Kabut Pagi dan Jejak Koordinasi Pemasangan Sensor Udara di Tlogorejo

“Mawar berwarna merah, bunga violet berwarna biru, hari-hari dengan rambut yang buruk tidak apa-apa, tetapi hari-hari dengan udara yang buruk akan merusakmu.” — Abhijit Naskar

Pagi itu, Rabu (14/05), kabut menggantung di langit Sekretariat SMARThealth Kepanjen, mengambang tipis seperti kemul yang menyelimuti. Suasana dingin yang masih menggelayuti, seakan pecah ketika dering pesan WhatsApp (WA) pagi.
Pukul 05.35 WIB, dua pesan singkat ponsel masuk nyaris bersamaan. Dari ujung lain Desa Tlogorejo, Bidan Anik dari Pustu Tlogorejo dan Ketua TP PKK, Sulis Nurhayati – yang akrab disapa Lis Eko Wahyudi – mengabarkan bahwa Kepala Sekolah SD Negeri (SDN) 3 Tlogorejo siap menerima kunjungan koordinasi pemasangan sensor udara AirGradient antara pukul 07.30 hingga 09.00 WIB.

Kabut Pagi dan Jejak Koordinasi Pemasangan Sensor Udara di Tlogorejo
Pagi berlabuh dari Dermaga Rajut Indah, Kecopokan, menuju Dermaga Dadapan Desa Tlogorejo yang sedikit masih berkabut


Tak lama berselang, pukul 06.41, suara Ketua TP PKK Tlogorejo terdengar lewat telepon. “Kepala Sekolah menunggu di sekolah dari pukul 07.30 hingga 09.00 WIB. Setelah itu akan ada pertemuan,” ujarnya singkat tapi penuh makna.
Tak ingin membuat yang menunggu menanti lebih lama, Fasilitator NIHR (National Institute for Health and Care Research) Universitas Brawijaya (UB) segera mandi dan meluncur dari Sekretariat SMARThealth. Rute perjalanan yang ditempuh Fasilitator NIHR UB lewat Ngebruk, menyeberang menggunakan perahu dari Dermaga Rajut Indah, Kecopokan, Desa Senggreng, Kecamatan Sumberpucung. Motor Fasilitator NIHR, Honda Revo hitam, ikut dinaikkan ke atas perahu pukul 07.57 WIB. Sinar mentari pagi di atas air Waduk Karangkates, perlahan menyeka kabut dan menghangatkan penumpang.
Tepat pukul 08.10 WIB, perahu merapat di Dermaga Dadapan, Desa Tlogorejo, Kecamatan Pagak. Di sana, Ketua TP PKK pas sampai juga di Dermaga Dadapan. Kami langsung menuju SDN 3 Tlogorejo yang terletak di Dusun Druju RT 27 RW 07, sebuah area yang unik dengan bangunan-bangunan bergaya Bali – termasuk sebuah pura yang berdiri anggun di antara rumah-rumah warga.

Kepala Sekolah dan seorang guru menerima dengan ramah kedatangan Fasilitator NIHR UB dan Ketua TP PKK Desa Tlogorejo


Kepala Sekolah dan para guru menerima maksud kedatangan kami dengan hangat. Saya menjelaskan bahwa kedatangan ini untuk koordinasi pemasangan sensor udara dalam rangka penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC). Sensor ini penting untuk memantau kualitas udara, sebagai bagian dari komitmen terhadap kesehatan lingkungan dan masyarakat.
Usai dari SDN 3 Tlogorejo, kami menyusuri jalan kecil yang berada di tepian Waduk Karangkates menuju titik koordinat kedua: Warung Sahabat Nasi Tiwul Ikan Nila milik Pak Suyadi. Di gazebo kecil yang menghadap langsung ke air, saya kembali memaparkan tujuan serupa. Pemilik warung menyambut dengan antusias, menyetujui lokasi warungnya sebagai tempat pemasangan sensor kualitas udara.
Perjalanan berlanjut ke Balai Desa Tlogorejo. Di sana, kami bertemu dengan Sekretaris Desa – masih muda, cantik, dan ramah. Balai Desa menjadi titik koordinat ketiga yang disetujui untuk pemasangan alat.

Koordinasi pemasangan sensor udara di atas gazebo milik Warung Sahabat Nasi Tiwul Ikan Nila di Dermaga Dadapan, Desa Tlogorejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang


Tanpa menyiakan waktu berpacu dengan rencana pertemuan bersama kamituwo di Desa Pagak, kami berlanjut ke rumah M. Junaedi di Dusun Judeg RT 05 RW 02, tepat berada di timur Masjid Al Mubarok. Ia pun bersedia rumahnya digunakan sebagai lokasi sensor.
Sementara titik koordinat kelima, yang awalnya direncanakan di Odic Silver, akhirnya dipindah ke rumah Ketua TP PKK karena lokasi awal secara administratif sudah masuk wilayah Kecamatan Kalipare. Secara peta, rumah Ketua TP PKK Tlogorejo menjadi titik terdekat dan representatif karena berbatasan langsung dengan desa tersebut.
Setelah semua titik disepakati dan koordinasi rampung, Fasilitator NIHR UB kembali menyalakan Honda Revo dan melaju menuju Balai Desa Pagak, untuk bergabung dengan Tim Koordinasi Sensor Udara NIHR lainnya – Fildzah Cindra Yunita, S.Kep., MPH dan Meutia Fildzah Sharfira, SKM, MPH – yang sudah lebih dulu tiba.

Berkoordinasi dengan Sekretaris Desa Tlogorejo terkait pemasangan sensor udara di titik koordinat Balai Desa


Kabut pagi mungkin telah sirna, tapi semangat kolaboratif yang menggantung sejak fajar tetap terasa hangat – membuktikan bahwa dari desa kecil yang berbatas waduk dan pegunungan, langkah-langkah besar untuk kesehatan lingkungan bisa dimulai.
Udara adalah cerminan peradaban; ketika ia bersih, manusia pun bernapas lega. Abhijit Naskar – seorang ahli saraf yang terkenal, penulis terkenal yang telah menulis lebih dari 100 buku, penyair yang dicintai di seluruh dunia yang telah menulis lebih dari 2000 soneta, dan seorang pendukung kesehatan mental dan harmoni global yang tak kenal lelah dari India – pernah berujar, “Roses are red, violets are blue, bad hair days are okay, but bad air days will screw you” (Mawar berwarna merah, bunga violet berwarna biru, hari-hari dengan rambut yang buruk tidak apa-apa, tetapi hari-hari dengan udara yang buruk akan merusakmu).
Kutipan (quote) yang cerdas namun menyentuh dari Abhijit Naskar, dengan menggunakan rima yang jenaka untuk menyampaikan pesan yang serius. Naskar dengan cerdik membandingkan hal-hal sepele dengan hal-hal yang penting, mengingatkan kita bahwa meskipun kita mungkin terobsesi dengan penampilan, ancaman yang tidak terlihat – seperti udara yang tercemar – dapat memiliki dampak yang bertahan lama pada kesejahteraan kita. *** [150525]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo     |     Editor: Budiarto Eko Kusumo

1 thought on “Kabut Pagi dan Jejak Koordinasi Pemasangan Sensor Udara di Tlogorejo”

Leave a Reply to Liz wahyudi Cancel reply