Dalam rangka memperkuat sistem layanan kesehatan primer dan pengumpulan data primer yang berkualitas, NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) melalui Theme 1: Primary Healthcare Strengthening menyelenggarakan pelatihan enumerator sebagai bagian dari kegiatan Baseline Survey.
Kegiatan ini berlangsung selama dua hari – Selasa (14/10) dan Rabu (15/10) – di Ballroom Grand Miami Hotel, yang berlokasi di Jalan Jatirejoyoso No. 01, Dusun Dawuhan, Desa Jatirejoyoso, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang.

Peran Strategis Enumerator dalam Riset Kesehatan
Enumerator bukan hanya sekadar pengumpul data di lapangan, melainkan ujung tombak dalam memastikan akurasi dan integritas data penelitian. Di balik setiap angka statistik yang digunakan dalam perumusan kebijakan publik, terdapat kerja keras para enumerator yang bekerja langsung dengan masyarakat, terkadang dalam kondisi lapangan yang menantang.
Sejarah mencatat bahwa istilah “enumerator” telah dikenal sejak abad ke-17, ketika John Graunt (1620-1674), seorang demografer dan penjual kelontong asal Inggris, melakukan analisis terhadap “Bills of Mortality” di London. Graunt dikenal sebagai pelopor demografi modern yang menggunakan data lapangan secara sistematis untuk mengamati tren populasi dan kesehatan masyarakat.
Konteks modern tetap menuntut kompetensi serupa. Enumerator masa kini harus memiliki keterampilan komunikasi yang baik, penguasaan teknologi dasar, dan pemahaman menyeluruh terhadap protokol penelitian. Oleh karena itu, pelatihan enumerator menjadi sangat penting untuk menjamin kualitas dan kredibilitas data yang dikumpulkan.

Hari Pertama: Teori dan Praktik Pemeriksaan Fisik
Pelatihan dimulai pada Selasa, 14 Oktober 2025, pukul 08.42 WIB, dengan diikuti oleh 36 peserta dari berbagai latar belakang. Acara diisi dengan sesi overview penelitian yang disampaikan oleh Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH.
Dalam paparannya, Meutia menjelaskan secara rinci tujuan besar dari NIHR-GHRC NCDs & EC, termasuk lokasi penelitian, luaran yang diharapkan, konsolidasi desa, serta timeline kegiatan yang telah disusun.
Sesi dilanjutkan dengan pelatihan keterampilan pemeriksaan fisik, yang dibawakan oleh dr. Harun Al Rasyid, MPH. Materi ini mencakup teknik komunikasi efektif saat wawancara riwayat serta pengukuran kesehatan seperti berat dan tinggi badan, lingkar perut, tekanan darah, laju pernapasan, dan saturasi oksigen dengan pulse oximetry.

“Ini adalah prosedur invasif, maka keamanan dan kebersihan harus terjamin,” tegas dr. Harun kepada peserta.
Setelah sesi teori, peserta langsung diajak melakukan praktek pengukuran fisik. Melalui metode round robin, setiap enumerator diberi kesempatan untuk mencoba seluruh jenis pengukuran secara bergantian, guna memastikan kesiapan mereka sebelum terjun ke lapangan.
Usai sesi praktik, peserta diberikan waktu istirahat, sholat, dan makan (ishoma) selama 1,5 jam sebelum melanjutkan pelatihan sesi siang. Dalam ishoma tersebut, pihak hotel menyediakan aneka menu hidangan, seperti soup daging kuah asam, steamed rice, bakmi goreng, terong balado, ayam tulang lunak, cumi bakar kecap, sambal, acara kerupuk, infused water, orange drink, es rumput laut, tahu walik, dan clice fruits.

Pukul 13.31 WIB, pelatihan kembali dilanjutkan dengan materi mengenai informed consent oleh Raissa Manika Purwaningtias, M.Sc.. Materi ini menekankan pentingnya persetujuan sadar dari responden sebagai bagian dari etika penelitian, serta pendekatan yang tepat dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat.
Kegiatan pelatihan hari pertama ditutup pada pukul 15.00 WIB, dengan sesi foto bersama antara Tim NIHR-GHRC NCDs & EC dan seluruh peserta pelatihan sebagai bentuk dokumentasi dan kebersamaan.
NIHR-GHRC NCDs & EC terus berkomitmen untuk menjadikan riset sebagai pendorong perubahan, dan pelatihan enumerator ini adalah bukti nyata bahwa setiap langkah kecil di lapangan, memiliki dampak besar bagi masa depan kesehatan masyarakat. *** [161025]
Oleh: Budiarto Eko Kusumo | Editor: Budiarto Eko Kusumo