Tim Sosiologi UB Menyusuri Enam Desa untuk Mencari Basecamp Kajian Etnografi: “Maukah Kamu Menjadi Guruku?”

Selama dua hari terakhir, Tim Sosiologi Universitas Brawijaya (UB) – Andhika, April, Yufta, Ben, Alia – bersama Fasilitator NIHR UB melakukan perjalanan lapangan melintasi enam desa yang menjadi Enumeration Area (EA) dalam rangkaian kegiatan penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) di Kabupaten Malang. Kegiatan ini bertujuan untuk mempersiapkan basecamp, sebuah titik penting yang akan menjadi titik tolak pelaksanaan penelitian etnografi yang mendalam, reflektif, dan partisipatif.

Tiga desa di Kecamatan Bululawang – Bakalan, Krebet Senggrong, dan Krebet – serta tiga desa lainnya di Kecamatan Pagak – Sumberejo, Pagak, dan Tlogorejo – menjadi titik fokus perjalanan yang dilakukan oleh Tim Sosiologi UB. Riset yang akan dilakukan tidak hanya menyentuh permukaan data, namun menyelami kehidupan masyarakat secara langsung dan mendalam melalui pendekatan etnografi.

Hari Pertama: Menyapa Bululawang

Senin (22/06) pagi, Fasilitator NIHR UB terlebih dahulu menghadiri Sosialisasi Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat di Desa Krebet sebelum memandu Tim Sosiologi UB. Seusai acara, Fasilitator NIHR UB mempertemukan dengan Kaur Umum, Sandi Cahyadi, untuk memperkenalkan Tim Sosiologi UB dan sekaligus membicarakan agenda lapangan dan kriteria basecamp bagi Tim Sosiologi UB nantinya.

Namun karena Kaur Umum masih harus berdiskusi dengan Tim NIHR UB yang membidangi sosialisasi pengelolaan sampah, maka Fasilitator NIHR UB mengajak Tim Sosiologi UB bergerak menuju Balai Desa Krebet terlebih dahulu.

Tim Sosiologi UB Menyusuri Enam Desa untuk Mencari Basecamp Kajian Etnografi: “Maukah Kamu Menjadi Guruku?”
Berjumpa dengan Kades Krebet Senggrong dan kader untuk memperkenalkan personil Tim Sosiologi UB dan sekaligus agenda lapangannya serta konsultasi kriteria basecamp yang dibutuhkan

Di Balai Desa, Kepala Desa Drs. H. Nurkholis, M.Si. menyambut dengan hangat. Tim Sosiologi UB menjelaskan bahwa basecamp bukan sekedar tempat tinggal, melainkan ruang interaksi yang mendalam dengan warga desa – tempat mengamati, berpartisipasi, dan memahami kehidupan masyarakat secara langsung. Gayung bersambut, Kepala Desa (Kades) pun siap membantu mencarikan lokasi yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Perjalanan dilanjutkan ke Desa Krebet Senggrong. Beruntung, kami bertemu langsung dengan Kepala Desa Slamet Efendi, S.E., yang sedang berbincang dengan para kader di pendopo desa. Fasilitator NIHR UB kembali memperkenalkan agenda penelitian dan meminta bantuan pencarian basecamp. Meski data statistik desa sempat tertunda karena Sekdes M. Darussalam sedang menghadiri acara di Kecamatan Bululawang, Tim akhirnya berjumpa di jalan saat melintas basecamp Tim Enumerator Household Listing (HH Listing) di Dusun Demangjaya 1 dan dijanjikan setelah sampai Balai Desa, Sekdes akan memberikan profil desa dan data lainnya yang dibutuhkan.

Sementara itu, sebelum kembali ke Balai Desa Krebet Senggrong, Fasilitator NIHR UB sempat mengunjungi basecamp Tim HH Listing Desa Krebet Senggrong untuk melakukan briefing dengan Tim HH Listing tersebut.

Dari Krebet Senggrong, Tim bergerak ke Desa Bakalan. Di sana, mereka dipertemukan dengan dua kamituwo yang warganya dianggap cocok memiliki kriteria basecamp yang diperlukan. Perjalanan di Bululawang diakhiri dengan kunjungan ke basecamp Tim Enumerator HH Listing Desa Bakalan, memberikan gambaran awal tentang dinamika lokal.

Sambil menunggu Sekdes, Tim Sosiologi UB diperkenalkan oleh Fasilitator NIHR UB dengan Kaur Keuangan Desa Sumberejo

Hari Kedua: Menyusuri Pagak

Rabu (25/06), giliran Kecamatan Pagak yang dikunjungi. Dimulai dari Desa Sumberejo, lalu berlanjut ke Desa Pagak dan Tlogorejo. Di setiap titik, Fasilitator NIHR UB memperkenalkan Tim Sosiologi UB kepada perangkat desa, menjelaskan misi riset, dan menggali informasi demografis serta statistik yang diperlukan sebagai bekal lapangan.

