Photovoice 4 Desa Krebet: Sebuah Refleksi

Photovoice adalah metodologi penelitian aksi partisipatif yang digunakan untuk menangkap dan mengkarakterisasikan pengalaman individu melalui penggunaan fotografi dan diskusi. Awalnya dikembangkan oleh Carolina Wang & Mary Ann Burris (1997) dan memberikan “suara” kepada peserta melalui penggunaan pemotretan kejadian dan realitas sehari-hari dan mengomunikasikannya kepada orang lain, yang memberdayakan mereka untuk membuat perubahan (Skoy & Werremeyer, 2020, American journal of pharmaceutical education, 84(4), 7599).
Meskipun photovoice biasanya digunakan di antara populasi yang kurang terwakili, metode ini juga telah digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan sampah, polusi udara dan kesehatan masyarakat.
Seperti yang dilakukan oleh Tim Penelitian NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) Theme 3: People Empowerment and Community, atau yang familiar disebut Tim CEI (Community Engagement and Involvement).

Photovoice 4 Desa Krebet: Sebuah Refleksi
Peserta Photovoice Desa Krebet berpose dengan Kepala Desa Krebet, Fasilitator Photovoice, dan Fasilitator NIHR UB


Salah satu di antaranya adalah Desa Krebet yang berada dalam wilayah kerja Puskesmas Bululawang. Pada hari Sabtu (23/11), 10 orang kader kesehatan Desa Krebet memasuki kegiatan photovoice tahap 4, yakni review storytelling dan refleksi.
Kegiatan photovoice tahap 4 ini diselenggarakan di Rumah Aspirasi yang terletak di Jalan Krebet Timur No. 20 Dusun Krajan RT 20 RW 05 Desa Krebet, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang di pagi hari. Kebetulan cuaca hari itu cerah sehingga aktivitas pun meriah.
Sebelum memasuki ruang pertemuan di lantai 2, peserta photovoice mengajak sarapan terlebih dahulu kepada fasilitator NIHR dan fasilitator Photovoice yang kebetulan datangnya dalam waktu yang hampir bersamaan.

Peserta Photovoice, Ketua TP PKK Desa Krebet, dan Fasilitator Photovoice sarapan bersama dengan rawon ayam


Menu-menu makanan telah disiapkan di lantai 1 tepat di bawah Ruang Aspirasi. Kader kesehatan yang mengurusi bagian konsumsi menyiapkan 2 menu, yaitu rawon ayam dan gado-gado. Rawon ayam untuk sarapan, dan gado-gado untuk disantap di siang hari.
Acara photovoice tahap 4 ini dimulai pada pukul 09.45 WIB. Pembawa acara Rodiyah memulainya dengan ucapan selamat datang, dan memandunya dengan doa bagi kelancaran kegiatan yang digelar pada hari ini.
Selesai doa, acara dilanjutkan dengan sambutan dari Kepala Desa (Kades) Krebet Drs. Nurkholis, M.Si. Pada kesempatan itu, Kades Nurkholis meminta kepada kader kesehatan agar bisa menyerap apa yang telah diajarkan oleh fasilitator NIHR dari Universitas Brawijaya (UB) dan fasilitator Photovoice dari Percik Salatiga, serta menyebarkan pengetahuannnya kepada kader yang lainnya agar memberikan manfaat bagi masyarakat Krebet.

