Setelah menyelesaikan serangkaian pertemuan dengan Kepala Puskesmas Gondanglegi beserta dokter dan PJ Promkes pada Senin (14/07), Fasilitator NIHR (National Institute for Health and Care Research) Universitas Brawijaya (UB) langsung melanjutkan perjalanan menuju Bululawang, Kabupaten Malang. Di sana, ia menyerahkan surat tembusan izin penelitian ke Forkopimcam dan Puskesmas Bululawang.
Pulang dari urusan administrasi, Fasilitator NIHR UB menyempatkan diri menyambangi basecamp Tim Enumerator yang bertugas di Kecamatan Bululawang. Kunjungan pertama mengarah ke Tim Enumerator Household (HH) Listing Krebet, tapi sebelumnya singgah sejenak di Kantor Desa Krebet Senggrong. Baru setelah itu, Fasilitator NIHR UB tiba di basecamp tim yang berlokasi di Jalan Tanjungsari, Dusun Krajan, Desa Kuwolu.
Sebenarnya, ini bukan kali pertama Fasilitator NIHR UB mendatangi basecamp tersebut. Sebelumnya, kunjungan sempat tidak berjumpa dengan para enumerator karena mereka masih bertugas di lapangan. Kali ini, akhirnya pertemuan itu terwujud.

Tim Krebet: Tujuh Srikandi Pengumpul Data
Tim Enumerator Krebet terdiri dari tujuh orang srikandi yang bertugas mengumpulkan data HH Listing untuk penelitian NIHR Global Health Reserch Centre for Non-Communicable Disease and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC). Mereka adalah Anis Khurniawati, Dewi Ferawati Kurnia Maysari, Ratna Indah Badi’ah, Rizky Amelia Syarif, Sarah Tetara, Sutu Nur Rohma, dan Zalva Hanny Fauzia.
Di tengah obrolan santai, Fasilitator NIHR UB menanyakan pola kerja, tantangan, dan pengalaman menarik selama menjalankan tugas.
Pola Kerja: Sistematis tapi Fleksibel
Tim Krebet mengadopsi pola kerja per RW. Mereka memulai turun lapangan pada Senin (16/06) dengan mengumpulkan data di Dusun Krajan RW 01 dan 02. Namun, pada Sabtu (21/06), proses terhambat karena adanya maintenance aplikasi yang berlangsung hingga Senin siang.
Begitu aplikasi kembali normal, mereka segera melanjutkan pekerjaan di RW 07 (Bulupayung), RW 05 (Krajan), RW 04 (Krajan), RW 06 (Blambangan), dan RW 03 (Krajan).

Duka di Lapangan: Tantangan Data yang Tidak Lengkap
Tidak semua proses berjalan mulus. Salah satu tantangan terbesar adalah ketika warga enggan menunjukkan Kartu Keluarga (KK). “Ada satu RT yang kurang berkenan dalam hal memperlihatkan KK, meski mereka bersedia diwawancara,” cerita salah satu enumerator. Akhirnya, tim harus menginput data dengan kode 99 – sebagai penanda missing data.
Masalah lain muncul ketika KK dibawa anggota keluarga yang tinggal di tempat berbeda, atau bahkan ketika sebuah RT sudah tidak berpenghuni. “Di RT 04, warganya sudah tidak ada karena digabung dengan RT lain. Sementara di RW 01, seharusnya ada 4 RT, tapi nyatanya hanya 3,” jelas mereka.
Yang lebih unik lagi, di RT 08—tepatnya di belakang PG Krebet—tercatat 40 KK, padahal hanya 20 KK yang benar-benar aktif. Separuhnya sudah pindah rumah tetapi masih memegang KK di situ.
Meski begitu, progres mereka cukup dinamis. Dari total target sekitar 2.200 KK di Desa Krebet, Tim Krebet telah berhasil mewawancarai sekitar 1.200 KK.

Sukanya: Kekompakan dan Dukungan Tim
Di balik tantangan, ada kebahagiaan sederhana yang mereka rasakan. “Kami sangat kompak,” ujar salah satu enumerator dengan semangat. Selain itu, mereka juga bersyukur karena basecamp yang disediakan nyaman. “Basecamp dicarikan yang bagus,” seloroh enumerator berkacamata.
Belajar dari Setiap Cerita
Seperti kata Steve Cosson, seorang penulis dan sutradara Amerika, “The interviewer always learns something new from the interviewee. It opens up your mind to new ideas and the vast multiplicity of human experience” (Pewawancara selalu belajar hal baru dari orang yang diwawancarai. Hal ini membuka pikiran Anda terhadap ide-ide baru dan keragaman pengalaman manusia yang luas).
Pernyataan itu sangat terasa dalam perjalanan Tim Enumerator Krebet. Setiap rumah yang mereka kunjungi, setiap data yang mereka kumpulkan, bukan sekadar angka – melainkan cerita, dinamika, dan kehidupan nyata masyarakat.
Di balik itu semua, ada dedikasi para enumerator yang tak kenal lelah. Mereka adalah ujung tombak yang memastikan data akurat terkumpul, demi agenda berikutnya berupa skrining penyakit tidak menular (PTM). *** [150725]
Oleh: Budiarto Eko Kusumo | Editor: Budiarto Eko Kusumo