Hari Kedua Pelatihan Fisiologi Paru di RSSA: Pendalaman Spirometri dan Aplikasi SMARThealth

Memasuki hari kedua (Jumat, 25/04) Pelatihan Fisiologi Paru dan Alat Kesehatan Spirometri yang diadakan Tim Peneliti NIHR (National Institute for Health and Care Research) Universitas Brawijaya (UB) di Ruang Pertemuan Kahuripan Gedung Graha Puspa Lantai 4 RSUD dr. Saiful Anwar (RSSA) Malang, yang hadir bukan tambah surut melainkan bertambah banyak personilnya.
Kalau pada hari pertama (Rabu, 23/04), peserta dibekali pemahaman mendalam tentang fisiologi paru, sebelum dilanjutkan dengan demo pengenalan alat spirometri. Sedangkan, pada hari kedua (Jumat, 25/04), materi pelatihannya fokus pada pengenalan serta praktik langsung penggunaan alat spirometri, termasuk integrasinya dengan aplikasi SMARThealth.
Kegiatan ini ditujukan khusus untuk para dokter dan perawat dari Puskesmas Kepanjen yang menjadi mitra dalam studi kolaboratif ini. Bagi peserta pelatihan – dr. Erla Devita Sari dan Sulistiami, S.Kep. Ners – ini mungkin pertemuan pertama dengan alat diagnostik canggih tersebut, namun antusiasme mereka menunjukkan bahwa pemahaman baru segera terbangun.

Hari Kedua Pelatihan Fisiologi Paru di RSSA: Pendalaman Spirometri dan Aplikasi SMARThealth
Tim Peneliti NIHR UB berpose bersama instruktur spesialis Paru RSSA, mahasiswa PPDS Paru UB, teknisi PT ENDO Indonesia, dan sejumlah probandus


Sesi pelatihan hari kedua dimulai pada pukul 08.50 WIB dengan demo alat spirometri yang dipandu oleh teknisi Hendrikus dari PT ENDO Indonesia Surabaya, penyedia Medical International Research (MIR) Spirometer, Spirolab New yang digunakan dalam penelitian NIHR.
Peserta pelatihan dilatih untuk memahami proses kalibrasi alat, cara penggunaannya, hingga cara menyimpan kembali alat spriometri atau spirometer dengan benar ke dalam wadahnya. Penekanan pada aspek kehati-hatian dalam penggunaan menjadi sorotan penting, mengingat tingginya harga komponen alat, seperti syringe kalibrasi 3 liter yang bernilai sekitar 21 juta, serta turbin hitam pada mouthpiece dengan harga mencapai 18 juta rupiah.
Selama demo berlangsung, dokter dan perawat Puskesmas Kepanjen serta 2 mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Paru UB tidak hanya melihat saja, tetapi juga terlibat langsung dalam praktik pengukuran dan kalibrasi, didampingi teknisi ahli yang didatangkan dari PT ENDO Indonesia.
Sementara itu, pembacaan grafik hasil spitometri dibimbing langsung oleh dua dokter spesialis yang berkompeten di bidangnya, yaitu Dr. dr. Susanthy Djajalaksana, Sp.P(K) dan dr. Ilham Revan Ananda, Sp.P dari Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Divisi Asma, PPOK dan Penyakit Saluran Napas, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) – RSSA.

Perawat Puskesmas Kepanjen belajar cara melakukan kalibrasi alat spirometri yang dipandu oleh teknisi PT ENDO Indonesia disaksikan oleh dokter Puskesmas Kepanjen


Dr. Santhy dan dr. Revan secara intensif menjelaskan parameter-parameter penting dalam interpretasi fungsi paru. Dikutip dari laman PT ENDO Indonesia, Spirometer, Spirolab New yang digunakan dalam penelitian NIHR ini mampu untuk melakukan tes spirometri dengan akurasi yang tinggi.
Tes spirometri adalah pemeriksaan fungsi paru-paru yang mengukur volume dan aliran udara saat bernapas. Parameter yang diukur meliputi FVC (Forced Vital Capacity), VC (Vital Capacity), IVC (Inspiratory Vital Capacity), MVV (Maximum Voluntary Ventilation), dan perbandingan bronkodilator PRE/POST (sebelum dan sesudah pemberian obat pelega saluran napas).
Dalam pemeriksaan, Dr. Santhy mengatakan bahwa pola bernapas yang dilakukan oleh pasien nantinya harus pelan, sedang, dan baru cepat. Pada Spirometer, Spirolab New, pemeriksa beruntung karena dibandu dengan garis kuning melintang yang biasanya muncul dengan dtandai bunyi bip yang dikeluarkan dari alat tersebut.
Garis kuning melintang pada layar monitor alat tersebut berfungsi memandu dokter atau perawat yang memeriksa untuk memandu kepada pasien agar hasil bernapasnya optimal dan terekam dalam spirometer tersebut. Setiap perpindahan dari pelan, sedang maupun cepat akan ditandai garis kuning melintang yang disertai bunyi bip.

