Ballroom Grand Miami Hotel, Kepanjen, kembali menjadi saksi semangat belajar yang tak kunjung padam. Jika pada hari pertama, Selasa (14/10), para enumerator berkenalan dengan gambaran besar penelitian, pemeriksaan fisik, dan etika informed consent, maka hari kedua, Rabu (15/10), adalah momen untuk menyelami jantung dari proses pengumpulan data: kuesioner, teknologi, dan simulasi lapangan.
Pelatihan enumerator untuk Baseline Survey NIHR-GHRC NCDs & EC Theme 1: Primary Healthcare Strengthening ini memasuki fase yang lebih aplikatif. Fokusnya adalah membekali para enumerator dengan pemahaman mendalam dan keterampilan praktis untuk memastikan data yang dikumpulkan akurat, valid, dan terkelola dengan baik.

Pemahaman Kuesioner: Fondasi Data yang Kokoh
Sesi pertama hari ini dipandu oleh Dwi Sari Puspaningtyas, MSPH, yang dengan cermat membedah setiap bagian kuesioner. Pemahaman yang komprehensif terhadap instrumen penelitian ini bukanlah hal sepele. Ia adalah fondasi utama. Sebuah pertanyaan yang ditanyakan dengan cara atau penjelasan yang salah dapat berujung pada data yang bias atau salah interpretasi.
Dwi tidak hanya sekadar membacakan pertanyaan, tetapi juga menjelaskan maksud di balik setiap pertanyaan, konteks yang perlu diperhatikan, serta cara menjawab kemungkinan kesulitan yang akan dihadapi responden. Proses ini sangat penting untuk memastikan seluruh enumerator memiliki persepsi dan standar yang sama dalam melaksanakan wawancara, sehingga data yang terkumpul konsisten dan berkualitas tinggi.

SMARThealth: Efisiensi Teknologi di Ujung Jari
Usai coffee break, Dwi Sari Puspaningtyas kembali memandu para peserta untuk berkenalan dengan “senjata” utama mereka di lapangan: aplikasi SMARThealth. Penggunaan aplikasi dalam pengumpulan data adalah lompatan dari metode manual ke digital, yang menawarkan efisiensi, kecepatan, dan akurasi yang lebih baik.
Para enumerator dikenalkan dengan navigasi aplikasi yang terinstal pada tablet yang telah disediakan. Aplikasi ini secara umum terbagi dalam tiga halaman utama: Halaman 1 untuk riwayat medis responden, Halaman 2 berfokus pada pengukuran kesehatan, dan Halaman 3 membahas kualitas hidup (quality of life).
Dengan antarmuka yang dirancang intuitif, diharapkan proses input data dapat berjalan lancar, bahkan di lokasi dengan konektivitas terbatas, karena data dapat disimpan sementara (offline) dan diunggah ketika sinyal sudah tersedia.

Role Play: Teori Menemui Praktik dalam Simulasi
Pukul 13.32 WIB, setelah jeda ishoma (istirahah, sholat, makan), ballroom berubah menjadi miniatur lokasi penelitian. Dipandu oleh Raissa Manika Purwaningtias, M.Sc., sesi role play atau simulasi terintegrasi pun dimulai. Inilah momen dimana teori diuji dalam praktik.
Simulasi perdana diperagakan oleh Achmad Zaini, S.P. sebagai enumerator dan Novi sebagai responden. Kemudian dilanjutkan oleh ‘Aathifah Rahma, S.Gz sebagai pasien, dan Dewi Ferawati Kurnia Maysari, S.Sos sebagai enumerator.
Di depan peserta lain, mereka mempraktikkan proses wawancara lengkap dengan menggunakan tablet, mulai dari pendekatan, penyampaian informed consent, hingga pengisian kuesioner digital.

Untuk memastikan semua peserta mendapat kesempatan dan suasana tetap dinamis, pemilihan enumerator dan responden berikutnya dilakukan dengan metode yang seru: spin the wheel. Roda yang berputar itu mengacak nama, menciptakan antisipasi dan keceriaan, sekaligus melatih kesiapan mental para enumerator untuk menghadapi berbagai karakter responden yang tak terduga di lapangan.
Melalui role play, para peserta tidak hanya melatih keterampilan komunikasi dan wawancara, tetapi juga membangun kepercayaan diri. Mereka mendapat umpan balik langsung dari Tim Penelitian NIHR-GHRC NCDs & EC dan rekan sejawat, memperbaiki kesalahan dalam lingkungan yang aman sebelum terjun ke kondisi sesungguhnya.

Penutup dan Konsolidasi Menuju Lapangan
Usai serangkaian simulasi yang mendebarkan, Fildzah Cindra Yunita, S.Kep., MPH menyampaikan informasi penting mengenai konsolidasi Tim Enumerator dengan perangkat desa yang telah dijadwalkan. Langkah ini merupakan jembatan antara pelatihan dan implementasi, memastikan koordinasi yang solid di tingkat akar rumput.
Pada pukul 15.00 WIB, pelatihan enumerator hari kedua resmi berakhir. Hari ini bukan sekadar transfer pengetahuan, tetapi lebih pada penempaan keterampilan dan mental. Dengan bekal pemahaman kuesioner yang matang, kemahiran menggunakan aplikasi, dan pengalaman berharga dari simulasi, para enumerator kini siap untuk turun ke lapangan, mengumpulkan data yang akan menjadi fondasi kokoh bagi penguatan layanan kesehatan primer di masa depan. *** [171025]
Oleh: Budiarto Eko Kusumo | Editor: Budiarto Eko Kusumo