Pemasangan PurpleAir PA – II Air Quality Sensor Di Desa Karangduren

Air Pollution SMARThealth

Tim Peneliti Universitas Brawijaya (UB) yang berkecimpung dalam SMARThealth terus mengembangkan penelitiannya, mulai dari SMARThealth Extend, System-level interventions to improve the availability, accessibility and quality use of essential medicines for cardiovascular disease prevention in Indonesia (SIMPLI), Scale-up of primary care intervention for cardiovascular risk management in Malang, Indonesia, SMARThealth COVID-19: an innovative multifaceted mobile technology for community mitigation management of COVID-19 pandemic in rural Indonesia, Deteksi Polimorfisme Pasien Hipertensi sebagai Pendekatan Personalisasi Terapi, dan NIHR-Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC).
Tujuannya adalah untuk mendapatkan data yang komprehensif menyangkut faktor risiko maupun karakteristik penyakit tidak menular (PTM). Penelitian yang bermula dari skrining faktor risiko PTM, studi kualitas obat, studi DCE (Discrete Choice Experiment), replikasi SMARThealth, dan kini menyangkut polusi udara.

Pemasangan PurpleAir PA – II Air Quality Sensor Di Desa Karangduren
Dengan terampil dan cekatan, mahasiswa ganteng FISIKA UB itu memasang PurpleAir PA – II Air Quality Sensor


Dikutip dari laman World Health Organization (WHO), polusi udara merupakan penyebab kematian kedua akibat penyakit tidak menular (PTM), setelah tembakau. PTM yang terkait dengan polusi udara meliputi penyakit jantung, stroke, kanker paru-paru, dan penyakit paru obstruktif kronik. Partikel padat (Particulate matter/PM) merupakan polutan yang paling mengkhawatirkan.
PBB mengakui polusi udara dalam dan luar ruangan sebagai faktor risiko PTM. Mengurangi polusi udara dapat berdampak signifikan dalam mengurangi beban PTM dan menghasilkan berbagai manfaat kesehatan.
Dalam upaya untuk memahami lebih dalam dampak polusi udara terhadap kesehatan manusia, penelitian terbaru mengusulkan penggunaan alat sensor kualitas udara berbiaya murah sebagai solusi yang efisien.
Hari ini, Kamis (06/02), Tim Peneliti UB berusaha melakukan pemasangan PurpleAir di Desa Karangduren, yang termasuk salah satu desa intervensi SMARThealth. Tiga PurpleAir telah dipasang di Dusun Pidek, Golek, dan Karangdureng yang masuk dalam wilayah administratif Desa Karangduren, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang.

Pembacaan klausul kerja sama pemasangan dengan pemilik rumah, dan penandatanganan kerja sama


Yahya Efendi dan Azarine Aisyah Widhowati dari Fisika UB yang didampingi oleh admin NIHR Hilda Irawati, S.Stat., dan supervisor SMARThealth, sedari pagi hingga siang telah memasang PurpleAir di tiga titik. Sedianya akan memasang 5 buah, namun kebetulan kabelnya habis di pemasangan ketiga sehingga yang 2 lagi akan dipasang usai acara Workshop Kreasi Bersama yang berjudul “Membangun Strategi Lintas Sektoral Pengelolaan Sampah Plastik dan Peningkatan Kesehatan Masyarakat” di Kota Batu (7 – 9 Februari 2025).
PurpleAir PA – II Air Quality Sensor adalah monitor kualitas udara yang menggunakan dua laser untuk mengukur PM1, PM2.5, dan PM10 secara real-time. Sensor ini juga mengukur kelembaban relatif dan suhu yang ada di lingkungan sekitar.
Alat sensor ini dapat mendeteksi konsentrasi partikel padat (PM), salah satu polutan udara yang paling mengkhawatirkan, dengan presisi yang cukup tinggi. Partikel padat ini dapat masuk ke dalam sistem pernapasan dan darah, berpotensi menyebabkan berbagai gangguan kesehatan jangka panjang. Dengan harga yang terjangkau, alat sensor kualitas udara ini memberikan kesempatan untuk melaksanakan pemantauan kualitas udara secara lebih luas, bahkan di daerah-daerah yang sebelumnya sulit diakses.

Penyiapan perkakas dan pendukung pemasangan PurpleAir di lokasi ketiga di Desa Karangduren


Teknologi sensor ini memiliki potensi untuk digunakan dalam berbagai skala penelitian. Dalam konteks penelitian PTM, alat ini memungkinkan peneliti untuk mengumpulkan data kualitas udara yang akurat dan real-time, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi pola-pola paparan udara yang berhubungan dengan peningkatan prevalensi penyakit-penyakit tersebut. Pemasangan alat sensor ini secara masif di berbagai kota atau bahkan desa dapat menjadi langkah awal dalam memetakan potensi risiko kesehatan bagi masyarakat.
Selain itu, keberadaan alat sensor kualitas udara berbiaya murah ini memberikan manfaat jangka panjang bagi kebijakan kesehatan masyarakat. Dengan data yang valid dan luas, pemerintah dan organisasi kesehatan dapat merancang intervensi yang lebih tepat sasaran untuk mengurangi dampak polusi udara terhadap kesehatan, baik melalui regulasi emisi udara, program edukasi, hingga perbaikan infrastruktur kota yang lebih ramah lingkungan.
Dengan melihat manfaatnya yang besar, alat sensor kualitas udara ini bukan hanya alat untuk penelitian, tetapi juga investasi untuk masa depan yang lebih sehat, di mana PTM yang terkait polusi udara dapat dikendalikan dengan lebih efektif. *** [060225]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo     |     Editor: Budiarto Eko Kusumo

This research was funded by the NIHR (Global Health Research Centre for Non-communicable Diseases and Environmental Change) using UK international development funding from the UK Government to support global health research. The views expressed in this publication are those of the author(s) and not necessarily those of the NIHR or the UK government.

Leave a Comment