Say No To Plastic Bottles: Menjaga Bumi dari Dampak Plastik

“Hanya manusia yang menghasilkan sampah yang tidak dapat dicerna oleh alam.” – Kapten Charles J Moore

Tulisan “Say No To Plastic Bottles” di atas dispenser di setiap lorong kamar Aston Inn Batu

Di hari kedua “Workshop Kreasi Bersama: Membangun Strategi Lintas Sektoral Pengelolaan Sampah (Plastik) dan Peningkatan Kesehatan Masyarakat” yang diselenggarakan oleh Tim Peneliti NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) Universitas Brawijaya (UB) di Aston Inn Batu (7-9 Februari 2025), Research Program Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D menjelaskan perihal praktik terbaik pengelolaan sampah di negara lain dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Pada kesempatan itu, Sujarwoto menceritakan 7 praktik baik tersebut melalui Systematic Literature Review (SLR) key findings. Ketujuh praktik baik tersebut meliputi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di China; Bank Sampah Komunitas Terpadu di Indonesia; Kompor Bahan Bakar Sampah Plastik di India; Larangan Penggunaan Kantong Plastik di Rwanda dan Nepal; Insinerator di Indonesia; Pemilahan Sampah Rumah Tangga di Zimbabwe; dan Aplikasi DAURIN di Indonesia.
Yang menarik perhatian saya adalah ketika menjelaskan larangan penggunaan kantong plastik di Rwanda karena menurut ceritanya, Rwanda telah berubah dari kumuh menjadi bersih bahkan dijuluki sebagai “Singapuranya Afrika”. Tidak hanya itu yang bikin menarik, namun juga dalam gambarnya yang berwarna hijau muda itu tertuliskan “SAY NO TO PLASTIC BAGS.”
Tulisan itu mengingatkan saya karena hampir mirip dengan tulisan yang ada di dekat kamar saya menginap, yaitu Kamar 305. Tepat, di antara Kamar 305 dan 307 sebelum menggapai lift, terdapat dispenser yang disediakan pihak hotel bagi tamu hotel tersebut. Di atas dispenser itu diletakkan pigura duduk terbuat dari mika bertuliskan “Say No to Plastic Bottles.”
Tulisan itu terkesan sederhana, namun seseungguhnya mengandung himbauan yang serius. Botol plastik (plastic bottle), yang banyak digunakan untuk air minum dan minuman lainnya, membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai, mencemari lautan, sungai, dan tempat pembuangan sampah.
Pilapitiya & Ratnayake dalam The world of plastic waste: A review (2024, Cleaner Materials, 11.100220) melaporkan bahwa sampah plastik yang dibuang dapat menumpuk di berbagai habitat alami. Oleh karena itu, sampah plastik tidak hanya mendorong lingkungan tetapi juga manusia ke tahap kritis.
Setelah terkena radiasi ultraviolet, sampah plastik mengalami proses foto-oksidasi, menyebabkannya menjadi rapuh. Plastik yang terfragmentasi bersirkulasi di berbagai lingkungan dan akibatnya, banyak spesies terpengaruh oleh dampak kimia dan fisiknya. Penemuan pertama plastik pada satwa liar, serpihan plastik di perut burung laut, dilaporkan pada tahun 1960.
Bukti saat ini menunjukkan adanya peningkatan dampak terkait masalah kesehatan masyarakat yang timbul akibat penggunaan plastik saat ini. Plasticizer, penghambat api, penstabil, antioksidan, dan aditif lainnya ditambahkan selama pembuatan plastik untuk mendapatkan sifat tertentu. Akibatnya, bahan kimia berbahaya seperti ftalat, bisfenol A (BPA), dan polibrominasi difenil eter (PBDE) dapat langsung berpindah ke tubuh manusia dari plastik.
Wadah yang tidak dapat terurai secara hayati ini juga melepaskan bahan kimia beracun ke dalam tanah dan air, yang membahayakan kehidupan laut dan ekosistem. Peningkatan limbah plastik yang mengkhawatirkan telah memicu kebutuhan mendesak akan alternatif berkelanjutan yang dapat membantu mengurangi ketergantungan kita pada plastik sekali pakai.
Dari sinilah, kita menjadi paham mengenai slogan “Say No to Plastic Bottles” di pasang di sejumlah tempat di lingkungan Aston Inn Batu. Setiap kamar tidak lagi disediakan 2 botol air mineral bagi tamu yang menginap di hotel tersebut, melainkan disediakan pitcher teko kaca cembung untuk mengambil air dari dispenser yang diletakkan di setiap lorong kamar hotel.
Saya mengapresiasi manajemen Aston Inn Batu yang berkehendak memahami pentingnya melindungi lingkungan dan berkomitmen untuk mengurangi sampah plastik. Sebagai bagian dari inisiatif keberlanjutan, manajemen hotel secara aktif berupaya meminimalkan penggunaan plastik sekali pakai, terutama botol plastik.
Pihak hotel menganjurkan para tamu untuk menggunakan botol air kaca dan menyediakan tempat pengisian ulang air yang telah disediakan dalam dispenser.
Dengan mengambil sikap terhadap polusi plastik, manajemen hotel bertujuan untuk memberikan pengalaman perhotelan yang lebih bersih dan lebih hijau yang sejalan dengan nilai-nilai yang diterapkan pihak hotel dan berkontribusi pada kesejahteraan planet kita.
Mengurangi penggunaan botol plastik adalah langkah penting dalam menjaga bumi kita dari pencemaran yang semakin parah. Dengan mengadopsi alternatif yang lebih ramah lingkungan dan menerapkan kebijakan yang tegas, kita dapat membantu mengurangi dampak negatif plastik terhadap planet ini. Say no to plastic bottles, say yes to a cleaner, healthier future! *** [090225]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo     |     Editor: Budiarto Eko Kusumo

Leave a Comment