Kata orang, angka 13 adalah angka sial. Namun tidak bagi Tim Peneliti NIHR (National Institute for Health and Care Research) Universitas Brawijaya (UB). Justru angka ini menjadi simbol keberhasilan. Sebanyak 13 unit sensor kualitas udara AirGradient Model O-1PST berhasil dipasang di 13 titik strategis di Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, tanpa kendala berarti.
AirGradient Model O-1PST adalah pemantau kualitas udara luar ruangan yang memungkinkan Anda mengetahui apakah kualitas udara sehat atau tidak. Alat ini mengukur PM2.5, CO2, TVOC, NOX, Suhu, dan Kelembaban. Ia dapat memantau perubahan iklim.

Proses pemasangan yang berlangsung dalam tiga hari ini – Rabu (16/04 hingga Jumat (18/04) – menandai langkah awal penting dalam pemantauan kualitas udara berbasis komunitas di wilayah pedesaan.
Ketigabelas titik tersebut tersebar ke dalam tiga dusun yang ada di Desa Sumberejo, yang meliputi Dusun Bandarangin (6 titik), Dusun Bendo (2 titik), dan Dusun Bekur (5 titik). Pemasangan dimulai dari koordinat Balai Desa Sumberejo kemudian dilanjutkan di Dusun Bandarangin pada hari pertama, yaitu Rabu (16/04).
Lalu pada hari kedua, Kamis (17/04), teknisi PT Nafas Aplikasi Indonesia (Nafas) Syaiful Umar yang dihire (hired) oleh Tim Peneliti NIHR UB melanjutkan pemasangan di Dusun Bendo, dan diteruskan ke Dusun Bekur.

Pada hari kedua ini, menjelang Dhuhur, Tim Peneliti NIHR yang sedang di lapangan bersama teknisi Nafas mendapat kunjungan dari Research Manager NIHR UB Sujarwoto, S.IP., M.Si., MPA, Ph.D. Pada saat itu, lelah menjadi sumringah!
Sementara itu, pada hari ketiga, teknisi Nafas yang didampingi oleh Tim Peneliti NIHR UB – Serius Miliyani Dwi Putri, SKM, M.Ked.Trop. dan saya – meneruskan kekurangan titik lantaran tidak bertemu dengan orang pemilik rumah yang terpantau dalam titik koordinat.
Hari ketiga tinggal menyelesaikan di tiga titik, yakni 1 titik di Dusun Bekur dan 2 titik di Dusun Bandarangin. Sehingga, selesainya tidak terlalu malam seperti pada dua hari sebelumnya, dan bisa pulang sambil menikmati mentari di sore hari.

Diakui, keberhasilan pemasangan AirGradient Model O-1PST bisa berjalan lancar lantaran adanya upaya komunikasi yang dilakukan oleh Tim Peneliti NIHR dengan perangkat Desa Sumberejo (Kepala Desa, Sekretaris Desa, dan staf lainnya), dan sekaligus bersinergi dengan kamituwo dari ketiga dusun tersebut – Gondi (Kamituwo Bandarangin), H. Badrus (Kamituwo Bendo), Talib (Kamituwo Bekur) – dalam pelaksanaan pemasangannya.
Tanpa kehadiran dan pendampingannya, Tim Peneliti NIHR UB mungkin akan menemui jalan terjal dalam meyakinkan warga untuk mengizinkan pemasangan alat di titik-titik koordinat yang telah ditentukan secara ilmiah.
Kamituwo bukan hanya penerjemah bahasa teknis ke bahasa sehari-hari, tapi juga penjembatan kepercayaan antara ilmu pengetahuan dan kearifan lokal. Di tengah kekhawatiran warga soal dampak, kebermanfaatan, hingga posisi alat yang dianggap “asing”, Kamituwo hadir dengan pendekatan yang membumi – membuka pintu-pintu rumah maupun sekolah, dan lebih penting lagi, membuka hati.

Sensor-sensor tersebut akan memantau dan mengawasi kondisi udara sekitar – mengumpulkan data secara real-time untuk mendukung riset dan sekaligus meningkatkan kesadaran lingkungan warga desa.
Kini, alat-alat sensor itu tak hanya menjadi bagian dari lanskap baru Desa Sumberejo, tapi juga simbol kolaborasi yang harmonis antara Perguruan Tinggi (PT) dengan Pemerintah dan masyarakat Desa Sumberejo.
Apa yang terlihat sederhana – pemasangan alat di sebuat titik koordinat – sejatinya adalah hasil dari jalinan komunikasi, kepercayaan, dan pendampingan yang tak bisa digantikan oleh data atau teknologi semata. *** [220425]