Merumuskan Harapan Bersama: Sampah Menjadi Berkah, Lingkungan Sehat dan Sejahtera

Setelah peserta “Wokshop Kreasi Bersama: Membangun Strategi Lintas Sektoral Pengelolaan Sampah (Plastik) dan Peningkatan Kesehatan Masyarakat” di hari pertama berusaha mengenali masalah bersama, di hari kedua ini, Sabtu (08/02), mereka beranjak menuju kepada merumuskan harapan baru.
Masyarakat kita kini menghadapi tantangan besar dalam mengelola sampah yang terus meningkat, namun tidak hanya melihatnya sebagai masalah, melainkan juga sebagai peluang untuk menciptakan keberkahan. Dalam konteks ini, perubahan paradigma sangat diperlukan agar sampah tidak lagi menjadi beban, melainkan sumber daya yang dapat mendatangkan manfaat bagi masyarakat.

Research Program Manager NIHR UB berikan materi gap analysis dan praktik baik di pengelolaan sampah plastik di negara berkembang


Fokus utama dari perubahan ini adalah bagaimana kita bisa merubah sampah menjadi sesuatu yang bernilai. Pengelolaan sampah berbasis daur ulang dan pemanfaatan sampah organik menjadi kompos atau energi terbarukan menjadi langkah nyata yang bisa dilakukan. Dengan teknologi yang tepat, sampah plastik dapat diproses menjadi bahan baku baru yang berguna, sementara sampah organik bisa dimanfaatkan sebagai pupuk untuk meningkatkan kualitas tanah. Semua ini bukan hanya mengurangi jumlah sampah yang menumpuk, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat.
Selain itu, impian kita bersama adalah terciptanya lingkungan yang bersih, sehat, dan sejahtera. Lingkungan yang bebas dari sampah tidak hanya memberi dampak positif terhadap kesehatan fisik masyarakat, tetapi juga mendukung kesejahteraan mental dan sosial. Kebersihan lingkungan akan mengurangi penyakit yang disebabkan oleh sampah dan polusi.

Diskusi Kelompok 1


Workshop yang diselenggarakan Tim Peneliti NIHR Global Health Research Centre for Non-Communicable Diseases and Environmental Change (NIHR-GHRC NCDs & EC) Universitas Brawijaya (UB) di Aston Inn Batu ini diikuti oleh 50-an orang lebih itu terdiri dari akademisi, pemerintah kecamatan (Pagak dan Bululawang), Pj. Kesehatan Lingkungan Puskesmas (Pagak dan Bululawang), UPT Pelayanan Persampahan (Pagak dan Bululawang), pemerintah desa (Sumberejo, Pagak, Tlogorejo, Bakalan, Krebet Senggrong, dan Krebet), komunitas dari 6 desa tersebut, dan aktivis lingkungan.
Sebelum peserta workshop dibagi menjadi 4 kelompok kecil, mereka terlebih dahulu mendapatkan pemaparan materi dari Research Program Sujarwoto, S.IP, M.Si, MPA, Ph.D mengenai gap analysis dan praktik baik di pengelolaan sampah plastik di negara berkembang.

Diskusi Kelompok 2


Gap analysis adalah metode untuk menilai kinerja program atau unit kerja guna menentukan apakah persyaratan atau tujuan program terpenuhi dan, jika tidak, langkah apa yang harus diambil untuk memenuhinya.
Gap analysis juga dapat disebut sebagai analisis kebutuhan, penilaian kebutuhan, atau analisis kesenjangan kebutuhan.
“Kesenjangan” dalam proses gap analysis mengacu pada ruang antara “posisi kita saat ini” sebagai bagian dari kondisi saat ini dan “posisi yang kita inginkan” atau kondisi target atau kondisi yang diinginkan.
Kondisi yang diinginkan atau yang diharapkan, Sujarwoto membekalinya dengan menampilkan praktik baik di pengelolaan sampah plastik di negara berkembang, dari 6 negara (Indonesia, China, Nepal, India, Rwanda, dan Zimbabwe).

Diskusi Kelompok 3


Tujuan pengenalan praktik baik ini, agar supaya peserta workshop mengerti langkah-langkah yang perlu diputuskan dan tindakan yang harus dilakukan dari kondisi saat ini menuju ke kondisi yang diharapkan sesuai kondisi dan karakteristik setempat.
Setelah mendapatkan materi dari Sujarwoto, kemudian salah seorang dari Tim Community Engagement and Involvement (CEI) Damar Waskitojati, S.Kom, M.Si memberikan pengantar diskusi analisis kesenjangan sebagai bahan untuk diskusi merumuskan impian bersama dalam kelompok kecil.

Diskusi Kelompok 4


Pada kesempatan itu, Damar menerangkan pembagian 4 kelompok kecil dengan komposisi campuran wilayah (diacak). Lalu, diskusi yang dibahas dalam kelompok kecil itu menyangkut: 1). Setiap solusi/strategi dianalisis kekuatan/aspek positif dan kelemahannya; dan 2). Gunakan sejumlah pertanyaan ini untuk menguji masing-masing solusi, seperti sesuai dengan kebutuhan lokal; apakah terjangkau; mudah diterapkan; ramah lingkungan; keberlanjutan, ketersediaan pendanaan; konsekuensi yang tidak diinginkan; apakah ada solusi/strategi yang lebih baik; dan lain-lain.
Setelah itu, keempat kelompok didampingi oleh masing-masing fasilitator. Kelompok 1 difasilitatori oleh Dr. phil. Anton Novenanto, S.Sos., M.A. Kelompok 2 difasilitasi oleh Haryani Saptaningtyas, S.P., M.Sc., Ph.D. Kelompok 3 difasilitasi oleh Damar Waskitojati, S.Kom, M.Si, dan kelompok 4 difasilitasi oleh Sekar Aqila Salsabilla, S.AP, M.AP.

Merumuskan Harapan Bersama: Sampah Menjadi Berkah, Lingkungan Sehat dan Sejahtera
Impact-Effort Matrix


Setelah ishoma (istirahat, sholat, makan siang), acara dilanjutkan dengan mempresentasikan hasil diskusi kelompok kecil itu kepada peserta workshop. Kelompok 1 diwakili oleh Ahmad Yani (Pegiat Lingkungan Kecamatan Pagak).
Kemudian, kelompok 2 dipresentasikan oleh Sandi Cahyadi, S.Pd (Kaur Umum Desa Bakalan). Hasil diskusi kelompok 3 ditampilkan oleh Andrianto (Kasi Pemerintahan Desa Pagak) dan Lidya Mas’udah (Kader Kesehatan Desa Senggrong).
Sementara itu, untuk kelompok 4 dipresentasikan oleh Sulis Nurhayati (Ketua TP PKK Desa Tlogorejo) dan Siti Khodijah (Kader Kesehatan Desa Bakalan).
Hasil presentasi dari 4 kelompok kecil itu kemudian diberikan kepada Tim Perumus yang terdiri dari 9 orang untuk dikompilasi dan disiapkan untuk diresume pada acara hari ketiga esok harinya agar supaya menjadi solusi dan tindakan apa yang kita akan lakukan bersama. *** [120225]

Oleh: Budiarto Eko Kusumo     |     Editor: Budiarto Eko Kusumo

Leave a Comment