Dalam dunia penelitian, keakuratan dan efisiensi pengumpulan data menjadi faktor esensial yang menentukan validitas hasil kajian. Menjawab tantangan ini, sebuah aplikasi input data inovatif bernama SMARThealth NIHR tengah menjalani uji coba guna memastikan fungsionalitas dan keandalannya sebelum diterapkan secara luas.
Pagi yang cerah di hari Jumat (21/02), kader kesehatan dari Kelurahan Kepanjen berkesempatan melakukan uji coba aplikasi SMARThealth NIHR yang diadakan di Balai RW 01 yang beralamatkan di Jalan Wahidin Sudiro Husodo, Banurejo RT 05 RW 01 Kelurahan Kepanjen, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang.
Uji coba ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi kendala teknis, mengoptimalkan user experience, serta memastikan bahwa aplikasi mampu mempercepat dan menyederhanakan proses pencatatan data. Dengan semakin kompleksnya kebutuhan penelitian di berbagai bidang, penggunaan teknologi untuk mengelola data secara real-time menjadi kebutuhan mendesak.

Dalam pelaksanaan uji coba atau pilot test yang diinisiasi oleh Theme 1: Primary Healthcare Strengthening dalam penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) Universitas Brawijaya (UB) melibatkan banyak orang.
Uji coba ini dihadiri oleh para peneliti NIHR, Lurah Kepanjen Bobby Setya Abdi, S.STP, M.M., bidan Mamik Makrifatin, S.ST dan perawat Nurul Masfiyah, A.Md.Kep dari Ponkesdes Panji Husada serta personil Direktorat Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DRPM) UB, yang turut menyaksikan langsung proses penggunaan aplikasi oleh para kader, yang terdiri dari Agustin Shintowati, Kristin Mariana, Ninik Kartini, Rusmini, Sumarmi Warto Dewo, dan dibantu kader Indri Astutik dalam menyambut partisipan.
Adapun Tim Peneliti yang hadir, terlihat Prof. Dr. dr. Sri Andarini, M.Kes., Sp.KKLP, Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D, dr. Devita Rahmani Putri, M.Sc, dr. Harun Al Rasyid, MPH, Sabriansyah Rizqika Akbar, S.T., M.Eng., Ph.D, Ismiarta Aknuranda, S.T., M.Sc., Ph.D, Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked.Trop., Meutia Fildzah Sharfina, SKM, MPH, Hilda Irawati, S.Stat, Septa Katmawanti, S.Gz., M.Kes, Dwi Sari Puspaningtyas, MSPH, Fildzah Cindra Yunita, S.Kep., MPH, dan saya berusaha memfasilitasi pelaksanaan uji coba ini.

Sedangkan dari DRPM, tampak Prof. Dr.Sc. Asep Awaludin Prihanto S.Pi., MP., Widodo Basuki, S.Pi, Sugeng Akbari, Slamet Hasan, dan Budi Setiawan.
Sementara itu, uji coba ini juga dihadiri oleh 2 orang tamu dari India, yaitu Sridevi Gara (DevOps Enginer) dan Dr. Tripura Batchu (Physician & Public Health Professional), yang ingin menyaksikan secara langsung jalannya uji coba aplikasi. Keduannya berasal dari The George Institute for Global Health.
Sebanyak 15 pasien hadir dan berpartisipasi dalam simulasi uji coba aplikasi SMARThealth NIHR di Balai RW 01, sementara seorang pasien lainnya dikunjungi kader dalam rangka home visit untuk menguji fleksibilitas aplikasi dalam berbagai kondisi pelayanan.

Dalam setiap uji coba tersebut, kader akan mewawancarai satu per satu pasiennya. Ada 5 meja yang diisi oleh kader untuk melakukan wawancara dengan aplikasi tersebut, dan setiap meja terdapat seorang fasilitator yang berasal dari Tim Peneliti NIHR-GHRC NCDs & EC untuk mendampingi, memantau, dan mencatat temuan hasil proses uji coba tersebut. Jadi, 5 meja itu terdapat 5 kader, 5 pasien dan 5 fasilitator sekali uji coba aplikasi.
SMARThealth sendiri sebenarnya merupakan singkatan dari Systematic Medical Appraisal, Referral and Treatment for common health conditions (Penilaian Medis Sistematis, Rujukan dan Perawatan untuk kondisi kesehatan umum).
Sehingga, SMARThealth itu adalah sistem pendukung keputusan klinis (clinical decision support system) berbasis perangkat seluler yang awalnya dikembangkan oleh The George Institute for Global Health yang memungkinkan petugas kesehatan masyarakat untuk menilai risiko CVD (Cardiovascular Disease), dan sekarang ditambahi COPD (Chronic Obstructive Pulmonory Disease), dengan menggunakan peralatan dasar dan merujuk mereka yang berisiko tinggi ke perawat atau dokter untuk konsultasi lebih lanjut.

Jadi, dalam implementasi uji coba itu, tidak hanya melakukan skrining kesehatan terhadap warga atau pasien namun juga sekaligus menguji validitas dari algoritma dalam aplikasinya. Dengan algoritma itu, aplikasi SMARThealth menjadi unik dan berbeda dengan aplikasi lainnya.
Keunggulan aplikasi SMARThealth ini di antaranya memiliki speedometer yang menjadi indikator apakah orang itu berisiko rendah, sedang atau tinggi. Dengan aplikasi berbasis smartphone Android versi 13, kader mampu melakukan deteksi dini tentang faktor risiko penyakit tidak menular (PTM), khususnya yang menyangkut penyakit kardiovaskular maupun penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Setelah kader merampungkan uji coba aplikasi terhadap 15 partisipan, bakda Jumatan dilanjutkan dengan melakukan home visit. Formasinya tetap sama, yaitu ada peneliti, fasilitator, kader, pasien, dan 2 orang dari India.

Mereka melakukan home visit yang tak jauh dari Balai RW 01. Jaraknya sekitar 50 meter, tepatnya di rumah Ketua RW 01 Kepanjen yang menjadi responden. Rombongan diterima dengan baik oleh pasien untuk melakukan uji coba aplikasi tersebut.
Secara umum, uji coba aplikasi fase pertama yang selesai pada pukul 13.30 WIB ini berjalan lancar. Namun demikian, dari pantauan para fasilitator (dr. Harun, Dwi Sari, Fildzah CY, Serius Mili, Meutia), masih ditemui sejumlah permasalahan.
Di antaranya 1). Tablet terasa kebesaran saat melakukan input data. Keyboard harus diturunkan karena menghalangi; 2). Bahasanya masih ada yang sulit untuk dipahami oleh kader dalam menjelaskan kepada pasien; 3). Masih ada tombol yang kurang responsif. Begitu ditekan, responnya cukup lama; dan 4). Input datanya belum mengenal tanda koma maupun titik. Ini berpengaruh dalam melakukan input data hasil pengukuran tinggi dan berat badan. Sehingga, harus dibulatkan ke atas atau ke bawah. *** [230225]
Oleh: Budiarto Eko Kusumo | Editor: Budiarto Eko Kusumo