Dr. Santhy mengajari dokter Puskesmas Kepanjen cara bagaimana menginterpretasikan hasil spirometri yang dilakukan terhadap probandus


Penarikan napas, kata Dr. Santhy, terpola dalam 2 kategori pengukuran, yakni slow dan fast. Pada pengukuran slow, pasien diminta bernapas biasa dulu hingga sampai bunyi bip. Lalu, tarik sedalam-dalamnya dan buang sebanyak-banyaknya serta sehabis-habisnya. Sedangkan, pada pengukuran fast, pasien diminta untuk menarik napas sedalam-dalamnya, lalu buang secepat-cepatnya dan sebanyak-banyaknya.
Selesai demo alat spirometer, tenaga kesehatan (dokter dan perawat) dari Puskesmas Kepanjen diajari cara ngringkesi atau memasukkan peralatan spirometri kembali ke tempatnya semula, dan setelahnya kedua tenaga kesehatan (nakes) tersebut mengikuti post-test hingga memasuki ishoma di hari Jumat.
Pukul 13.17 WIB pelatihan yang juga dihadiri oleh 8 personil Tim Peneliti NIHR UB, 2 mahasiswa PPDS Paru UB, 4 orang dari PT ENDO Indonesia, dan 3 probandus tersebut, memasuki pelatihan penggunaan aplikasi SMARThealth untuk dokter/perawat, yang menjadi bagian penting dalam pengumpulan dan manajemen data pada penelitian NIHR ini.
Sesi ini dipandu oleh Koordinator Digital Health Development Sabriansyah Rizqika Akbar, S.T., M.Eng., Ph.D dari Fakultas Ilmu Komputer (Filkom) UB, yang memberikan penjelasan teknis sekaligus praktik langsung kepada peserta. Aplikasi ini dirancang untuk mempermudah dokter/perawat dalam mencatat hasil spirometri pasien serta memonitor tindak lanjut secara digital.

Dokter dan perawat Puskesmas Kepanjen belajar aplikasi SMARThealth untuk tenaga kesehatan yang dipandu oleh Koordinator Digital Health Development Tim Peneliti NIHR UB


Pada sesi ini, Sabriansyah dibantu oleh dr. Harun Al Rasyid, MPH dari FKUB yang juga temaktub dalam Tim Peneliti NIHR UB tersebut, untuk menjelaskan istilah kedokteran yang menjadi instrumen dalam aplikasi SMARThealth tersebut.
Lalu, pada praktiknya, kedua nakes tersebut juga didampingi oleh 2 fasilitator, yakni Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked.Trop dan Hilda Irawati, S.Stat. Kedua fasilitator duduk dibelakangnya nakes untuk melihat jika nakes tersebut mengalami kesulitan dalam mengoperasikan aplikasi SMARThealth.
Dari pengalaman uji coba aplikasi SMARThealth untuk dokter/perawat, kedua nakes menjumpai pada instrumen riwayat keluarga ternyata diprotect untuk aplikasi nakes tersebut. Selain itu, sama kasusnya degan aplikasi SMARThealth untuk kader, pengambilan foto melalui aplikasi tersebut hasilnya masih blur.
Dengan berakhirnya pelatihan hari kedua pada pukul 14.19 WIB tersebut, peserta pelatihan diharapkan tidak hanya memahami teori dibalik spirometri, tetapi juga harus mampu mengoperasikan alat secara mandiri dan efisien, serta mengintegrasikan hasilnya dalam sistem digital berbasis aplikasi SMARThealth yang mendukung mereka dalam layanan kesehatan primer di Puskesmas Kepanjen nantinya, terutama yang menyangkut deteksi dini penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) atau chronic obstructive pulmonary disease (COPD). *** [270425]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo     |     Editor: Budiarto Eko Kusumo

Leave a Comment