustin Shintowati, Kristin Mariana, Sumarmi Warto Dewo, Rusmini, dan Ninik Kartini.
Dipandu oleh Dwi Sari Puspaningtyas, sesi evaluasi berlangsung dalam format diskusi ringan namun mendalam. Para kader, yang telah meluangkan waktu dan tenaga mereka demi menyukseskan program ini, berbagi cerita, tantangan, dan pembelajaran dari pelaksanaan skrining warga usia 40 tahun ke atas, serta tindak lanjut terhadap pasien dengan risiko tinggi.
Agustin, salah satu kader, mengungkapkan beberapa kendala teknis dalam input data dengan aplikasi SMARThealth. Salah satunya adalah keterbatasan sistem aplikasi yang hanya mengizinkan input maksimal 100 butir obat. “Padahal ada pasien yang konsumsi obatnya lebih dari itu,” ungkapnya.

Masalah lain muncul saat menghadapi pasien yang mengonsumsi obat racikan, yang tak memiliki merek terstandar, atau ketika menemukan Glibenclamide produksi Kalbe Farma, yang tidak tercantum dalam daftar merek di aplikasi.
Tak hanya soal teknis, pertanyaan dalam aplikasi juga memicu diskusi menarik. Misalnya, saat kader menanyakan, “Apakah Anda biasa mengeluarkan dahak yang berasal dari paru-paru atau Anda mengalami kesulitan mengeluarkan dahak saat menderita pilek?”, pasien kerap memberikan jawaban campuran yang membingungkan untuk dikategorikan sebagai “ya” atau “tidak”.
Sumarmi, kader lainnya, menambahkan bahwa sebenarnya pasien bersedia memeriksakan diri dan mengonsumsi obat, mereka enggan melakukannya jika harus ke Puskesmas. Ini menjadi catatan penting bagi Tim Evaluasi dalam merancang pendekatan yang lebih mendekatkan layanan ke masyarakat.
Selain itu, seluruh kader menyampaikan bahwa aplikasi berjalan lancar sejauh jaringan dan pulsa memadai. Saat kendala teknis terjadi, bukan sistem yang bermasalah, melainkan saldo pulsa yang habis.
Menariknya lagi, “Warga pun langsung bertanya ketika kami Ketika mendatangi rumahnya, ‘SMARThealth jalan lagi ya? Ada obatnya?’,” cerita seorang kader dengan senyum.
Sebagai tindak lanjut dari evaluasi, Tim dan kader merancang rencana bakti sosial berupa skrining gratis khusus bagi pasien dengan faktor risiko tinggi, yang dijadwalkan pada awal Agustus mendatang.

Pada pukul 14.24 WIB, sesi evaluasi berlanjut dengan pembahasan piloting baseline survey mengenai perilaku pengolahan sampah yang disampaikan Oleh Yuf Tarosur Rohmah. Survei ini dijadwalkan berlangsung pada 7–8 Juli 2025 bersama kader dan warga Kelurahan Kepanjen.
Acara ditutup pukul 14.35 WIB, meninggalkan semangat kolaborasi dan pembelajaran. Seperti kata seorang filsuf Jerman, Friedrich Nietzsche (1844-1900):
“Evaluation is creation: hear it, you creators! Evaluating is itself the most valuable treasure of all that we value. It is only through evaluation that value exists: and without evaluation the nut of existence would be hollow. Hear it, you creators!”
“Evaluasi adalah penciptaan: dengarkanlah, wahai para kreator! Evaluasi itu sendiri adalah harta yang paling berharga dari semua yang kita hargai. Hanya melalui evaluasilah nilai itu ada: dan tanpa evaluasi, inti dari keberadaan akan hampa. Dengarkanlah, wahai para kreator!”
Sehingga, evaluasi itu bukan sekadar refleksi, melainkan langkah awal menciptakan solusi. Dengan setiap masukan dari kader, program SMARThealth semakin dekat dengan kebutuhan nyata masyarakat. *** [280625]
Oleh: Budiarto Eko Kusumo | Editor: Budiarto Eko Kusumo