Menjejak Realitas Sosial Bululawang: Tim Sosiologi UB Lakukan Orientasi Lapangan di Tiga Desa

“Jika Anda tidak menghabiskan waktu di lapangan sebelum merancang survei, Anda hanya menebak apa yang penting. Dan sosiologi bukan tentang tebakan—tapi tentang menemukan apa yang benar-benar dilakukan orang dan mengapa.” — Howard S. Becker

Sebelum riset Sosiologi Lingkungan yang termaktub dalam penelitian NIHR (National Institute for Health and Care Research) Universitas Brawijaya (UB) dimulai, memahami lanskap sosial dan geografis menjadi langkah krusial.
Hal inilah yang mendorong Tim Sosiologi UB untuk terjun langsung ke lapangan dalam rangka orientasi awal penelitian Sosiologi Lingkungan. Sebulan yang lalu, Tim Sosiologi UB telah melakukan orientasi lapangan di tiga desa di Kecamatan Pagak, yang meliputi Tlogorejo, Pagak, dan Sumberejo.
Bulan ini, pada Senin (28/04), Tim Sosiologi UB melaksanakan orientasi lapangan di tiga desa penelitian NIHR yang ada di Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, yaitu Bakalan, Krebet, dan Krebet Senggrong.

Menjejak Realitas Sosial Bululawang: Tim Sosiologi UB Lakukan Orientasi Lapangan di Tiga Desa
Menyusuri jalan kecil yang kiri kanannya berupa ladang tebu yang sebentar lagi memasuki masa panen


Didampingi Fasilitator NIHR UB, Tim Sosiologi UB – Dhika, April, Yufta, Ben, dan Alia – tak hanya observasi dan mencatat, tetapi juga meresapi ritme kehidupan masyarakat, seperti aktivitas pertanian, geliat pengelolaan sampah, dan industri kecil yang membentuk wajah desa.
Orientasi ini menjadi kunci pembuka – bukan hanya untuk mengenali kondisi geografis, tetapi juga untuk memahami struktur sosial, nilai-nilai lokal, serta tantangan lingkungan yang akan menjadi fokus utama penelitian mereka. Tanpa pemahaman awal yang memadai, peneliti berisiko melakukan kesalahan dalam merancang instrumen penelitian, menginterpretasikan data, atau bahkan menghadapi sejumlah kendala di enumeration area (EA) tersebut.
Pengenalan geografis dan sosial dikenal sebagai fondasi penelitian terlebih bagi penelitian berbasis komunitas. Sehingga, sebelum terjun ke lapangan untuk melaksanakan main survey, peneliti yang tergabung dalam Tim Sosiologi UB tersebut perlu memahami konteks ruang dan lingkungan sosial tempat penelitian dilakukan.

Insinerator yang menyala di TPS Krapyak Jaya, Desa Krebet Senggrong, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang


Beberapa alasan mengapa hal ini penting, yaitu untuk meminimalkan bias penelitian; membangun hubungan dengan informan; dan tentunya juga untuk menyesuaikan metode penelitian.
Sosiolog Amerika Howard Saul Becker (1928-2023) pernah berujar “If you don’t spend time in the field before designing your survey, you’re just guessing what matters. And sociology is not about guesses—it’s about discovering what people actually do and why” (Jika Anda tidak menghabiskan waktu di lapangan sebelum merancang survei, Anda hanya menebak apa yang penting. Dan sosiologi bukan tentang tebakan—tapi tentang menemukan apa yang benar-benar dilakukan orang dan mengapa).
Kutipan Becker mengkritik sosiologi dari kursi malas – penelitian yang terpisah dari lapangan – dan menganjurkan metode seperti observasi partisipan atau kerja lapangan kualitatif untuk memastika penelitian mencerminkan kenyataan. Dengan terlibat langsung dalam kehidupan masyarakat, sosiolog dapat mengajukan pertanyaan yang lebih baik dan menghasilkan temuan yang lebih bermakna.

Sebuah gang di Dusun Bulupayung, Desa Krebet, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, yang selalu aktif dengan pengepulan


Kutipan ini merupakan seruan untuk bersikap rendah hati dan teliti dalam penelitian: Jangan berasumsi – keluarlah dan amati.
Langkah ini melibatkan pengenalan terhadap isu-isu yang akan diteliti. Dengan melakukan orientasi lapangan, Tim Sosiologi UB memperoleh fokus yang lebih kuat untuk studi mereka, serta beberapa wawasan tentang cara tebaik untuk mengumpulkan informasi yang diinginkan.
Orientasi lapangan yang juga dianggap sebagai riset pendahuluan tersebut dilakukan dengan observasi lapangan, mencatat cerita-cerita kehidupan sosial, membuka arsip desa seperti profil desa, dan sebagainya. Demikian pula, berbicara dengan orang-orang yang memahami isu-isu tersebut juga harus dilakukan.

Melihat TPS3R Loka Bhakti Genengan


Setelah keliling tiga desa tersebut, Tim Sosiologi UB juga menyempatkan untuk mengunjungi TPS3R Loka Bhakti Genengan yang beralamatkan di Dusun Binangun RT 01 RW 09 Desa Genengan, Kecamatan Pakisaji, dan juga TPST Pakisaji Maju yang berada di Jalan Panji Pulangjiwo, Dusun Jatirejo, Desa Sutojayan, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang.
Jadi, benar apa yang dilakukan oleh Tim Sosiologi UB. Orientasi lapangan bukanlah langkah opsional, melainkan kewajiban epistemologis. Tanpa pemahaman mendalam tentang konteks geografis, kultural, dan relasi sosial, penelitian Sosiologi Lingkungan – terlebih akan melakukan kajian etnografi – hanya akan menghasilkan data yang dangkal.
Seperti kata antropolog dan etnolog Polandia Bronisław Malinowski (1884-1942), “The final goal of the ethnographer is to grasp the native’s point of view, his relation to life, to realize his vision of his world” (Tujuan akhir dari seorang etnografer adalah untuk memahami sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan, untuk mewujudkan visinya tentang dunianya) — dan ini hanya mungkin dicapai melalui pengenalan lapangan yang mendalam sebelum survei dimulai. *** [300425]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo     |     Editor: Budiarto Eko Kusumo

Leave a Comment