Sehari sebelumnya, Tim Peneliti NIHR Universitas Brawijaya (UB) telah melakukan pilot test (uji coba) aplikasi Household Listing (HH Listing) antar personil Tim Peneliti NIHR di Ruang Kelas 2 Lantai 6 Gedung A FKUB.
Lalu pada dua hari berikutnya – Kamis (10/04) dan Jumat (11/04) – Tim Peneliti NIHR UB kembali melaksanakan piloting aplikasi HH Listing di lapangan dengan responden secara riil di Kelurahan Kepanjen, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang.

HH Listing (pendataan rumah tangga) sangat penting dalam survey rumah tangga karena menyediakan dasar untuk membuat kerangka sampel, yang penting untuk mengambil sampel representatif dan melakukan data yang akurat.
Pendataan tersebut juga mencakup identifikasi semua rumah tangga dalam setiap unit hunian dan pencatatan anggota setiap rumah tangga. Tujuan pendataan biasanya adalah untuk mendapatkan daftar rumah tangga yang akurat untuk pengambilan sampel.
Dengan demikian, alat pendataan harus dibatasi pada informasi yang mendukung proses penelitian dalam NIHR Global Health Research Centre for Non Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC).

Aplikasi HH Listing ini tidak banyak dan tidak rumit. Terdiri dari pertanyaan yang ditujukan untuk kepala rumah tangga, kemudian mengisi formulir persetujuan, dan diteruskan dengan perilaku pengelolaan sampah, tambah anggota keluarga, dan ringkasan rumah tangga. Dari semua deretan pertanyaan yang termaktub dalam HH Listing terdapat dua pertanyaan yang khas pada bagian perilaku pengelolaan sampah, yaitu frekuensi membakar sampah dan plastik serta penanganan sampah plastik.
Pertanyaannya terlihat remeh: 1). Apakah dalam seminggu terakhir rumah tangga ini pernah membakar sampah? dan 2). Bagaimana rumah tangga ini menangani sampah plastik?
Akan tetapi, sesungguhnya dua pertanyaan tersebut memegang kunci nantinya dalam pembuktian terhadap kesehatan masyarakat, khususnya yang menyangkut penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), atau yang dalam bahasa Inggrisnya dikenal dengan COPD (chronic obstructive pulmonary disease).

Selain mengenali pertanyaannya, uji coba di lapangan dengan responden (atau yang disebut tahap eksternal) fokus pada pengalaman pengguna dan deteksi masalah dalam lingkungan pengguna yang sebenarnya. Karena piloting eksternal yang dilakukan di lingkungan yang lebih beragam dan realistis (responden di lapangan).
Sehingga, uji coba (pilot test) di lapangan dengan responden dimaksudkan untuk mendapatkan umpan balik dari pengguna, memahami pengalaman mereka, dan mengidentifikasi masalah yang mungkin timbul dalam penggunaan nyata, serta memastikan aplikasi yang dicoba tersebut mudah digunakan (user friendly), memenuhi kebutuhan pengguna, dan memberikan pengalaman yang positif.
Tak hanya itu, dalam implementasi piloting HH Listing di lapangan ini, Tim Peneliti NIHR UB juga berkolaborasi dengan kader kesehatan Kelurahan Kepanjen. Dalam proses pelaksanaan piloting HH Listing, peran kader kesehatan terbukti menjadi kunci keberhasilan.

Kehadiran mereka bukan hanya mempermudah proses identifikasi rumah tangga, namun juga menjembatani komunikasi antara Tim Peneliti NIHR dan masyarakat setempat. Mengingat wilayah uji coba bukan merupakan area kerja tetap Tim Peneliti NIHR, keberadaan kader kesehatan yang memahami dinamika dan seluk-beluk lingkungan lokal menjadi penting.
Tanpa bantuan kader kesehatan yang terdiri dari Agustin Shintowati, Kristin Mariana, Sunarmi Warto Dewo, Rusmini, dan Ninik Kartini – pencarian anggota rumah tangga bisa menjadi tantangan tersendiri.
Mulai dari mengenali kepala keluarga, mengakses informasi warga yang tidak menetap, hingga menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan kepada masyarakat – semua itu menjadi jauh lebih lancar dengan keterlibatan kader kesehatan. Mereka bukan hanya mengenal warga satu per satu, tapi juga dipercaya oleh masyarakat, sehingga proses pendataan berjalan lebih cepat, akurat, dan diterima.

Tak dipungkiri, dalam berkeliling Kelurahan Kepanjen untuk melakukan HH Listing dengan dibantu aplikasi tersebut, Tim Peneliti NIHR UB menjumpai sejumlah permasalahan di lapangan. Permasalahan tersebut, di antaranya dalam kasus beberapa rumah tangga masih ada yang sulit untuk menjumpai kepala keluarga karena sedang bekerja; pertanyaan untuk kepala keluarga tidak muncul karena tidak mempunyai telepon genggam; nama yang menggunakan tanda koma di atas, tidak bisa diinput; algoritma pada ringkasan masih mengacau seperti jumlah total anggota keluarga yang berpenghasilan 2 padahal cuma 1; dan pertanyaan polusi udara tidak muncul kalau umur responden di bawah 40 tahun.
Temuan di lapangan ini menjadi diskusi dengan Koordinator Theme 1: Primary Healthcare Strengthening dr. Asri Maharani, MMRS, Ph.D melalui Zoom pada Sabtu (12/04) untuk dibahas, dan sekaligus juga untuk disampaikan kepada programmer aplikasi tersebut. *** [200425]