“Locus nemoralis pulcher visus est.”
Tersembunyi di balik kabut pagi yang menyejukkan, Gunung Geger menjulang dengan pesonanya yang dikelilingi hutan. Gunung Geger merupakan bukit yang berada di Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, dengan ketinggian puncaknya 514 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Letak Gunung Geger ini membelah Desa Sumberejo. Dua dusun yang berada di sebelah utaranya adalah Dusun Bendo dan Dusun Bekur, sedangkan dusun yang berada di selatan atau barat dayanya adalah Bandarangin.
Gunung Geger, kalau menurut warga yang tinggal di Dusun Bekur, Desa Sumberejo yang umumnya Pandalungan dikenal dengan sebutan “Ghunong Gheggher” yang berasal dari bahasa Madura. Keturunan Madura yang mendiami daerah Tapal Kuda di Jawa Timur, termasuk di Kabupaten Malang, sering disebut sebagai Suku Madura Pandalungan atau Pandalungan, yang merupakan hasil percampuran budaya Madura dan Jawa.
Tidak ada catatan sejarah yang pasti mengenai asal mula nama Gunung Geger. Karena literatur Belanda, baik dari catatan maupun peta pada masa Hindia Belanda tidak ada. Kawasan ini dulunya oleh orang Belanda dikenal dengan “Ravijn bij Kepandjen ten zuiden van Malang” (jurang dekat Kepanjen selatan Malang).

Jalan berkelok-kelok yang membelah kawasan Gunung Geger itu dulunya dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda melalui kerja paksa (rodi) penduduk setempat. Jalan ini berfungsi sebagai penghubung penting antara wilayah Kepanjen dan Pagak, yang memudahkan transportasi dan perdagangan selama masa kolonial.
Pada abad ke-19, pembangunan jalan di pedalaman Jawa merupakan tantangan besar karena medannya yang terjal, terutama di daerah pegunungan seperti di sekitar Pagak tersebut. Periode Sistem Tanam Paksa (1830-1870) menciptakan peningkatan kebutuhan akan infrastruktur untuk memfasilitasi ekspor hasil pertanian.
Nama Gunung Geger diperkirakan mulai muncul setelah lepas kemerdekaan. Menurut Sekretaris Desa (Sekdes) Sumberejo Muhammad Lutfi, cerita Gunung Geger berawal dari adanya gégéran di dekat puncak yang banyak batunya.
Dalam bahasa Jawa, gégéran itu berarti padudon, cêcongkrahan, tukaran atau ribut/keributan. Diperkirakan pada masa clash atau Agresi Belanda dulu, tikungan tertinggi kawasan tersebut menjadi daerah bentrok antara pejuang Indonesia dengan pasukan Belanda yang ingin menguasai Indonesia lagi. Dari situlah, bukit itu dikenal oleh masyarakat setempat sebagai Gunung Geger.

Gunung Geger menawarkan sebuah keindahan alam. Di kanan jalan, tampak kokoh Gunung Geger yang menjulang tinggi, sementara di kiri jurang yang curam menyimpan daya tarik tersendiri, mengingatkan kita pada kedalaman alam yang tak terjamah.
Saat tiba di Desa Sumberejo, pesona hutan yang lebat menyambut setiap langkah. Pepohonan tinggi menjulang, seakan menutupi langit, sementara udara segar yang dipenuhi dengan aroma tanah basah dan daun yang tumbuh subur mengisi paru-paru. Sesekali, kilauan mentari terpantul dari bebatuan gamping (limestone) yang mendominasi Gunung Geger tersebut.
Flora yang ada begitu beragam, mulai dari pohon-pohon besar seperti jati (Tectona grandis), mahoni (Swietenia mahagoni), asam (Tamarindus indica), dan kayu putih (Melaleuca cajuputi), yang memberikan keteduhan hingga tanaman bunga liar yang mewarnai sudut-sudut hutan dengan warna-warni cerah, di antaranya tanaman tembelekan (Lantana camara). Di antara pepohonan ini, suara kicauan burung hutan maupun kinjeng tangis (Magicicada cassini) sesekali memecah keheningan membuat suasana semakin hidup, seolah-olah alam di sini berbicara dengan bahasa yang penuh kedamaian.
Berjalan lebih jauh, Anda akan tiba di kelokan atau tikungan tajam Dusun Bandarangin, sebuah tempat yang sangat cocok untuk menyaksikan keindahan matahari terbit maupun tenggelam. Dari sini, kita bisa melihat bagaimana sinar matahari pagi memancar lembut, menembus celah-celah pepohonan dan memantulkan cahaya ke permukaan tanah, memberi kesan magis yang memukau.

Saat matahari terbenam, langit berubah menjadi kanvas warna-warni, menciptakan pemandangan yang seakan tak pernah ingin dilewatkan. Keindahan ini seakan menjadi hadiah bagi mereka yang bersedia menyusuri jalanan berkelok dan mengarungi hutan yang memesona.
Kawasan Gunung Geger dengan luas 787,4 hektar yang dikelola oleh Perhutani TPK Rejosari – KPH Malang itu menjadi sebuah tempat di mana keindahan alam berpadu sempurna dengan kedamaian hutan. “Locus nemoralis pulcher visus est,” demikian frasa Latin ini melukiskan. Frasa tersebut menunjukkan bahwa “Lokasi hutan itu pemandangannya indah” (The forest location was a beautiful sight).
Ia menggambarkan pengalaman mengagumkan saat pertama kali menginjakkan kaki di sebuah lokasi yang menyuguhkan pemandangan alam yang menawan. Keindahan hutan yang lebat dan asri ini tak hanya menyejukkan mata, tetapi juga memberikan ketenangan bagi jiwa yang “lelah.”
Singkatnya, “nemoralis” (hutan) melambangkan hubungan penting antara bahasa dan alam, yang menekankan pentingnya ruang hutan dalam konteks kuno dan modern. Dalam dunia yang semakin sibuk dan modern, menemukan tempat seperti ini adalah suatu anugerah yang membawa kita kembali kepada harmoni alam yang asli. Salam lestari! *** [260325]