Identifikasi Titik Koordinat dan Koordinasi Pemasangan Sensor Udara di Desa Bakalan

Sebagai bagian dari rangkaian penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC), Fasilitator NIHR Universitas Brawijaya (UB) membangun komunikasi awal dengan perangkat Desa Bakalan untuk menjadwalkan identifikasi titik koordinat dan koordinasi pemasangan sensor udara.
Komunikasi ini menjadi langkah awal yang krusial untuk memastikan kelancaran kegiatan di lapangan, serta mendapatkan dukungan langsung dari para pemangku kepentingan desa. Setelah itu, muncullah hari untuk mendiskusikan hal tersebut.

Identifikasi Titik Koordinat dan Koordinasi Pemasangan Sensor Udara di Desa Bakalan
Sebelum berkeliling desa, Tim NIHR UB berdiskusi dengan Kaur Umum Desa Bakalan.


Pada Sabtu (17/05), Kaur Umum Desa Bakalan, Sandi Cahyadi, menerima Tim NIHR UB – Fildzah Cindra Yunita, S.Kep., MPH, Dwi Sari Puspaningtyas, MSPH, Meutia Fildzah Sharfira, SKM, MPH, dan saya – pada hari libur kantor, yaitu Sabtu (17/05) di Ruang Tamu Sekretaris Desa (Sekdes) Bakalan yang beralamatkan di Jalan Raya Bakalan, Dusun Bakalai 1 RT 01 RW 02 Desa Bakalan, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang.
Kemudian, Kaur Umum berkesempatan mendampingi Tim NIHR UB berkeliling desa. Selama lebih dari tiga jam, mereka bersama-sama mengidentifikasi dan mencatat lima titik strategis yang akan menjadi lokasi pemasangan sensor udara AirGradient, alat pemantau kualitas udara yang digunakan dalam riset ini.
Kelima titik koordinat yang telah dikirimkan Nafas Indonesia tersebut tersebat di lima dusun yang ada di lingkungan Desa Bakalan, yang meliputi Bakalan 1 RT 01 RW 02, Banjarsari 2 RT 02 RW 09, Kebon Jati RT 02 RW 10, Jamuran RT 01 RW 05, dan Banjarsari 1 RT 01 RW 07.

Koordinasi pemasangan du Dusun Banjarsari 2 RT 02 RW 09 dengan didampingi Kaur Umum, Kamituwo Banjarsari 2, dan Kamituwo Banjarsari 1


Ditemukannya titik-titik koordinat ini bukanlah akhir dari proses, melainkan justru membuka tahapan berikutnya yang tak kalah penting: pendekatan sosial ke masyarakat sekitar lokasi pemasangan.
Dalam konteks ini, komunikasi tatap muka menjadi kunci. Dalam Teori Interaksionisme Simbolik, dijelaskan bagaimana pentingnya interaksi langsung antarindividu dalam membentuk pemahaman bersama.
Melalui komunikasi langsung, masyarakat tidak hanya diberi informasi, tetapi juga diajak untuk membangun pemahaman kolektif atas maksud dan tujuan dari pemasangan alat sensor udara tersebut.
Keberadaan Kaur Umum dan Kamituwo dari masing-masing dusun sangat membantu proses ini. Mereka berperan tidak hanya sebagai penunjuk arah, tetapi juga sebagai jembatan komunikasi antara Tim NIHR UB dan warga desa.

Koordinasi pemasangan sensor udara di Dusun Kebon Jati RT 02 RW 10 dengan didampingi Kaur Umum dan Kamituwo Kebon Jati


Pendampingan ini mempermudah penjelasan tentang fungsi dan manfaat alat, sekaligus mempersiapkan masyarakat agar tidak kebingungan jika di kemudian hari muncul pertanyaan mengenai perangkat yang dipasang di lingkungan mereka.
Sebagai penutup kegiatan hari itu, Tim NIHR UB diajak menikmati makan siang di Warung Restu, tempat makan yang berada di depan Balai Desa Bakalan yang dikenal dengan cita rasa khas masakan tradisional Jawa. Hidangan sederhana, namun penuh kehangatan, menjadi penanda harmonisnya kerja kolaboratif antara Tim NIHR UB dan perangkat desa.
Filsuf Yunani Aristoteles (334 SM – 322 SM) pernah berujar, “The whole is greater than the sum of its parts” (Keseluruhan lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya), yang roh ujaran ini termaktub dalam Aristotle’s Metaphysics Book VIII yang ditulis Aristoteles pada 350 SM dan diterjemahkan oleh W.D. Ross.

Koordinasi pemasangan sensor udara di Dusun Jamuran RT 01 RW 05 dengan didampingi Kaur Umum dan Kamituwo Jamuran


Dikutip dari the Internet Classics Archive, Aristoteles menyoroti pandangan holistik tentang realitas. Ia percaya bahwa hakikat, tujuan, dan fungsi dari berbagai hal muncul hanya ketika komponen-komponennya terhubung secara bermakna. Gagasan ini mendukung teori-teori modern dalam psikologi, biologi, ilmu sistem, dan bahkan kerja sama tim – di mana kerja sama menghasilkan hasil yang tidak dapat dicapai oleh upaya individu.
Jadi, kegiatan ini bukan hanya soal titik koordinat dan alat sensor, tetapi tentang membangun pemahaman, hubungan sosial, dan kepercayaan – fondasi penting dalam setiap riset yang melibatkan komunitas. *** [180525]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo     |     Editor: Budiarto Eko Kusumo

Leave a Comment