“Apakah kita berfokus pada pengalaman yang bermasalah atau yang positif, merefleksikannya akan memberi kita kesempatan untuk tumbuh dan berkembang.” — Bassot, The reflective journal
Dua hari mengikuti “Workshop Kreasi Bersama: Membangun Strategi Lintas Sektoral Pengelolaan Sampah (Plastik) dan Peningkatan Kesehatan Masyarakat”, peserta yang terdiri dari akademisi, pemerintah kecamatan (Pagak dan Bululawang), Puskesmas (Pagak dan Bululawang), UPT Pelayanan Persampahan (Pagak dan Bululawang), pemerintah desa (Sumberejo, Pagak, Tlogrejo, Bakalan, Krebet Senggrong, Krebet), komunitas dari 6 desa tersebut, dan aktivis lingkungan, telah melakukan diskusi bersama, yaitu mengenali masalah bersama dan merumuskan masalah bersama di Ruang Pertemuan Panderman 5 dan 6 Aston Inn Batu, pada Jumat (07/02) dan Sabtu (08/02).
Dan, pada hari ketiga (Ahad, 09/02), peserta workshop melakukan refleksi. Namun sebelum refleksi, wakil Tim Perumus Lidya Mas’udah dari Desa Krebet Senggrong terlebih dahulu memaparkan hasil kegiatan workshop selama 2 hari tersebut.
Setelah itu, Damar Waskitojati, S.Kom., M.Si, salah seorang Tim CEI (Community Engagement and Involvement) yang sekaligus juga Wakil Direktur Percik Salatiga menanggapi hasil paparan Tim Perumus, dan menawarkan kembali kepada peserta untuk merespon hasil penjabaran Tim Perumus tersebut, yang terdiri dari Sandi Cahyadi, S.Pd. (Kaur Umum Desa Bakalan), Ahmad Yani (Pegiat Lingkungan Kecamatan Pagak), Lilik Ati (Kader Kesehatan Desa Krebet), Sulis Nurhayati (Ketua TP PKK Desa Tlogorejo), Wiwik Ermawati (Komunitas Desa Sumberejo), Lidya Mas’udah (Kader Kesehatan Desa Senggrong), Damar Waskitojati (Tim CEI), Sekar Aqila Salsabilla, S.AP, M.AP (mahasiswa S-3 FIA), dan Dr. phil. Anton Novenanto, S.Sos., M.A. (akademisi).
Usai tanggapan dari hasil penjabaran Tim Perumus, acara dilanjutkan dengan refleksi yang dipandu oleh Haryani Saptaningtyas, S.P., M.Sc., Ph.D., Koordinator TIM CEI yang sekaligus juga Direktur Percik Salatiga.
John Dewey (1859-1952) seorang filsuf Amerika Serikat, menggambarkan refleksi sebagai “pertimbangan yang aktif, terus-menerus, dan cermat terhadap setiap kepercayaan atau bentuk pengetahuan yang dianggap benar berdasarkan alasan yang mendukungnya dan kesimpulan lebih lanjut yang menjadi kecenderungannya.”

Ia melanjutkan dengan menyatakan, “Refleksi tidak hanya melibatkan serangkaian ide, tetapi juga konsekuensi — urutan berurutan sedemikian rupa sehingga setiap ide menentukan ide berikutnya sebagai hasil yang tepat, sementara masing-masing ide pada gilirannya bersandar pada ide sebelumnya.
Bagian-bagian pemikiran reflektif yang berurutan tumbuh dari satu sama lain dan saling mendukung; mereka tidak datang dan pergi secara bersamaan. Sementara itu, Donald Alan Schön (1930-1997), seorang filsuf Amerika lainnya, menjelaskan, “Refleksi sebagai elemen yang mengubah suatu pengalaman menjadi pembelajaran.”
Workshop Kreasi Bersama atau Co-creation telah menjadi metode yang semakin populer dalam proses inovasi, kolaborasi, dan penciptaan solusi yang lebih relevan dan efektif. Sebagai platform untuk berbagi ide, pengalaman, dan keahlian, kegiatan ini memberi kesempatan peserta untuk terlibat langsung dalam pengembangan suatu penelitian atau program.

Namun, seringkali proses refleksi setelah mengikuti workshop ini dilupakan padahal hal tersebut memiliki dampak yang sangat besar bagi pengembangan diri peserta dan keberhasilan hasil yang dicapai.
Refleksi tidak hanya sekadar merenung tentang apa yang telah dilakukan, tetapi juga merupakan proses penting yang memungkinkan peserta untuk mengevaluasi pengalaman mereka. Dengan melakukan refleksi, peserta dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang kontribusi mereka, hal-hal yang telah berjalan dengan baik, serta tantangan yang dihadapi selama workshop. Proses ini memberikan kesempatan untuk meresapi pembelajaran yang diperoleh, memperkuat ide-ide yang muncul, dan menggali potensi perbaikan di masa depan.
Dalam konteks co-creation, refleksi juga membuka ruang bagi peserta untuk menyadari bagaimana kontribusi mereka saling terhubung dengan ide dan pandangan orang lain. Dengan berbagi pengalaman dan hasil refleksi, peserta dapat memperdalam rasa saling pengertian dan kolaborasi. Hal ini tidak hanya memperkaya hasil akhir workshop, tetapi juga membangun ikatan yang lebih kuat antar peserta.

Bagi fasilitator, refleksi adalah alat untuk menilai efektivitas metode yang diterapkan serta untuk merancang workshop yang lebih baik di masa mendatang. Sementara itu, bagi peserta, refleksi merupakan langkah penting untuk merencanakan tindak lanjut yang akan dilakukan berdasarkan wawasan baru yang didapat selama sesi.
Melalui refleksi yang mendalam, workshop kreasi bersama bukan hanya menjadi momen untuk menciptakan ide-ide baru, tetapi juga sarana untuk pertumbuhan pribadi dan kolaboratif yang berkelanjutan. Dengan demikian, kegiatan ini tidak hanya mengandalkan proses kreatif saat itu, tetapi juga sebagai landasan untuk inovasi yang lebih matang di masa depan.
Acara workshop ini akhirnya ditutup oleh Koordinator Research Capability Strengthening (RCS) NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) Universitas Brawijaya (UB) dr. Holipah, Ph.D. pada pukul 09.48 WIB. *** [160225]
Oleh: Budiarto Eko Kusumo | Editor: Budiarto Eko Kusumo