Menguatkan Akar Kesehatan Masyarakat: Koordinasi Survei Pendahuluan NIHR di Desa Pagak

Program kesehatan masyarakat memegang peran vital dalam upaya meningkatkan kualitas hidup, terutama di wilayah pedesaan yang seringkali menghadapi tantangan geografis dan keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan. Melalui pendekatan promotif dan preventif, program ini tidak hanya mencegah penyakit tetapi juga membangun fondasi kesehatan jangka panjang bagi masyarakat.

Kesuksesan dari implementasi program-program ini sangat ditentukan oleh koordinasi yang solid antara tim pelaksana dan struktur pemerintahan lokal. Inilah yang menjadi latar belakang dilaksanakannya Koordinasi Survei Pendahuluan (Baseline Survey) NIHR oleh Tim Penelitian NIHR-GHRC NCDs & EC Universitas Brawijaya (UB) pada Kamis (16/10) di Desa Pagak, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.

Menguatkan Akar Kesehatan Masyarakat: Koordinasi Survei Pendahuluan NIHR di Desa Pagak
Tim NIHR UB, enumerator dan perangkat desa serta Ketua RW maupun Ketua RT berpose bersama

Kegiatan koordinasi ini menjadi langkah awal penting menuju pelaksanaan skrining kesehatan masyarakat yang difokuskan pada penyakit tidak menular (PTM), seperti Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dan penyakit kardiovaskular.

Selain sebagai bentuk pengantar kegiatan, forum ini juga menjadi ajang perkenalan dengan para enumerator – garda terdepan pengumpulan data kesehatan warga Desa Pagak selama tiga bulan ke depan.

Sebanyak 9 enumerator perempuan diperkenalkan, yaitu: Siti Nur Fitriana, Aisyah Rohma Mufida, Ahada Amilia Rohmawati, Rizky Ayu Kartikasari, Dhila Ayu Novita Agustin, Novi Rahmawati, Afita Ismawati, Ratnani Choirunisa, dan Jessica Dayang Pandan Wangi.

Sambutan Sekdes Pagak dalam Koordinasi terkait Kegiatan Survei Pendahuluan (Baseline Survey) NIHR di Desa Pagak, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang

Kolaborasi Demi Akses yang Lebih Merata

Acara yang dimulai pukul 09.40 WIB ini dihadiri oleh perangkat desa, mulai dari Sekretaris Desa (Sekdes) Naroji, Kepala Dusun (Kamituwo), hingga Ketua RW dan RT dari berbagai dusun di Desa Pagak. Dalam sambutannya, Sekdes menyampaikan apresiasi yang tinggi atas inisiatif ini.

“Skrining kesehatan ini sangat penting bagi warga kami yang tempat tinggalnya berada di perbukitan dan sulit dijangkau secara geografis,” ujar Sekdes Naroji. “Kami mendukung penuh kegiatan ini dan berharap warga kami bisa mendapatkan manfaat sebesar-besarnya.”

Sebagai bentuk dukungan nyata, pihak desa mengumpulkan para pemangku wilayah – Kamituwo, RW, dan RT – untuk menjalin koordinasi erat dengan enumerator. Koordinasi ini sangat penting, mengingat setiap dusun memiliki struktur sosial dan geografis yang berbeda-beda.

Dusun Banyuurip mempunyai 9 RT dan 3 RW. Dusun Tempur terdiri dari 10 RT dan 3 RW. Dusun Krajan memiliki 27 RT dan 7 RW. Sedangkan, Dusun Sumbernongko terbagi dalam 22 RT dan 6 RW.

Penjelasan dari perwakilan Tim Penelitian NIHR-GHRC NCDs & EC UB

Memperkenalkan Tim dan Menyusun Langkah Bersama

Dalam kesempatan itu, perwakilan Tim Peneliti, Fildzah Cindra Yunita, S.Kep., MPH, menyampaikan garis besar timeline kegiatan skrining serta memperkenalkan program lanjutan yang akan hadir, termasuk enumerator lingkungan yang akan melengkapi data dari sisi lingkungan tempat tinggal.

Setelah pemaparan, dilanjutkan dengan sesi diskusi intensif antara tim penelitian dan para tokoh desa. Fokus utama diskusi adalah menjadwalkan waktu yang tepat untuk para enumerator memulai pengumpulan data, dengan tetap mempertimbangkan kegiatan warga dan kondisi wilayah.

Dalam hal ini, keterlibatan aparat desa bukan sekadar administratif, tetapi juga sebagai jembatan kepercayaan antara tim penelitian dan masyarakat. Koordinasi dengan tokoh lokal memastikan bahwa pengumpulan data berlangsung efektif, diterima masyarakat, dan menghasilkan data yang akurat serta valid.

Tim Enumerator yang bertugas di Desa Pagak memperkenalkan diri

Sinergi untuk Masa Depan yang Lebih Sehat

Koordinasi ini menjadi bukti nyata pentingnya sinergi antara ilmu pengetahuan, program kesehatan, dan kekuatan lokal. Dengan pendekatan kolaboratif seperti ini, intervensi kesehatan tidak hanya menjadi program teknis, tetapi juga gerakan bersama yang berakar kuat di tengah masyarakat.

Cooperation, collaboration and coordination are together more powerful than competition,” sebagaimana kata bijak dari Hendrith Vanlon Smith Jr, CEO of Mayflower-Plymouth. “Kerja sama, kolaborasi, dan koordinasi bersama-sama lebih kuat dibandingkan persaingan.”

Inisiatif seperti ini menunjukkan bahwa dengan kolaborasi yang tepat, bahkan wilayah yang secara geografis menantang sekalipun tetap memiliki peluang yang sama untuk hidup sehat dan sejahtera. Desa Pagak menjadi contoh bahwa ketika komunitas dan ilmuwan berjalan bersama, dampaknya bisa menjangkau hingga akar rumput – tempat di mana perubahan paling bermakna dimulai. *** [181025]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo     |     Editor: Budiarto Eko Kusumo

Leave a Comment