Sambutan Kepala Desa Krebet pada pertemuan Photovoice Tahap 4 di Rumah Aspirasi Desa Krebet, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang


Usai sambutan, acara langsung diteruskan dengan review storytelling yang dilakukan oleh fasilitator NIHR. Review itu dilakukan setelah peserta memperbaiki storytelling yang telah dibahas pada pertemuan photovoice tahap 3.
Review pada pertemuan photovoice tahap 4 ini, selain mengulas teknik penulisan yang telah diajarkan sebelumnya dan juga membahas ide dari storytelling yang telah dibuat oleh peserta. Kemudian juga isu yang dinarasikan dalam storytelling itu apakah sudah sesuai tema dalam photovoice: sampah dan kesehatan masyarakat.
Review ini dilakukan dengan cara setiap peserta mempresentasikan secara singkat, kemudian didiskusikan dalam kelompok dengan menggunakan metode SHOWeD. Menurut Caroline C. Wang (1999) dalam “Photovoice: A Participatory Action Research Strategy Applied to Women’s Health”, metode SHOWeD mencakup 5 pertanyaan yang menjadi singkatan tersebut. Lima pertanyaan tersebut meliputi: What do I See here? (Apa yang Saya Lihat di sini?); What is Happening in this photo? (Apa yang Terjadi dalam foto ini?); How does it impact Our lives? (Bagaimana hal itu mempengaruhi kehidupan kita?); Why is it happening? (Mengapa hal itu terjadi?); dan What can we Do about it? (Apa yang Dapat Kita Lakukan?).

Peserta Photovoice memilih 1 storytelling dari 10 storytelling yang telah dipresentasikan satu per satu dalam secarik kertas dengan diberikan alasan memilih tersebut


Setelah selesai review storytelling, acara berikutnya adala pemilihan 1 dari 10 storytelling. Peserta dengan dipandu fasilitator Photovoice Christina Arief T. Mumpuni, S.H., M.I.K untuk mendiskusikan di antara sesama peserta sendiri untuk memilih 1 storytelling yang akan mewakili Desa Krebet, dan akhirnya terpilih storytelling dengan judul “Sampah Mudah Diproduksi Namun Sulit Diatasi” dari kader kesehatan Erlinawati.
Usai terpilih 1 storytelling, acara selanjutnya memasuki refleksi. Refleksi memainkan peran utama dalam proses bercerita, penciptaan makna, dan pemberdayaan peserta secara keseluruhan. Photovoice adalah metode penelitian partisipatif yang melibatkan peserta mengambil foto untuk menggambarkan pengalaman hidup mereka, lalu merefleksikan gambar-gambar tersebut untuk mengomunikasikan masalah pribadi, sosial, atau komunitas.
Dalam refleksi tersebut, peserta diminta untuk mengutarakannya dalam pertemuan ini. Refleksi tersebut, menurut peserta photovoice adalah membantu individu memahami cerita mereka sendiri dan mengekspresikannya dengan lebih jelas, dan menjadikan proses tersebut sebagai bentuk penemuan pribadi dan emosional,dan sekaligus menemukan pengalaman bersama dan membangun solidaritas dengan orang lain dalam kelompok.

Kader Kesehatan Lilik Ati membacakan hasil pilihan peserta photovoice, dan kader kesehatan Siti Khodijah merekap di papan tulis


Refleksi sangat penting bagi peserta untuk mengartikulasikan apa yang ingin mereka bagikan, mengidentifikasi isu-isu yang paling penting bagi mereka, dan memperoleh rasa keberpihakan sehingga mereka pun diberdayakan.
Selain itu, refleksi juga memungkinkan peserta untuk terlibat dalam pemikiran kritis tentang konteks sosial atau budaya dari foto mereka. Refleksi mendorong mereka untuk mempertimbangkan bagaimana pengalaman pribadi berhubungan dengan isu sosial, politik, atau ekonomi yang lebih besar. Melalui hal ini, peserta Photovoice dapat memperoleh wawasan tentang pengelolaan sampah dan kesehatan masyarakat, yang berpotensi memotivasi mereka untuk mengambil tindakan dan mengadvokasi perubahan.
Tak lupa pula, di akhir refleksi peserta mengucapkan terima kasih atas proses belajar bersama yang dilakukan oleh fasilitator Photovoice dan fasilitator NIHR dalam memberikan pengetahuan baru yang sangat berguna bagi kader kesehatan. *** [241124]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo     |     Editor: Budiarto Eko Kusumo

Leave a Comment