Seperti di Bululawang, sambutan hangat dari para kepala desa dan perangkatnya memberikan energi positif bagi Tim. Mereka tak hanya menerima kehadiran Tim dengan tangan terbuka, namun juga menunjukkan kesediaan aktif membantu proses pencarian basecamp serta memperkaya pemahaman Tim terhadap komunitas setempat.

Usai dari Tlogorejo, perjalanan diakhiri dengan mampir ke basecamp Tim Enumerator HH Listing di Sumberejo. Tak lama setelahnya, Fasilitator mengajak Tim Sosiologi UB untuk menghadiri kegiatan Sosialisasi Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Melalui Bank Sampah Terintegrasi di Pendopo Desa Krebet guna menciptakan lingkaran konektivitas yang memperkuat keterikatan riset dengan dinamika desa secara nyata.

Basecamp ala Etnografer: Bukan Sekadar Tempat Tinggal

Berbeda dari home base Tim Enumerator HH Listing, basecamp bagi etnografer adalah “ruang hidup”, tempat mereka berbaur, mengamati, dan merasakan denyut nadi komunitas. Seperti dikatakan oleh James P. Spradley (1933 – 1982), seorang antropolog dan etnografer Amerika yang cukup berpengaruh:

Berjumpa dengan Sekdes Pagak untuk memperkenalkan personil Tim Sosiologi UB dan agenda lapangan serta kriteria basecamp di desa nantinya

I want to understand the world from your point of view. I want to know what you know in the way you know it. I want to understand the meaning of your experience, to walk in your shoes, to feel things as you feel them, to explain things as you explain them. Will you become my teacher and help me understand?

“Saya ingin memahami dunia dari sudut pandangmu. Saya ingin tahu apa yang kamu ketahui dengan cara yang kamu pahami. Saya ingin memahami makna pengalamanmu, berjalan di posisimu, merasakan hal-hal sebagaimana kamu merasakannya, menjelaskan hal-hal sebagaimana kamu menjelaskannya. Maukah kamu menjadi guruku dan membantuku memahami?”

Kutipan ini mencerminkan esensi dari pendekatan etnografi yang akan dijalani oleh Tim Sosiologi UB – memahami dari dalam, bukan dari kejauhan. Oleh karena itu, setiap basecamp akan dihuni oleh dua peneliti etnografi, seorang pria dan seorang perempuan, yang tinggal terpisah namun fokus di desa yang sama. Penempatan ini bertujuan untuk menyelami pengalaman keseharian masyarakat dari berbagai dimensi dan perspektif.

Menemani Komunitas Rentan: Perspektif dan Partisipasi

Riset ini juga memiliki fokus khusus pada komunitas rentan. Memahami tantangan mereka – kemiskinan, keterbatasan akses layanan, hingga dinamika ketimpangan sosial – menuntut pendekatan yang penuh empati dan keterlibatan.

Diterima oleh Sekdes Tlogorejo dengan senyum khasnya, Fasilitator NIHR UB memperkenalkan personil Tim Sosiologi UB dan agenda lapangannya serta kriteria basecamp yang diperlukan

Hal ini mengingatkan pada karya klasik Oscar Lewis dalam Five Families: Mexican Case Studies in the Culture of Poverty (1959) atau yang dikenal dengan Five Families in Mexico, di mana ia menyelami kehidupan kaum miskin di Amerika Latin bukan sekadar sebagai objek studi, tetapi sebagai subjek yang memproduksi makna dan pengalaman hidup mereka sendiri.

Dengan cara serupa, Tim Sosiologi UB akan mencoba mengenali denyut kehidupan komunitas ini dari dalam. Kemiskinan, dalam konteks ini, tidak dipandang sebagai angka, tetapi sebagai lanskap budaya dan sosial yang kompleks – dan penuh makna.

Sebuah Awal dari Perjalanan Panjang

Dua hari menyusuri enam desa ini bukan akhir, melainkan awal dari sebuah perjalanan panjang untuk memahami, menyelami, dan berbagi cerita masyarakat desa dalam konteks etnografi. Dengan dukungan fasilitator, perangkat desa, dan partisipasi masyarakat, riset ini diharapkan dapat memberikan kontribusi mendalam tidak hanya pada akademik, tetapi juga pada kebijakan dan perubahan sosial yang berkeadilan.

Karena pada akhirnya, memahami masyarakat bukan hanya tentang mendata, tetapi tentang berjalan bersama mereka, melihat dunia dari mata mereka, dan – seperti kata Spradley – belajar untuk memahami dunia sebagaimana mereka memaknainya. “Maukah kamu menjadi guruku?*** [260625]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo     |     Editor: Budiarto Eko Kusumo

Leave a Comment